30. Hamil? 🌷

Mulai dari awal
                                    

"Cakep banget," puji Alvian di samping telinga Adiva.

Adiva tertegun. Cewek itu menggaruk leher tak gatal. Biasanya ada rambut di sana, tapi sekarang kosong  "Jadi adem rasanya."

Alvian terkekeh. "Enak kan punya rambut pendek? Hemat sampo lagi!"

"Bukan gitu konsepnya, Bambang," balas Adiva ketawa kecil.

"Tapi serius, lo suka dengan penampilan sekarang?" tanya Alvian kemudian.

Adiva mengangguk semangat. "Aku suka banget."

Alvian menghela napas kasar. "Maaf, ya. Gara-gara gue sama Vivian, lo manjangin rambut lo."

Adiva menggeleng cepat. "Bukan gara-gara kalian. Itu atas kemauan aku sendiri, kok. Lagian aku pengen gantiin Vivian buat temenin kamu, ayah Akbar, dan bunda Lia. Sekarang juga masih boleh aku jadi Vivian. Kalian boleh anggep aku itu Vi--"

"Sembarangan." Alvian kembali mengetuk kening Adiva. "Ingat! Lo Adiva. Lo bukan pengganti Vivian. Sekarang lo hidup demi lo sendiri. Gue gak mau lihat aura Vivian di dalem diri lo."

"Aduh, udah 2 tahun, Al. Mau kembali kayak Adiva yang dulu juga susah. Aku terbiasa jadi Vivian walaupun penampilan udah kembali ke Adiva yang dulu."

"Pelan-pelan aja gapapa. Oh iya, jangan mentang-mentang gue minta lo balik jadi Adiva yang dulu, lo ngerokok lagi. Kalo lo ngeyel mau ngerokok, gue bisa gorok leher lo!" ancam Alvian dengan wajah galaknya.

"Emang kenapa kalo aku ngerokok? Kan, kamu minta aku jadi Adiva yang dulu. Adiva yang dulu tukang rokok tau!"

"Intinya jangan. Ngerusak kesehatan. Udah, gue bayar dulu." Alvian berjalan ke arah kasir. Adiva mengejarnya.

"Emang kenapa kalo ngerusak kesehatan, Alvian? Jawab!" desak Adiva.

"Gak usah banyak tanya lo!" jawab Alvian ketus.

"Ih, kenapa sih?!"

"...." Alvian tidak menjawab.

"Alvian! Kenapa?!"

"Totalnya berapa?" tanya Alvian kepada kasir.

"Alviaaaan!"

"Diem!" balas Alvian dengan nada tinggi lalu menghela. Cowok itu memutar Adiva untuk menghadapnya. "Gue gak mau lo ngerusakin kesehatan. Gue gak mau lo sakit, karena lo akan jadi pendamping hidup gue. Gue gak mau kehilangan lo. Paham?"

🌷🌷🌷

"Pilih yang lo suka."

"Wahhhh ...!" Mata Adiva berbinar melihat cincin yang berkelap-kelip di depan matanya. "Ini beneran aku boleh pilih?"

"Iya, cepet pilih."

"Aku mau ini. Ini juga. Ini. Ini. Ini. Ini. Ah! Itu juga! Terus yang i--aw! Alvian kenapa dorong kepalaku?" Adiva mencebikkan bibirnya.

"Lo maruk amat!" kesal Alvian.

"Loh?" Adiva mengerutkan kening. "Katanya aku disuruh pilih yang aku suka."

ALVIVA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang