29. A Half of Truth

Start from the beginning
                                    

Senyum lebar terbit di bibir Laith, memperlihatkan gingsul rema itu. "Mbak Zaa pernah cerita soal Mas Hijir soalnya, makanya Laith tahu. Mbak Zaa bilang, suatu saat pengen ngenalin Mas Hijir ke Laith karena Mas Hijir suka sejarah. Kebetulan, Laith juga suka sejarah, Mas. Terutama Islam Eropa."

Senyuman tak bisa ditahan Hijir. Meski kenyataan yang baru saja ia tahu cukup menghantamnya telak, tetapi setidaknya perempuan itu cukup memperhitungkan keberadaannya.

Hikam pun memperkenalkan diri setelahnya.

"Kita bisa diskusi kapan-kapan," jawab Hijir, membuat Laith tersenyum.

"Oh iya, Laith. Bisa kita bicara sebentar? Ada yang mau saya tanyakan." Hijir tidak bisa menahan rasa pesarannya saat ini.

Remaja lelaki itu mengangguk dan mereka duduk di bangku selasar ruangan. Hikam juga bergabung.

"Maaf kalau pertanyaannya sensitif. Sebenarnya, apa agama Zaa? Saya tidak pernah melihat dia salat atau katakanlah ibadah, meski kata terakhir yang saya dengar sebelum pingsan waktu itu adalah 'Allah'. Namun, beberapa kali dia membaca Weda, memberi saya buku bergaya Injil, dia juga sedikit banyak tahu tentang konsep ajaran masing-masing agama. Bahkan, dia mengajak saya ke gereja."

Bukannya tersinggung, Laith justru tertawa cukup keras. Jika tidak ingat sedang berada di rumah sakit, mungkin Laith akan terus tertawa.

"Mbak Zaa kayaknya berhasil badutin banyak orang, ya?" Sisa tawa Laith masih mengudara. "Dia Islam kok, Mas. Cuma, Mbak Zaa memang nggak pernah mau ngaku Islam. Malu katanya, kalau misal dia bilang Islam, ternyata dalam hatinya nggak benar-benar Islam.

"Mbak Zaa memang tertarik dengan segala konsep ketuhanan. Kalau Mas Hijir sama Mas Hikam punya kesempatan main-main ke rumah, nanti aku tunjukin koleksi bukunya Mbak Zaa. Selain buku dengan judul-judul kontroversial itu, Mbak Zaa juga koleksi kitab berbagai agama soalnya."

Baik Hikam maupun Hijir sama-sama terhenyak. Begitu rupanya, ini hanya perihal ketertarikan.

"Masalah main ke gereja atau tempat ibadah lain, Mbak Zaa memang udah biasa. Temen-temennya multi, Mas. Gitu Laith nyebutnya. Ada yang ateis sama agnostik, ada juga yang dualistik, kayak muridnya di tempat kursus. Kebetulan juga, Ayah membebaskan kami belajar apa pun dari siapa pun. Jadi, ya gitu, deh."

Hikam dan Hijir saling pandang. Masih ada poin penting yang ingin mereka dengar.

"Masalah ibadah?" tanya Hikam pada akhirnya.

Kembali tawa Laith berderai. "Mbak Zaa salat, tapi mungkin nggak pernah dilihatin ke orang lain. Cuma karena Mas nggak pernah lihat Mbak Zaa jamaah, bukan berarti dia nggak salat beneran. Mbak Zaa selalu sengaja cari tempat sepi buat salat. Tiap ditanya, katanya nggak mau pertemuannya dengan Allah terganggu.

"Ditambah, Ayah itu dari dulu dalamin ilmu hakikat dan Mbak Zaa juga ikut tertarik. Jadi, kalau buat orang-orang yang nggak tahu dan masih berkutat sepenuhnya di syariat, Mbak Zaa nggak bakal lebih dari sekedar orang aneh. Gila, perempuan yang kelewat bebas. Padahal, nggak gitu aslinya."

Kedua lelaki di samping Laith semakin terhenyak. Pantas saja. Pikiran Zaa selama ini lebih dalam dari mereka semua. Pantas saja.

"Assalamu'alaikum, Ith," sapa laki-laki yang baru datang.

Laith segera berdiri dan mencium punggung tangan lelaki itu. "Wa'alaikumussalam, Mas. Baru sampai?"

Lelaki itu mengangguk dan berganti memandang Hijir juga Hikam penuh tanya. "Em ... mereka siapa, Ith?"

"Oh iya, kenalin. Ini Mas Hijir dan Mas Hikam, temennya Mbak Zaa." Laith beralih pada dua lelaki yang baru ia sebut namanya itu. "Dan ... ini calonnya Mbak Zaa, Mas."

Allah ... kejutan macam apa ini?

-o0o-

Gimana rasanya jadi Hijir coba?😌 Sakeeeeettttttt! Btw, hope you can guess it right.

Em ... part depan ending, beneran ending dan langsung aku post setelah ini.

Kecewanya pembaca sama alur itu, bukan suatu masalah buat penulis, harusnya. Because we type what we want to type, not what you want to read. So, I can just say, wish you enjoy.

Amaranteya

15th of September 2021

Ujung Tirani (Completed)Where stories live. Discover now