T i g a B e l a s

9.2K 1.1K 36
                                    

Deo memarkirkan motornya diwarung depan gang. Menitipkannya pada pemilik warung dan berjalan menyurusi gang sempit penuh penduduk.

Ia sedikit tidak menyangka karena tempat tinggal Jeje digang sempit seperti ini. Dimana Jeje menaruh motornya sedangkan gang kecil ini hanya muat dua orang saja.

Hingga sampailah Deo didepan kontrakan Jeje yang terlihat begitu sederhana. Pintu-pintu coklat berjejer membuat Deo sedikit bingung.

Akhirnya, pemuda yang sekarang memakai kaos abu itu mendeal nomor Jeje dan menelpon gadis manis itu.

"Hallo, Je."

"Gue disini," ujar Jeje yang berdiri dipintu kontrakannya yang setengah terbuka sembari memegang ponsel. Deo menahan senyumnya dan menghampiri gadis itu.

"Niat banget lo ya, pagi-pagi gini udah di rumah orang."

"Hehe," kekeh Deo dan menghampiri gadis manis yang tengah memakai kaos juga celana pendek selutut itu. Jeje duduk di kursi panjang yang terbuat dari kayu, begitu pun dengan Deo.

"Kok belum siap-siap?" Tanya Deo dan Jeje meliriknya sebentar.

"Jadi?"

"Ya jadilah, Mama lo mana? Gue mau minta izin," ujar pemuda itu dan Jeje melipat kedua tangannya didada.

"Gak ada," jawab Jeje singkat.

"Lah, gak ada kemana?" Tanya Deo heran.

"Mati kali," jawab Jeje ketus tanpa melihat ke arah Deo. Sementara pemuda berambut panjang itu menggaruk tengkuknya tidak enak. Apa ia salah bicara ya? Sensitif sekali sepertinya.

"Je."

"Yaudah gue siap-siap dulu, tunggu disini!" Ujar Jeje dan memasuki hunian sederhananya. Deo jadi semakin penasaran dengan kehidupan Jeje.

Akhirnya gadis itu pun masuk ke dalam dan mengganti pakaiannya. Setelan sederhana jika ia bepergian. Apalagi jika bukan kaos, kemeja yang tidak ia kancing juga celana ripped yang sobek bagian pahanya saja.

Jeje keluar menenteng sepatu juga tas kecil yang ia sampirkan di bahu, sementara Deo masih asik memperhatikan gerak gadis di depannya.

"Kita mau kemana? Gue udah bolos sekolah, awas aja kalo boring!" Ujar Jeje setelah menyimpulkan tali sepatunya.

"Janji, enggak."

"Yaudah gas, ayo!" Seru Jeje dan Deo bangkit dari duduknya. Saat Jeje mengunci pintu kontrakannya, ada perempuan yang baru saja keluar dari pintu kontrakan sebelah tempat Jeje tinggal.

"Widih ada cogan," ujar perempuan itu. Jeje hanya melengos dan memutar bola matanya malas.

"Biasa aja kali itu muka. Pacar, Je?" Tanyanya lagi. Perempuan yang hanya memakai tanktop juga celana pendek sepaha itu memainkan rambutnya centil.

"Iya," jawab Jeje singkat.

"Nggak ngelonte lo?" Tanya Jeje dan perempuan yang anteng berdiri antara pintu itu memasang wajah kesal.

"Masih pagi," ujarnya dan berjalan keluar.

"Masih pagi tapi jalan keluar. Ngelonte kan lo?" Tanya Jeje lagi sembari menahan tawanya.

"Bacot!" Ujar perempuan itu dan menjauhi area kontrakan.

"Siapa, Je?" Tanya Deo yang merujuk pada perempuan tadi. Jeje menoleh pada Deo yang tengah menunggu jawabannya.

"Orang gila."

Keduanya berjalan lagi melewati gang kecil yang tadi Deo lewati. Jeje berjalan dibelakang Deo, sementara pemuda tampan itu sesekali menghadap belakang dan melontarkan pertanyaan pada Jeje.

ARDEO MAHENDRAWhere stories live. Discover now