Lost 7

21 8 9
                                    

Terhitung sudah dua minggu sejak kejadian saat itu. Hyuna menjadi lebih leluasa ketika bersama dengan Baekhyun. Apalagi pria Shin itu sering kali melontarkan lelucon lucu. Walaupun Hyuna jarang tertawa karenanya, yang penting adalah sudah tidak ada lagi yang namanya rasa canggung.

“Baekhyun-a, bangunlah! Sudah pukul delapan kau tidak berangkat ke kafe?!” teriaknya memanggil Baekhyun yang sampai sekarang masih bergelung di bawah selimut. Kejadian malam tadi memang cukup mengagetkan. Namun, itu bukan sepenuhnya salah Hyuna.

Semalam Hyuna dengan tidak sengaja menyiram suaminya menggunakan air es saat sedang membersihkan kulkas mereka. Bayangkan saja dinginnya seperti apa. Ditambah musim semi belum benar-benar tiba. Malam hari di Seoul tidak sedingin itu karena sudah memasuki bulan Maret, tetapi di musim panas sekalipun saat malam hari jika tersiram air es mungkin kita akan sangat kedinginan dan berakhir di ranjang paginya.

Hyuna menggerakkan kakinya ke arah kamar. Mencoba mencari tahu alasan Baekhyun tidak kunjung datang. Dua minggu membuat Hyuna paham akan tabiat Baekhyun yang sangat sulit dibangunkan ketika pagi hari. Namun, ketika sudah di atas pukul 07.00 biasanya Baekhyun akan terbangun dengan sendirinya tanpa harus dibangunkan oleh Hyuna.

“Baekhyun?” Benar tebakannya. Baekhyun masih meringkuk di bawah selimut dengan tubuh yang bergetar menahan dingin. Hampir tidak ada hari yang mereka lewati dengan tenang. Ingat baik-baik hal itu.

“Kau tidak apa?”

“Dingin,” jawab Baekhyun masih dengan menutup matanya. Bahkan ketika sehat pria ini cukup merepotkan—maaf—apalagi ketika sedang sakit. Sontak Hyuna memukul kepalanya pelan, menyesali pemikirannya. Sekalipun menyebalkan kita tidak boleh durhaka terhadap suami. Bagaimana jika di kehidupan berikutnya suami Hyuna lebih buruk? Misalnya pemabuk atau parahnya ... berselingkuh? Dia memang orang yang tetap menjalani kewajibannya, meski kadang melakukan beberapa kesalahan. Akan tetapi, bukankah itu sedikit keterlaluan.

“Baekhyun-a, bangunlah sebentar aku akan membelikan obat di apotek lebih dulu.” Hyuna menyambar pakaian hangatnya lalu berlari menuju ke arah luar.

Sebelum akhirnya memasuki mobil Hyuna mengambil ponselnya yang bergetar karena ada panggilan masuk. Ia mengernyitkan alisnya karena nomor asing yang melakukan panggilan ke nomor Hyuna.

“Ini ... betulan Jung Hyuna, ‘kan? Ini aku Park Eunji. Kurasa aku harus membahas beberapa hal mengenai suamimu.”

LOST

S

ebin menggigit bibirnya cemas, takut jika Hyuna tidak datang ke sini. Menggunakan nama Eunji sebagai pancingan saja sudah membuatnya panas dingin. Apakah hal yang ia lakukan ini benar? Pikiran itu berkecamuk di kepalanya. Berharap bahwa keputusan yang diambilnya tidak salah.

Wanita itu kembali melirik ke arah jam tangan miliknya. Sudah pukul 09.30 pagi. Artinya, tiga puluh menit dia menghabiskan waktu dengan menunggu sesosok perempuan yang kini telah menjadi istri seorang Shin Baekhyun tersebut.

Hingga beberapa detik berikutnya Sebin mendapati pintu rumah makan ini terbuka. Memang Sebin sengaja memilih tempat ini sebagai tempat pertemuan mereka. Bukan hal yang mustahil jika Hyuna belum sarapan.

Sebin sama sekali tidak tahu jika dalam rentang waktu tiga puluh menit itu ia dan Baekhyun sudah sarapan bersama Baekhyun. Bahkan kondisi suaminya sudah lebih baik dibanding sebelumnya. Hanya saja, Baekhyun sengaja untuk tidak ke kafe hari ini.

Tatapan mata Hyuna mengelilingi seluruh ruangan besar ini. Bisa dia ketahui bahwa ini bukanlah rumah makan biasa. Dilihat dari ukuran dan hiasan di setiap sudutnya. Satu kali pun Hyuna tidak pernah berani memasuki tempat ini meski dia lahir dan besar di Seoul. Kembali mencari nomor meja yang orang tadi sebutkan melalui pesan teks. Baguslah, ia akhirnya menemukan meja yang dimaksud. Terdapat seorang wanita yang duduk di sana, menatap Hyuna dan tersenyum manis.

Lost (Republish)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora