27. The End of The Tyrant

Beginne am Anfang
                                    

Semua mengangguk mengiyakan. Baiklah, sudah diputuskan, Zaa tidak akan bergabung dalam rombongan saat berangkat esok hari.

Benar saja, keesokan harinya, saat semua bersiap berangkat ke tempat kegiatan, Zaa juga sudah mengemasi pakaian. Ia akan pulang setelah mereka berangkat nanti, dijemput Kaisar. Sekali lagi, bukankah Zaa cerdik memanfaatkan teman?

Belum rombongan berangkat, Kaisar sudah memarkirkan mobil di jalanan depan, seberang gerbang pesantren.

Sambil menggeret koper terburu-buru, Zaa menghampiri lelaki itu dan langsung memberinya tinjuan kecil di lengan saat sampai. Sungguh, Zaa kesal setengah mati. Padahal, ia sudah mengatakan tunggu pesan darinya sebelum menjemput. Kalau begini, otomatis para tutor dan panitia kegiatan yang sudah berkumpul di dekat gerbang sana, melihatnya bersama Kaisar. Sial.

"Kamu kecepetan, Kaisar," gerutu Zaa.

Kaisar berdecak. "Sekalian ah, Zaa. Gue tadi niatnya mau mampir ke kafe dulu, eh masih tutup. Ya udah, langsung ke sini aja."

Giliran Zaa yang berdecak. Tidak bisakah lelaki itu memberikan alasan yang lebih masuk akal?

"Sejak kapan kafe bakal buka jam setengah enam pagi begini? Udahlah! Bantuin masukin koper ke bagasi."

Setelah membuat gerakan hormat, Kaisar segera menuruti ucapan Zaa, sementara perempuan itu langsung masuk ke dalam mobil, mengambil tempat di bangku depan.

Saat Kaisar akan masuk ke bangku kemudi, ia melihat ke arah Hijir. Jelas ia mengenali lelaki itu. Disunggingkannya senyum lebar sembari mengangguk sekali.

Dalam gerbang, Hijir yang melihat itu semua, mengepalkan tangan diam-diam. Meski tak ayal, senyumnya terbit juga sebagai balasan.

Mobil Kaisar berlalu. Benar saja, hal tersebut langsung menjadi bahan bisik-bisik orang-orang itu. Kebanyakan merasa iri pada Zaa, karena perempuan itu tampak akrab dengan siapa pun. Sebuah keuntungan tentu saja, ia bisa meminta bantuan.

"Siapa lelaki itu, Jir?" bisik Hikam yang berdiri tepat di sampingnya.

Hijir menoleh sejenak. "Temannya Jauza."

Lelaki itu diam setelahnya. Selama perjalanan pun Hijir hanya diam, menatap ke luar jendela dengan kosong. Namun, telinganya tersumpal headset yang terhubung ke ponsel dan tengah memutar kisah yang sebelumnya harus terjeda ia dengar.

Di sana dijelaskan, ada dua pendapat mengenai kapan terjadinya Perang Zallaqah. Meski para ulama dan sejarawan setuju bahwa perang terjadi pada hari Jum'at 479 H, tetapi ada perbedaan pada tanggal dan bulannya. Ada yang mengatakan perang tersebut terjadi pada 12 Rajab, ada pula yang mengatakan 10 Ramadan.

Hijir tak mau ambil pusing, yang ia inginkan dari cerita itu, adalah ibrah dan kebangkitan umat Islam.

Dari tiga pasukan yang dibagi Yusuf bin Tasyfin, ada tugas berbeda yang dibebankan pada tiap pasukan. Orang-orang Andalus di bawah Al-Mu'tamid dan pasukan Murabithun di bawah Daud bin Aisyah menyerang langsung pasukan Salibis di bawah pimpinan Alfonso. Sementara itu, pasukan yang dipimpin oleh Yusuf bin Tasyfin akan bersembunyi di celah bukit yang tidak diketahui lawan.

Tujuan dari taktik itu adalah menjaga kesatuan umat Muslim, membuat pasukan Salibis kehabisan energi dan saat itu terjadi, Yusuf bin Tasyfin beserta pasukannya, bisa menyerang tiba-tiba saat lawan dalam keadaan lemah.

Namun, dari sana, berkembang kembali isu bahwa Yusuf bin Tasyfin menerapkan taktik tersebut agar bisa berkuasa atas Andalus dan mengorbankan umat Muslim Andalus itu sendiri.

Betapa naif pikiran pasukan muslim saat itu. Saat genting pun, mereka masih memikirkan kekuasaan, hal-hal duniawi.

Isu tak membuat Yusuf bin Tasyfin gentar. Apa yang ia lakukan adalah murni jihad mempertahankan Islam di daratan Andalusia.

Dalam medan peperangan, Al-Mu'tamid mulai terdesak, luka-luka seluruh badannya, tetapi tak berhenti. Dalam keadaan itu, ia terus berusaha menggencet, saling bantu dengan pasukan Daud bin Aisyah. Pada akhirnya, Alfonso pun merasa terdesak.

Benar, saat pasukan Salibis mulai kewalahan di medan perang, pasukan Yusuf bin Tasyfin membagi dirinya menjadi dua kelompok. Saat yang satu merangsek pertempuran, yang lain menyerang dari belakang, menghancurkan barak-barak pertahanan mereka, memporak-porandakan penyimpanan makanan juga senjata. Kocar-kacir, pasukan Salibis mulai berantakan.

Mendengar basis pertahannya diserang, jelas Alfonso goyah. Banyak pasukannya berakhir melarikan diri. Dalam keadaan tertekan dan takut, Al-Mu'tamid membabi buta menyerangnya. Panglima itu berusaha melukai paha Alfonso dan berhasil.

Kembali salah satu pasukan berhasil melukai paha Alfonso. Namun, Tuhan masih memberi hidup pada penerus Ferdinan itu. Sama seperti saat perang melawan saudaranya sendiri, Alfonso melarikan diri. Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa ia kehilangan kaki.

Pertempuran berdarah, penentu tonggak Islam di daratan Andalus pun berakhir. Zallaqah, tanah yang licin akan darah. Zallaqah, bukti nyata kebangkitan Islam di tanah Spanyol.

Hijir memejamkan mata tepat saat suara berhenti, menahan bulir yang sudah berkumpul di sudut mata agar tidak jatuh. Semrawut pikirannya sedikit terurai, hanya sedikit. Tirani Kristen masa itu memang berakhir, tetapi belum dengan tirani yang mengungkungnya.

Lama dalam keterdiaman, kilas sosok Zaa berjejalan dalam kepala, merangsek sisa-sisa waras, menghantam dengan telak. Pertemuan pertama dengan Zaa, perbincangan di perpustakaan, tenggelam dalam liturgi di gereja, menikmati suhu menusuk telaga, juga ... penampilan Zaa dalam drama kemarin.

Sedikit demi sedikit, Hijir menemukan sesuatu. Matanya terbuka seketika. "Egoisme. Membunuh Tuhan. Aku tahu jawabannya," gumamnya sambil tersenyum.

Lihat saja! Tirani ciptaan perempuan itu akan berakhir sebentar lagi. Entah kebangkitan atau justru kehancuran untuk Hijir.

-o0o-

I am not satisfied enough with the war explanation. It's such lack of feeling. But, I'll revise it one day.

We will come to the end of this story😂 Aku masih utak-atik ending, sih. Sama neliti ulang benang merah antara semuanya. Takut ada plot hole.

Wish you enjoy

Amaranteya

14th of September 2021

Ujung Tirani (Completed)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt