"Umi pulang dulu ya?"

"Hati-hati umi," ujar Raga sembari tersenyum.

Raga menatap nanar punggung Jannah, ada rasa sakit ketika melihat wajah seorang ibu tertekuk karna ulah anaknya. Namun lebih menyakitkan ketika dirinya mengingat di mana kenyataan tersebut kembali mengusiknya.

"Kalau aja gue ada kesempatan buat jaga lo, gue akan bimbing lo jadi perempuan yang baik Ngel. Tapi semua kenyataan ini udah nampar gue cukup keras. Ada saatnya lo tahu alasan gue ngejauh, g-gue nggak akan pernah bisa sama lo," gumam Raga sangat lirih.

🌼🌼🌼


Kirana tersenyum ke arah Raga yang juga tengah tersenyum padanya. Waktu istirahat kali ini, ia hanya dapat melihat Raga dari jauh. Tidak seperti biasanya, karena dirinya harus belajar untuk mengikuti olimpiade antar SMA 2 minggu ke depan.

Namun siapa sangka jika lelaki itu menghampiri Kirana, ia tau jika kekasihnya merindukan dirinya. Tanpa izin ia duduk di samping Kirana, toh Kirana juga tidak melarangnya.

"Cie yang mau olimpiade, semangat ya!" Ujar Raga lembut.

"Makasih ya Ga," jawab Kirana tersenyum.

"Aku bawain cokelat buat kamu, makan ya. Aku liat kamu terlalu capek," ujar Raga membuat Kirana tersenyum.

"Makasih."

Belum sempat Kirana meraihnya, ada uluran tangan yang lebih dulu meraih cokelatnya tersebut. Raga dan Kirana pun saling pandang, sebelum akhirnya menatap kesal cewek yang sudah berdiri di hadapan mereka dengan cokelat di tangannya.

"Makasih Raga ganteng!" Ujar cewek tersebut manis.

"Lo di ajarin etika kan Ngel?" Tanya Raga dingin.

Angel masa bodoh dengan pertanyaan Raga, ia malah membuka cokelat tersebut kemudian melahapnya dengan senyum yang tidak memudar sedari tadi. Cokelat adalah makanan kesukaan Angel, bagaimana mungkin Raga lupa akan hal itu? Sampai-sampai lebih memilih memberikan cokelat tersebut untuk Kirana. Pikir Angel.

"Mmm, cokelatnya enak, manis kayak calon imam gue," ujar Angel sembari mencubit pelan pipi Raga.

"ANGEL!" Sentak Raga merasa risih.

"Udah Ga." Kirana memperingatkan Raga agar pria ini tidak lepas kendali pada Angel. Mau bagaimana pun sikap Angel, dia tetap perempuan.

Angel melihat dengan jelas jika Kirana tengah merangkul tangan Raga. Apa-apaan ini? Angel tidak suka Kirana menyentuh miliknya.

Dengan tanpa malu, Angel mendorong Kirana agar menjauh dari sisi Raga. Kirana yang terkejut akan perlakuan yang Angel lakukan membuatnya hilang keseimbangan dan---

Bruk!

Kirana ambruk ke arah samping. Membuat Raga dengan cepat menghampirinya. Ia menatap lutut Kirana yang sedikit lebam.

"Na? Lutut kamu luka," ujar Raga lembut. Kirana menggeleng pelan.

"Bukan apa-apa Ga."

Raga menatap tidak suka pada Angel.
"Gue udah bilang ke lo, jangan ganggu Kirana! Tapi itu semua tetep lo lakuin! Mau lo apa Hah?!" Bentak Raga, Angel terlonjak kaget karenanya. Bukannya hanya lecet sedikit? Mengapa Raga sangat mengkhawatirkan gadis di depannya?

"Arvian Raga Samudra, mau sampai kapan lo bertahan sama cewek belagu ini? Lo coba deh lihat wajah gue! LIHAT GA LIHAT!" suara Angel meninggi, Raga tau Angel marah padanya. Namun, seberapa kuat usaha Angel untuk mendapatkannya, pria tersebut tidak akan pernah utuh bersamanya.

Raga memandang wajah Angel, ia melihat ketulusan cinta ada pada perempuan tersebut. Namun, suatu kenyataan itu menyadarkannya. Tidak seharusnya Raga membuat Angel terlalu jatuh padanya. Jika saja bibirnya tidak terlalu kelu, ingin rasanya Raga mengungkapkan sebuah kenyataan yang menyakitkan untuk keduanya. Namun, niat tersebut ia urungkan. Angel tidak perlu mengetahui hal tersebut sekarang, perempuan tersebut tidak akan menerima kenyataan tersebut secara mudah. Biarkanlah semesta sendiri yang mengatur sebagaimana mestinya.

Diary Hijrah, ANTAGONISWhere stories live. Discover now