S e m b i l a n

14.3K 1.6K 138
                                    

Jeje kesal setengah mati karena semua teman sekelasnya mendadak menyuruhnya cepat jadian saja dengan Deo, hanya karena dikasih jajanan teman-temannya merestui keduanya.

Murahan sekali.

Kenapa tidak minta duit, motor, dan sejenisnya?

Apa ini termasuk misi Deo? Menyogok teman sekelasnya namun, sepertinya tidak.

Andai saja Jeje tidak membagikan seplastik penuh yang isinya makanan ringan itu, pasti warga kelasnya tidak akan tau. Biar saja dia sendiri yang kekenyangan memakannya. Ia jadi menyesal telah di jajani seorang Deo.

Sudahlah, sudah terlanjur. Untungnya jam pulang sudah berdenting dan Jeje terbebas dari ledekan-ledekan yang memekakkan telinga kecilnya.

Gadis bernama Jesica Dian itu menghembuskan nafas lega dan duduk di halte bis depan sekolahnya dan sesekali melirik kanan kiri, menunggu angkutan umum yang lewat.

Di sekolahnya dulu, Jeje bisa saja menebeng ke siapa pun. Paling berani ke spesies fuckboy di sana. Rasanya tidak canggung sama sekali, tapi sepertinya ia tidak bisa lagi jika di sini.

Menurutnya cowok di sini aneh-aneh. Contohnya Deo, tidak---Maksudnya gerombolan geng Deo. Mainnya bola bekel, memang tidak setiap hari. Hanya saja, aneh melihatnya.

Sungguh tidak lazim untuk usianya yang sudah remaja.

Jeje juga sering melihat Deo memegang kaleng susu, iklannya naga dan gambarnya beruang. Entah itu pagi, siang dan saat ini.

Gadis itu bisa melihat Deo baru saja keluar dari gerbang, mengendarai motor maticnya dengan sebelah tangan sibuk memegang kaleng susu dan sesekali meminumnya.

Sementara ketiga temannya berada dibelakangnya, diatas motor yang sama. Toha yang duduk paling belakang masih mendengus kala Rido mengambil paksa kunci motor merk Honda Genio warna merah kepunyaannya itu.

Sementara Deo yang menyadari Jeje tidak membawa motor segera mengusir Dery dari boncengannya. Biasalah, ia ingin mengajak Jeje pulang bersama.

"Kenapa gak bawa motor?"

Deo memberhentikkan motornya tepat di depan gadis berseragam putih abu itu, Jeje yang merasa terpanggil memusatkan atensinya pada cowok berambut gondrong didepannya.

"Males aja," Jawab Jeje kemudian.

Deo terkekeh mendapat jawaban yang baru saja meluncur dari bibir merah muda Jeje, sebenarnya liptint gadis itu sudah pudar hanya sisa-sisanya saja yang masih terlihat.

Jeje itu type gadis yang hanya akan memakai pemerah bibir sekali, dan itu pun sebelum berangkat ke sekolah. Jadi, jangan heran jika bibir gadis itu kekeringan bak gurun jika sudah pulang sekolah seperti ini.

"Pulang sama gue yuk!"

"Kemana?" Deo mengerutkan keningnya sedikit.

"Ya pulang, gue anter." Jawabnya kemudian.

"Gue masih punya ongkos."

"Gue gak nanya lo punya ongkos apa enggak, yang jelas lo pulang sama gue."

"Lo siapa?" Tanya Jeje remeh, pasalnya nada seorang Ardeo anak bapak Rio itu terdengar begitu percaya diri.

"Deo, tapi gak pake Dorant."

Jeje mengangguk pelan dan melangkahkan kakinya, mendekati Deo yang duduk di motor beat merahnya dengan senyuman kecil yang masih terpatri manis disana.

"Gue gak biasa dibonceng," ujar Jeje kemudian. Deo yang mendengar itu pun mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Maksudnya?"

ARDEO MAHENDRAWhere stories live. Discover now