Motor yang dikendarai Naresh telah sampai. Ia memakirkan motornya terlebih dahulu, lalu mengajak Senja untuk masuk kedalam dan duduk di tribun.

"Kok cantik?" Tanya Naresh menoleh ke arah Senja.

"Gatau," ucap Senja sambil terkekeh.

Naresh melihat sekeliling tribun, banyak laki-laki yang memusatkan pandangannya ke arah Senja. Ia jadi kesal sendiri.

"Jangan kemana-mana, tetep disamping gue," ucap Naresh dengan sedikit cemberut.

"Ya kan emang disini," ucap Senja dengan memutar bola matanya.

"Tuh cowok cowok pada ngeliatin lo karena lo cantik banget sekarang. Matanya kaya gak pernah liat cewek cantik aja," ucap Naresh sambil menatap tajam ke arah mereka yang masih memandang Senja.

"Mereka cuma bisa ngeliat. Sedangkan lo bisa deket sama gue," ucap Senja sambil menaik turunkan alisnya meledek Naresh.

Telinga Naresh memerah. Ia benar-benar salting kali ini. Kalo dipikir-pikir ada benarnya juga sih. Yang lain hanya bisa melihat, sedangkan dirinya bisa dekat. Tapi tetap saja, ia merasa kesal ketika oranglain menatap Senja sampai segitunya.

"Iya deh," ucap Naresh sambil mengacak acak rambut Senja.

"Resh jangan di acak acak rambutnya. Gue udah susah payah tau natanya," ucap Senja dengan cemberut melihat rambut yang sudah ia tata rapih menjadi berantakan.

Naresh menaruh tangannya diatas kepala Senja, lalu merapihkan rambutnya agar kembali seperti semula. Mata mereka saling menatap, membuat jantung satu sama lain menjadi berdetak sangat kencang.

"Udah rapih," ucap Naresh sambil menunjukkan senyum yang hanya ia tunjukkan pada Senja.

"Makasih," ucap Senja berusaha menutupi rasa gugup nya.

"Disini bukan tempat pacaran. Kalo lo berdua mau pacaran mending keluar," ucap Regan sambil duduk dikursi sebelah kiri samping Senja.

"Ngapain lo disini?" Ucap Senja dengan sedikit terkejut karena Regan tiba tiba datang dan duduk dikursi sebelahnya.

"Temen gue lagi tanding basket, makanya gue dateng," ucap Regan sambil tersenyum manis ke arah Senja.

"Sini pindah duduknya, biar gue yang ditengah," ucap Naresh sambil berdiri dari kursi tempatnya duduk.

Regan menahan tangan Senja yang ingin bangun. "Disini aja, jangan pindah."

Naresh ikut memegang tangan Senja. "Pindah kesini aja."

"Daripada kalian ribut nantinya, mending gue duduk ditengah," ucap Senja dengan kesal melihat mereka berdua.

Naresh tak memaksa Senja lagi, ia pun duduk ditempatnya seperti semula. Tapi tangannya tetap tak lepas dari Senja.

"Lepasin tangan lo," ucap Naresh menatap nyalang ke arah Regan.

"Tangan lo sendiri gimana?" Tanya Regan melirik tangan Naresh yang masih menggenggam tangan Senja.

Senja kembali menghela napasnya. Rasanya ingin menghilang saja jika disamping kanan dan kirinya ada Naresh dan juga Regan.

SENJALUKAWhere stories live. Discover now