Lost 46

5 1 0
                                    

Hyuna mengendap-endap keluar kamar, ini pukul enam pagi. Baekhyun masih tertidur pulas di ranjang dengan tubuh yang hanya ditutupi oleh selimut. Tangannya meraih sebuah pulpen dan menyobek secarik kertas. Menarik sebuah catatan kecil yang ditujukan untuk Baekhyun.

Sebelum benar-benar pergi, Hyuna mengecup kecil pucuk kepala Baekhyun. Air matanya keluar secara langsung.

"Maafkan aku Baekhyun-a, sepertinya kita tidak boleh bersatu. Jadi, daripada menunggu, lebih baik aku melepaskan segalanya sekarang. Sampai jumpa, Suamiku." Hyuna meninggalkan ruangan tersebut dengan hati-hati. Menatap para pelayan hotel yang sudah berlalu-lalang melayani para penginap.

Tangan dan kakinya mendadak jadi dingin, perutnya pun terasa sangat sakit karena menahan lapar sejak kemarin. Satu tempat yang dia tuju. Hyuna tahu, ketika memasukinya ia akan sulit bertemu dengan Baekhyun. Setidaknya untuk beberapa bulan ke depan.
Aku tahu kau terkejut, tetapi bagaimanapun aku harus membayarnya, Baek. Ini adalah kesalahan karena emosi sesaatku. Terima kasih sudah menjadi penenang selama beberapa saat. Mungkin jika hari itu kita tidak bertemu dan takdir tidak mempermainkan ini, aku pasti juga sudah tidak ada.

Hyuna mengingat paragraf terakhir dari surat yang ia tulis untuk Baekhyun sebelum memberi sebuah tanda tangan di bawahnya.

L O S T

Ternyata dia pelakunya ... tunggu saja, aku akan mendatangimu. Aku membencimu demi apa pun karena telah membunuh satu-satunya orang yang kusukai. Aku memang pengecut, tetapi kau harus tahu, jika aku bisa melakukan balas dendam yang lebih besar. Semoga.

L O S T

Hyuna melangkahkan kakinya menuju ke halte bus. Menikmati Busan sebelum akhirnya pergi dan menyerahkan hidupnya. Lagi pula, Hyuna sudah muak dengan semua ini. Andai hari itu rahasia Hyuna tidak terbongkar, mungkin perbuatannya tidak akan sejauh ini.

Dia meraih ponsel yang berada di dalam saku celana. Menatap lamat-lamat wajah yang terlihat semakin lelah setiap harinya. Faktor stres juga menjadi salah satu alasan.

"Eoh?" Hyuna melihat seorang pria yang berjalan dari sini. Menghampiri Hyuna, Joon-sung? Itu adalah salah satu orang yang Hyuna kenal semasa kuliah dulu. Yah, meski dia tidak pernah menganggap Joon-sung sebagai teman. Pria itu tersenyum menatap keberadaan Hyuna.

"Jung Hyuna!" teriak Joon-sung berlari cukup kecil. Duduk di sampingnya. Sungguh Hyuna tidak menyangka jika mereka akan bertemu di situasi seperti ini. Dulu, Joon-sung adalah mahasiswa yang sangat aktif, berbeda dengan Hyuna, wanita itu selalu diam. Mungkin dia harus berterima kasih kepada Joon-sung atas pertolongan pria itu dahulu. Jika bukan karenanya, mungkin Hyuna sudah menjadi bulan-bulanan anak lain. Sekalipun begitu, dia masih tidak pernah menganggapnya ... teman.

"Bagaimana kau di sini? Aku mengunjungi temanku di tempat ini," ujarnya secara tiba-tiba. Di sebelahnya Hyuna hanya tersenyum singkat. Tidak tahu akan menanggapi apa.

"Ahh, aku sedang menemani suamiku di sini," bohong Hyuna seraya tersenyum kecil menjawabnya. Sebelum Joon-sung bertanya apa yang dilakukan Hyuna, lebih baik dia menjawabnya.

"Benarkah? Kau sudah menikah? Kenapa tidak mengundang?" tanya Joon-sung langsung. Sungguh Hyuna sebenarnya merasa sangat canggung dan ingin segera pergi dari sini.

"Ya, begitulah."

"Kau mau ke mana?"

"Ke toko buku dekat sini," kata Hyuna kembali berbohong. Dia tidak ingin Joon-sung curiga. Tangannya kembali menghidupkan ponsel, berpura-pura sibuk.

"Toko buku di persimpangan jalan?"

"Iya," jawab Hyuna. Masalahnya adalah dia sama sekali tidak tahu jika ada toko buku di persimpangan jalan. Tahu begini, tadi Hyuna harusnya berkata ingin pergi ke tempat lain.

"Benarkah? Aku juga sedang menuju ke sana. Mau ikut denganku?" tanyanya antusias.

Pertama, Hyuna tidak akan mungkin bisa menolak ucapan pria ini. Kedua, kalau dia menolak, mungkin Hyuna akan dicap sebagai pembohong ulung dan pencari alasan. Walau kenyataannya memang seperti itu, tetapi Joon-sung tidak sedekat itu untuk mengetahui Hyuna.

Wanita itu beranjak berdiri. Keduanya berjalan menuju ke arah persimpangan jalan dengan alasan, ingin membeli buku. Palingan pria ini sedang bertanya-tanya kenapa Hyuna ingin membeli sebuah buku.

"Siapa nama suamimu?" ucapnya berbasa-basi. Hyuna hanya tersenyum kecut setelahnya. Shin Baekhyun, itu namanya.

"Baekhyun," tutur Hyuna singkat. Takut jika pria ini membahas ataupun bertanya lebih jauh tentang Baekhyun. Namun, demi menjaga nama baik. Hyuna lebih baik menjawabnya dan 'tersenyum'.

"Jangan bilang nama suamimu Shin Baekhyun?" Hyuna mengernyit, bagaimana bisa Joon-sung tahu mengenai Baekhyun? Bukankah mereka tidak pernah bertemu. Atau mungkin, Hyuna yang tidak tahu lebih dalam mengenai suaminya.

"Bagaimana kau bisa tahu hal itu?"

"Ahh, sebenarnya aku pernah menyukai seorang gadis. Namanya Park Eunji, kami dulu bertemu di sebuah restoran. Secara ajaib, wanita itu lupa membawa uang, jadilah aku membayarkannya. Dan sejak itu pula kami menjadi dekat." Joon-sung menjelaskan dengan wajah berseri-seri. Hyuna sontak menghentikan langkahnya.

"Park Eunji ... mantan kekasih Baekhyun?"

"Iya, dia baru saja meninggal. Baru sekitar dua bulan kurang, tetapi aku tidak menyesal," ungkapnya. Seketika Hyuna merasa pusing, bagaimana dunia sekecil ini? Semua yang ada di sekitar Hyuna seolah terhubung.

"Kami sempat berkencan sebentar. Hanya sebentar dan aku tidak yakin jika Eunji menganggapnya kencan."

L O S T

"Sialan!" umpat Baekhyun ketika menyadari Hyuna telah pergi. Dia segera memakai kembali seluruh pakaian yang tercecer di lantai.

Lost (Republish)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora