D u a

25.2K 2K 77
                                    

"Sialan banget tuh cewek!"

Rido baru saja meletakkan gelas kopi di meja yang tepat di hadapan cowok gondrong itu. Tamu tidak di undang itu tiba-tiba datang dan mengganggunya yang sedang mengasuh ketiga adiknya di rumah.

"Sabar tuan, ada apa?" Tanya Rido.

"Masa gue di panggil Deodorant terus gak ngasih gue nomor hape lagi," sungut Deo dan masih menggelengkan kepalanya heran.

Heran kenapa hanya gadis itu yang menolak dirinya. Padahal banyak perempuan Bina Bangsa yang terang-terangan menyukainya dan diam-diam menaruh coklat di laci mejanya.

"Jadi?"

"Gue harus dapetin nomor tuh cewek,"

"Lo itu kesambet apa bro?" Deo menoleh pada Rido yang menatapnya heran.

"Kesambet apanya?"

"Tumbenan mau ngejar betina,"

"Gak tau do, pas gue liat dia kayak ada magnet yang narik gitu."

"Belagu lo anak Rio dasar!" Deo tertawa mendengar dengusan yang selalu keluar dari mulut cowok itu. Rido, si anak sulung yang mempunyai tiga adik perempuan.

Di rumah sederhana peninggalan ayah Rido itu. Keduanya sesekali mengobrol ringan, Rido dengan kopi hitam tanpa gulanya lalu Deo dengan susu kalengnya.

"Gue di suruh ke loundry nih sama emak gue, dah jam 3."

"Gue ikut dah," Deo beranjak dari duduknya, mengantongi dompet juga mengambil kunci motornya.

"Ngikut mulu lo!" Rido berdecak dan memanggil ketiga adik kecilnya itu. Deo terkekeh pelan lalu segera membawa Disa ke gendongannya, adik bungsu Rido yang memiliki mata kecil.

"Bosen gue di apartemen. Mau pulang ke rumah, di sana gak ada orang,"

Disa memeluk leher Deo agar tidak jatuh, bocah cilik itu bisa saja mengambil kesempatan.

"Mau sama kak Deo juga!" Rido menoleh pada Gina, adik keduanya itu.

"Abang kalian itu gue, Rido. Rido Andreas, ayo naik ke motor!" Gina cemberut melihat Disa yang nyaman dalam pelukan cowok tinggi itu.

"Entar kapan-kapan sama kak Deo ya gin, sekarang kak Deo sama Disa dulu. Oke?!" Gina menganggukan kepalanya dan naik ke boncengan Rido, duduk di belakang bersama dengan Nana.

Nana, gadis kecil yang tidak banyak bicara.

Deo menyalakan mesin motornya, Gina yang duduk di depan ikut serta menepuk tanki bensin dan mengucapkan kata legend sinetron teve.

"Berangkat!"

Rido mengedikkan bahu saat Deo juga adik bungsunya meninggalkan pelataran rumah, menoleh pada kedua adiknya melalui spion motor.

"Gin, masih mau di bonceng sama orang stres?"

Sementara Deo juga Disa berjalan dan melaju di jalanan menuju tempat loundry kepunyaan emak Rido, usaha yang ia rintis dari nol sampai mempunyai banyak pelanggan sampai sekarang.

Deo datang lebih dulu di susul Rido dengan Nmax hitamnya, memarkirkan motor mereka di depan loundry yang tengah ramai di sana.

"Jeje?"

Gadis bernama lengkap Jesica Dian itu menoleh saat mendengar seseorang baru saja memanggilnya. Jeje dengan kaos putih lusuhnya juga celana jeans selutut yang tengah mengambil pakaian loundry nya.

"Apa?!"

"Santai dong! Ngapain di sini?"

"Ngambil baju," Deo menganggukkan kepalanya. Sementara Disa dan kedua kakaknya sudah pergi ke dalam untuk menemui ibunya.

ARDEO MAHENDRAWhere stories live. Discover now