39🥀

3.5K 370 42
                                    

"Nyatanya, menahan rasa sakit sendirian itu lebih baik, dari pada memberi tau orang yang belum tentu bisa mengerti."

-ALANA


Gadis itu duduk di baklon kamarnya, menatap langit malam yang nampak di penuhi dengan bintang. Bibirnya menampilkan senyuman tipis, namun hati nya menolak semyuman itu.

Kejadian siang tadi benar-benar membuat hati kecil gadis itu berdesir nyeri. Apa Raga se-benci itu pada nya? Mengapa Raga sangat berubah, mengapa cowok itu tak mencari tau terlebih dahulu apa yang sebenarnya terjadi.


Ting!

Suara notifikasi dari Handphone Alana, membuat mau tak mau gadis itu bangkit dari lamunanya. Gadis itu bangkit, meraih ponsel nya yang tergeletak di atas nakas meja nya.

Mata hazel gadis itu mengernyit heran, ketika mengetahui siapa yang baru saja mengirim pesan kepada nya. Nomor tak di kenal, ia membuka pesan itu. Siapa tau penting, pikirnya.

0878 3016 ####

| pesan suara ● (Na, tolongin aku-)

| Dateng ke tempat ini, atau pacar lo jadi korban.

| Share lokasi •

Mata Alana membulat sempurna setelah membaca pesan dari orang tak di kenal itu. Jantung nya kini berdebar tak menentu.

Takut.

Ia takut, jika terjadi suatu hal membahayakan pada Vandra. Karena sedari tadi, nomor ponsel cowok itu juga tidak bisa di hubungi.

Segera gadis itu mengenakan cardigan merah marun kesayangannya, lalu bergegas pergi ke tempat yang sudah di berikan oleh sang pengirim pesan itu.

🥀_Wunde_🥀

Sudah satu jam lamanya Alana berdiri mematung di tempat itu. Menyaksikan dua insan manusia yang sedang makan bersama, dengan seorang lelaki yang menyuapi gadis di hadapannya.

"Udah. Lo bisa 'kan makan sendiri?" Ujar cowok itu.

Capela mengangguk, netra nya melirik ke arah luar restaurant, yang hanya di batasi oleh dinding kaca yang sangat besar. Disana terdapat seorang gadis berbaju merah, sedang menatap ke arahnya.

Capela tersenyum miring, netranya kembali menatap Vandra. Yang ternyata menatapnya datar.

"Balikin hp gue," ujar cowok itu lagi.

"Aw," Capela tiba-tiba saja meringis kesakitan sembari memegangi perutnya.

Dengan gerakan cepat, Vandra membantu Capela yang sedang kesakitan itu. "Lo kenapa?"

"Gak tau, perut gue tiba-tiba sakit," ucap gadis itu kesakitan.

Gadis itu tak kuasa, hingga jatuh meringsut ke bawah kursi, sembari memegangi perutnya.

Melihat hal itu, Vandra langsung menggendong Capela, menuju ke mobil nya.

"Gue anter ke rumah sakit, ya?"

"Eh, ja---jangan. Anter ke rumah gue aja, gue cuman kecapean," cegah gadis itu.

Ucapan Capela hanya mendapat anggukan kecil dari Vandra, cowok itu kembali melanjutkan langkahnya menuju mobil, lalu meletakan gadis itu pada kursi penumpang.

WUNDE ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang