18🥀

4.6K 485 22
                                    

"Alana masih di sini, Alana tak pergi, tapi Alana akan berusaha pergi dari kehidupan mamah."

-ALANA-

Alana sedang memasukan beberapa pakaian ke dalam koper besar, bersama dengan Raga dan juga Yudha.

Yudha nampak tersenyum senang, melihat wajah putrinya yang semakin membaik.

"Ayah seneng, akhirnya ayah bisa tinggal sama putri cantik Ayah."

Alana tersenyum, lalu dengan gerakan cepat Alana menghambur ke pelukan Yudha. "Alana sayang... banget sama Ayah."

"Alana gak mau kehilangan ayah." Semakin mengeratkan pelukannya.

Yudha memeluk erat Alana, tanpa jeda, detik jarum jam terdengar menggema di dalam ruangan itu. Raga, lebih memilih untuk memainkan ponselnya, membiarkan kedua ayah dan anak itu saling memeluk.

"Yah?" Panggil Alana lirih, dengan suara yang parau.

"Iya, Na." Yudha melepas pelukannya, menatap manik hazel putri di hadapannya.

"Alana mau di sini aja ya, Alana gak mau pergi dari kota ini."

Deg!

Senyum yang sedari tadi terpampang jelas di wajah Yudha, kini menyisakan sendu tak terkira di dalam benak. Harapan nya selama ini, ingin sekali bisa dekat dengan Alana, tapi apa daya.

"Kenapa Na? Kamu gak mau deket sama Ayah?" Yudha memiringkan kepalanya, mengulum bibirnya.

Lelaki 34 tahun itu meraih kedua tangan Alana, menggenggamnya, lalu kembali bersuara.

"Alana sayang Ayah kan?"

Alana mengangguk dengan sangat cepat, tanpa ia minta air mata yang sedari tadi ia bendung, kini mulai menetes sedikit demi sedikit membasahi pipi Alana.

"Alana sayang Ayah ..." lirihnya, dengan suara yang bergetar.

"... Tapi, Alana juga gak pengen pindah dari Kota ini," lanjut Alana, masih dengan suara yang parau.

"Seandainya Ayah bisa pindah ke Jakarta, Ayah udah lakuin itu, Na. Tapi Ayah gak bisa, Ayah harus urus perusahaan Ayah yang di Semarang."

Alana berusaha menahan isakan tangis yang lolos dari bibirnya. Menunduk, sembari terus mengelap air matanya.

"Alana gak mau jauh dari Mamah. Meskipun Mamah sering berlaku gak baik, tapi Alana sayang banget sama Mamah."

Yudha menarik napas panjang, menetralisir kan pernafasanya. Kembali menatap Alana, lelaki itu menangkup kedua pipi Alana.

"Ayah gak maksa Alana mau ikut sama Ayah." Ujar Yudha.

Alana menatap manik hitam milik Yudha. Manik yang terlihat juga sayu, tak jauh berbeda dengan manik sayu yang ia miliki.

"Ayah bisa ketemu sama kamu aja udah seneng,"

"Maafin Alana, Yah." Maaf Alana, tak enak dengan Yudha.

"Alana gak salah, kenapa minta maaf? Ayah bersyukur banget bisa ketemu sama putri cantik yang Ayah cari selama ini."

WUNDE ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang