E m p a t B e l a s

Start from the beginning
                                    

"Kemana lagi?" Tanyanya kemudian.

"Nge-drift mau gak?"

"Serius? Duit lo banyak juga," ucap Jeje dan membuang puntung rokok yang sudah habis ia hisap dan mengambil sebatang rokok lagi dalam bungkusnya.

"Lo gak ngerokok?"

"Kadang-kadang," jawab Deo dan berdiri dari duduknya. Membersihkan celananya dari debu yang ikut menempel.

"Ayo!"

"Kemana lagi, De? Gue nanya."

"Nge-drift. Gue udah jawab dodol!"

"Habis nge-drift mantai. Mau?"

"Tapi gue laper," keluh Jeje.

"Astaga! Gue lupa ngajak lo makan," ujar Deo menggaruk tengkuknya tidak enak. Bagaimana bisa ia melupakan suatu hal yang paling penting dalam hidup.

Makan? Iya.

"Makan apa? Disini gak terlalu banyak pedagang."

"Apa aja, yang penting kenyang."







____________






"Sumpah, tadi seru banget!"

"Udah sih ngomongnya, jadi malu!" Jeje berdecak keras kala Deo bicara seperti itu. Nge-drift dengan mobil jeep di tanah lapang adalah hal baru untuk gadis di depannya ini.

Ia tidak menyesal sudah bolos sekolah.

"Tapi kemeja sama kaos gue kotor banget."

"Lo mah enak, cuma dikit." Ungkap Jeje lagi dan mencepol rambutnya.

"Jadi mau gimana?" Tanya Deo.

Jeje sempat diam beberapa detik sembari melipat bibirnya ke dalam. Melirik kiri dan kanan memastikan tidak ada siapa-siapa yang mengarahkan pandangan padanya.

Detik selanjutnya, Deo dibuat terperangah dengan aksi Jeje.

Bagaimana tidak, gadis itu membuka kemeja juga kaosnya yang sangat kotor. Menyisakan tanktop hitam dengan tali tipis tanpa adanya tali bra disana.

"Lo apa-apaan?!" Panik Deo saat Jeje menyangkutkan kaos hitamnya di dahan pohon. Lalu, gadis itu mengikat kemeja kotor di pinggangnya. Sayang jika dibuang.

"Lo gak nafsu sama gue kan, De?" Tanya Jeje sembari menyipitkan matanya.

"Nggak gitu konsepnya Jesica, mata gue ternodai. Astagfirullah!"

"Mana bahu lo mulus banget lagi," gumam Deo dan berjalan lebih dulu meninggalkan gadis itu dibelakangnya. Jeje menatap punggung Deo heran dan berjalan menyusulnya.

"ANJING, KOK GUE DITINGGAL?!" teriak Jeje dan Deo hanya melambaikan tangannya tanpa berbalik.

Jeje berjalan cepat menyusul Deo hingga ke parkiran. Petang mulai menjelang dan sayup-sayup senja mulai terlihat. Deo ini memang hebat mencari spot liburan di alam terbuka seperti ini.

"Gue gak diajak? Lo mau pulang sendiri?" Tanya Jeje saat Deo sudah siap diatas motornya. Sementara dirinya, masih berdiri disamping motor cowok tampan itu.

"Naik!" Suruh Deo.

"Gak ikhlas," ujar Jeje pelan.

"Je, naik ya. Udah sore, katanya mau liat matahari terbenam di pantai."

"Udah? Gitu doang ngalusnya?" Tanya Jeje dan Deo mengangguk lucu.

"Pliss, naik cepetan! banyak cowok disini. Gue gak ikhlas sumpah badan lo di liat orang," ujar Deo jujur.

"Bacot lo kayak suami gue aja," ujar Jeje dan segera naik ke motor Deo.

Pemuda itu tidak menjawab lagi dan membiarkan perjalanan mereka diselimuti keheningan. Jalanan raya dan tidak lama mereka berdua sampai pesisir pantai yang sepi.

Tidak ada tiket masuk bahkan posko penjagaan.

Deo menghentikkan motornya tanpa berniat turun. Sementara Jeje, gadis itu masih terdiam sembari menikmati semburat jingga yang mengagumkan.

Deo berdeham dan mengganti posisi duduknya menghadap pantai tanpa takut jatuh. Jeje meliriknya sebentar dan turut mengikuti cara duduk Deo. Gadis manis itu tertawa singkat entah kenapa dan membuat pemuda yang duduk disebelahnya menatapnya heran.

"Ketawa?"

"Lo cinta sama gue, De?" Tanya Jeje tanpa memperdulikan pertanyaan Deo yang baru saja cowok itu lontarkan.

"Bukannya elo yang gak mau hal ini serius?"

Jeje terdiam seketika dan menatap Deo dalam. Sementara yang di tatap mengalihkan pandangannya ke segala arah. Beberapa menit Jeje membiarkan pemuda di depannya ini menghindari tatapnya. Hingga...

Jeje menangkup kedua pipi Deo agar berbalik mengarah padanya. Mencium bibir pria di depannya dengan rakus. Deo kaget bukan main, kenapa dengan gadis di depannya ini.

"Jes," ujar Deo pelan dan Jeje melepaskan pagutannya.

"Ken...," kalimat Jeje tertahan saat Deo mengambil alih permainan. Deo menangkup kedua pipi Jeje dan mencium bibir gadis itu dengan lembut dan penuh hati-hati.

"Jesica," panggil Deo dan Jeje menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

Kenapa lagi?

Jeje masih tidak bersuara dan beberapa kali menunduk lalu mengalihkan pandangannya ke depan. Beberapa kali menghindari tatap Deo yang memabukkan.

"Gue takut lo mundur setelah tau yang sebenernya, Deo."

"Gue udah gak perawan."












Gimana? Makin penasaran gak?

Sejauh ini Ardeo seru gak sih?

ARDEO MAHENDRAWhere stories live. Discover now