•Malam Minggu

20 17 8
                                    

                              。Happy Reading。

Di rumah keluarga Rusyadi, tepatnya di pukul 7 malam ini, ke tujuh lelaki itu tengah berada di sebuah ruangan yang cukup besar.

Mereka saling berbincang-bincang, sambil memegang benda yang mereka miliki, yaitu handphone nya.

"Bang, gimana caranya supaya kita di kagumi banyak orang? " Nakata memulai pembicaraan dan bertanya pada Johan.

"Kenapa lu nanya kayak gitu? " tanya balik Johan.

"Yeu, bukannya di jawab malah nanya balik, " kesal Nakata.

"Ya gue harus tau dulu dong apa alasan lu nanya gitu ke gue, " ucap Johan dengan jelas.

"Ya gue cuma mau tau aja sih, gak lebih, " jawabnya.

"Bang Naka emang agak aneh sih orangnya, jadi dia nanya yang udah biasa orang lain lakuin. " tiba-tiba Jibrani ikut menimpali perbincangan antara kedua lelaki itu.

"Setuju sama si Jibran, " ucap Zian.

"Orang aneh emang gitu, " kata Hairiz ikutan juga, tapi berkata pelan.

"Lu semua pada diem deh, gak usah ikut campur. " suruh Nakata dengan nada tinggi.

"Buset, kalem bang gue hampir terjungkal lho dari kursi. " Zian terkaget.

"Gitu aja kaget, " timpal Hairiz.

"Emang lu enggak? " tanyanya sambil menghadapkan wajah pada yang bicara.

"Enggak, " singkat Hairiz.

"Lebay lu bang Zayen, " ledek Jibrani.

"Apaan sih lu, anak kecil gak usah ikut campur urusan orang dewasa ya, " nasihat Zian pada adiknya.

"Iya deh, jibran diem aja. " katanya dan menundukkan kepala.

"Elu sih, jadi jibran kecil gue nangis kan kesian. " ucap Nakata prihatin.

"Siapa juga yang nangis, " kata Jibran.

"Lah tadi lu nundukin kepala, itu artinya lu ngambek sama mau nangis, " kekeh Nakata.

"Enggak ih, "

"Ngaku aja lah, lu mau nangis kan tadi sebab gue udah bicara dengan nada tinggi. " kata Zian dan mengakui atas kesalahannya.

"Kelewatan ya lu Zi, jadi dia mau nangis tuh. " ledek Hairiz sambil melihat raut wajah sang adik.

"Ehh, lu pada mau kasihani si Jibran atau mau ngeledek dia? " tanya Johan dengan tegas.

"Hehehe, enggak bang. " Nakata menyengir.

"Enggak apa? " tanyanya lagi.

"Gak bermaksud buat ngeledek si Jibran kok, " timpal Hairiz.

"Nah itu maksudnya bang, " ucap Nakata.

"Udahlah, pada lebay banget lu pada, " kata Johan dan kembali menyibukkan diri dengan handphone nya.

"Jib, maafin bang Zian ya. Gue gak bermaksud buat marahin lu kok, jangan nangis lah jib nanti kita ikutan nangis juga. " ucapan dari Zian dapat membuat keempat lelaki itu tertohok atas perkataannya.

"Jangan di maafin Ran, nanti makin ngelunjak tuh anak. " suruh Hairiz agar Jibrani menuruti perkataan darinya.

"Ehh, lu gimana sih Riz. Bukannya ngasih contoh yang baik sama adek lu, ini malah pengaruhi yang gak bener, " Johan memberi tahu kan.

"Tau tuh, gak ada akhlak lu, " sahut Nakata.

"Iya deh, gue minta maaf sama kalian. " ucap Hairiz.

TERLALU CINTA [On Going]Where stories live. Discover now