12. Tom and Jerry

Start from the beginning
                                    

Senja tak langsung pulang kerumah, ia memberhentikan motornya didekat taman yang mempertemukan nya dengan papanya. Ah memikirkan papanya, Senja jadi kangen sendiri. Ia turun dari motor lalu berjalan ke arah penjual eskrim yang ada ditaman itu, setelah selasai membeli eskrim Senja langsung duduk didekat danau sambil menikmati pemandangan langit sore hari ini.

Senja menghembuskan napas nya sembari memikirkan hidup yang ia alami. Apa untuk bahagia sesulit itu ya? dan kenapa untuk menerima luka semudah itu? entahlah ia juga bingung dengan permainan takdir untuknya. Mempertemukan dirinya dengan orang orang yang memberi teka teki bagi hidupnya, takdir juga mempertemukannya dengan orang yang tak ingin ia temui disepanjang hidupnya.

Keluarga nya berantakan, dibenci papanya, selalu dibilang anak sialan, bahkan untuk papanya mengakui dirinya sebagai anak pun enggan sekali rasanya. Senja selalu berusaha mensyukuri hidupnya, namun lagi dan lagi hanya luka yang ia dapat. Ingin menyerah namun seolah takdir tak merestui, jadi kapan takdir bisa memberi waktu agar Senja bisa menyerah dan merasakan hidup yang bebas dari trauma, rasa takut, dan mental yang gak sehat? ia hanya bisa tertawa miris melihat hidupnya saat ini. Iri dengan orang orang diluar sana yang banyak mendapat kasih sayang dari keluarga.

"Kesambet lo bengong mulu."

"Regan? dih ngapain lo?" tanya Senja dengan tidak santainya.

"Gue mau ngadem disini, lo jangan ngajak ribut deh," ucapnya menatap sinis Senja.

Senja yang ditatap seperti itu pun langsung membalas memelototi Regan.

"PD banget lo, siapa juga yang mau ngajak ribut," ucapnya dengan sedikit acuh.

"Nama lo siapa si?" Tanya Regan dengan santai sambil melempar batu kecil kearah danau.

"Senja." Jawabnya.

Regan menganguk anggukkan kepalanya, lalu kembali berucap.

"Jangan geer lo gue tanyain nama, gue nanyain nama lo cuma buat inget inget aja siapa tau nanti ketemu dijalan biar bisa gue ajak berantem," ucapnya dengan sombong.

Senja memutar bola matanya malas, harusnya dia yang ngaca siapa yang terlalu PD disini.

"Sebenarnya gue males ngasih tau nama gue ke lo, karena takut lo teriak teriak kaya monyet, jadinya gue kasih tau. Tapi itu terpaksa inget," balas Senja dengan santai.

"Secara gak langsung lo ngatain gue kaya monyet dong?" Tanyanya dengan raut wajah tak santai.

"Gue gak ngatain lo kaya monyet," ucap Senja dengan menggelengkan kepalanya.

Regan hanya memutar bola matanya malas, ia benar benar harus ekstra sabar menghadapi ciptaan tuhan yang satu ini. Regan merebahkan badannya diatas rumput dengan tangan sebagai tumpuannya.

"Lo kaya orang yang lagi banyak pikiran. Muka lo udah jelek kaya bebek kecebur got, kalo lo terus banyak pikiran kaya gini, malah tambah jelek melebihi jelek nya bebek yang kecebur got," ucapnya dengan meledek.

"Sotau lo, dukun ya?" tanya Senja membalas ucapan Regan.

"Hari ini gue mencoba damai sama lo karena muka lo keliatan lagi kusut banget, kalo gue ajak lo ribut yang ada gue bakal bonyok abis abisan dipukul sama lo. Tapi bukan berarti gue takut sama lo ya, jangan geer deh, nanti kalo muka lo udah gak kusut lagi bakal gue ajakin ribut," ucapnya sambil memejamkan matanya menikmati semilir angin.

"Seterah lo, gak peduli juga," ucap Senja seraya melemparkan batu kerikil kedalam danau.

Naresh yang daritadi melihat Senja dan Regan dari kejauhan hanya bisa menahan emosinya. Ia merasa tak aman jika Senja berdekatan dengan Regan seperti sekarang ini. Buru buru Naresh melepas helm nya dan turun dari motor lalu setelah itu berjalan menghampiri Senja dan Regan.

SENJALUKAWhere stories live. Discover now