Part 16 - Sisi Lain Berondong

100K 11.7K 1.3K
                                    

Hai, hai aku balik lagi bareng Jihan dan Haikal. Ada yang kangen?

Coba cek sound dulu. Ketik Aaaaa 👉

Udah pada makan belum?

Spam nama Jihan di sini 👉

Spam nama Haikal di sini 👉

Spam nama Niken di sini 👉

Happy reading ❤

Aku tunggu komentar kalian di setiap paragraf 😉

Bingung ingin memberikan hati pada siapa. Ke sana dipatahkan. Ke sini disia-siakan.
_____

"Kalau aja JNE bisa kirim karma. Udah gue kirim karma ke mereka berdua." Mata Jihan tak lepas dari Haikal dan Niken yang baru saja meninggalkan ruangan divisi marketing.

Sepanjang hari Niken berada di ruangan Haikal. Dan keduanya pulang bersama seperti pasangan romantis.

Jihan curiga kalau sebenarnya Niken ini pengangguran dan bukan dosen. Kerjaannya setiap hari menempel pada Haikal.

"Ngapain sih Niken nempel terus sama Pak Haikal?" Mei mendekati meja Jihan.

"Gatel banget. Minta gue garuk kayaknya." Mutia menimpali.

Jihan memasang wajah terluka yang super drama. Ia bermaksud ingin bercanda. "Hidup memang nggak semudah mengatakan yuk bisa yuk."

"Ayolah, Indonesia itu luas, rugi kalau cuma punya pacar satu. Cari yang lain dong!" deklarasi Mei.

"Nggak gitu konsepnya, Mei," sela Anita. "Patah hati itu obatnya bukan pengganti. Patah hati itu obatnya intropeksi dan lebih mencintai diri sendiri."

Mei terdiam. Benar kata Anita.

"Dasar tukang rumpi. Pulang woi, udah masuk jam pulang nih!" peringatan Alvian sukses membubarkan geng Cabe-cabean Syariah.

*****

Gelap merangkak naik perlahan, hingga hitam merajai langit dengan pekat. Tidak ada bintang yang terlihat malam ini. Di antara dinginnya malam Jihan menelusuri jalan menuju minimarket terdekat dari kosnya, berjalan kaki seorang diri.

"Aku mau kita putus!"

"Putus?!"

Jihan menghentikan langkah kala matanya tidak sengaja menangkap adegan drama terjadi di tepi jalan. Ada pasangan yang sedang adu mulut, lebih tepatnya bertengkar.

Ada sinetron. Jihan melirik penuh minat pada pasangan itu. Hingga Jihan menyadari bahwa ia tidak asing dengan si cowok.

Bukannya itu si berondong yang pernah dikenalkan Mutia pada Jihan? Dirga tepatnya.

"Aku mau putus!" ulang si perempuan dengan nada marah.

Dirga terlihat diam saja.

Posisi Jihan yang berada beberapa meter dari mereka membuat keduanya tidak menyadari kehadiran Jihan. Daerah sekitar kos Jihan memang cukup sepi.

"Putus? Oke, kita putus!" ujar Dirga dengan tenang.

"Aku benci kamu, Dirga!"

"Terserah."

"Kamu nggak perlu antar aku pulang," kata si perempuan.

"Siapa juga yang mau nganter kamu pulang." Wajah Dirga terlihat kesal.

"Aku benci sama kamu!" Perempuan yang bersama Dirga itu memutar tubuhnya, kemudian dia melangkah pergi.

Baru beberapa langkah ia bergerak, perempuan itu kembali berhenti. Dia kembali putar balik menghadap Dirga dengan gerakan kasar.

Pemeran UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang