27 - Evil Destiny

Start from the beginning
                                    

        "Gue juga sayang sama lo, Sya."

        "Bohong!"

        "Gue suka cewek baik kayak lo, Sya."

        Asya meremas kuat rambutnya sambil menangis tersedu-sedu. "Afa jahat! Kenapa jahat sama Asya?" Lirih Asya sambil menangis.

        "Kenapa Asya gak bisa benci sama Afa? Kenapa Asya harus sukanya sama Afa? Asya memang cewek bodoh."

        "Aarghhsss! Sakit." Asya memegang kepalanya yang terasa seperti di pukul kuat.

        Tangis Asya berhenti tiba-tiba karena seseorang yang memeluknya erat. Tubuh Asya merespon cepat rengkuhan hangat itu. Mata Asya kembali memanas saat mengetahui siapa yang memeluknya.

         "Apa yang sakit?"

        Dan kembali tangis Asya pecah saat mendengar suara nada pertanyaan itu yang terasa begitu lembut masuk ke indra pendengarannya.

        "Hei, pukul aku supaya kamu lega."

        Asya menggeleng lemah. "Gak bisa Afa, aku gak bisa mukul orang."

        "Kita bolos mau?" Tawar Alfa mengusap wajah Asya lembut.

        Asya menatap mata Alfa dalam dan terdiam lama.

        "Jangan nangis terus, gak baik buat kesehatan." Ujar Alfa mengelus-elus rambut Asya lembut.

         Asya meneguk salivanya kasar lalu berusaha berdiri. Namun kakinya terasa begitu keram membuat Alfa terkesiap memegang bahu gadis itu karena hampir terjatuh.

        Asya membeku saat melihat Alfa berjongkok di depannya. "Naik, gue gendong sampe mobil." Ucap Alfa karena Asya kurang mengerti.

        "Kenapa sifat kamu berubah jadi manis gini, Afa?" Tanya Asya lirih hingga air matanya kembali jatuh.

        "Karena takdir kita jahat, Sya." Jawab Alfa pelan.

        Alfa menggendong Asya dan berjalan dengan langkah santai di lorong gudang menuju gerbang utama. Hari ini sudah bebas, boleh keluar sekolah kapanpun itu karena guru sedang sibuk mengurus nilai hasil ujian seminggu kemarin.

        Asya tersenyum tipis dan memeluk leher Alfa lembut dari belakang. Dagunya ia taruh di bahu kiri Alfa. Sedangkan Alfa hanya berjalan dengan wajah datarnya. Alfa, laki-laki bertopi hitam itu penuh kejutan.

        "Seberapa besar sayang lo sama gue Sya?" Tanya Alfa melirik wajah Asya dengan ekor matanya.

        "Seharusnya kamu gak perlu lagi tanya itu, Afa." Balas Asya tersenyum.

        "Kalau aku terlanjur sayang banget sama seseorang, bahkan rasa sayangnya itu gak ada batasnya." Ucap Asya tepat di telinga kiri Alfa.

        Hal itu membuat bulu kuduk Alfa meremang, darah laki-laki tampan itu berdesir cepat, bahkan jantungnya berdetak lebih cepat.

         "Makasih, Sya."

*****

        "Alfa kemana?" Tanya Asna memasuki kelas dengan baju bebas karena baru selesai latihan dance modern.

         "Gak tahu," sahut salah satu cewek yang sedang membaca buku novel itu duluan.

        "Nenek sihir!" Panggil Asna pada Jenny yang sedang meneliti bola mata Riko di layar ponsel cewek itu.

        "Ada apa nenek lampir?" Sahut Jenny tak melihat Asna.

        "Riko sama Kevin di mana?" Tanya Asna menumpu tangannya pada meja Jenny.

SimbiosisWhere stories live. Discover now