Lost 32

7 2 0
                                    

"Bagaimana jika besok?"

Baekhyun melirik ke arah Hyuna yang sudah bersiap untuk pulang. Pria itu mengiyakan ajakan Min-seok untuk bertemu. Namun, keadaan Hyuna yang baru saja keluar dari rumah sakit sama sekali tidak memungkinkan.

"Apa ada masalah yang terjadi?" tanyanya di seberang. Min-seok berpikir Baekhyun akan langsung menyetujuinya hari ini juga. Karena itulah dia langsung menelepon Baekhyun setelah percakapannya bersama Yoon-rae.

"Tidak, aku dan Hyuna berada di rumah sakit sekarang. Maaf tidak memberitahu, tetapi kemarin kami bertengkar dan Hyuna jatuh pingsan," jawab Baekhyun memberitahu.

"Apa ada hal serius? Jika memang besok tidak bisa, kita bisa menundanya lain kali."

"Tidak perlu, Hyuna sudah kembali. Bahkan cerewetnya itu tidak pernah hilang sekalipun dia sakit. Kau belum mengenalnya terlalu jauh," elaknya sedikit berbisik. Jika Hyuna tahu mereka membicarakannya, mungkin bukan hanya lima apel yang melayang ke arah kepala Baekhyun, tetapi bisa jadi gelas kaca yang melambung ke udara diakhiri mendarat di kepala Baekhyun.

"Benarkah? Aku kira Hyuna orang yang sopan, tetapi memang kata Sebin dia sedikit keras kepala—astaga, maaf." Pria itu buru-buru memperbaiki ucapannya ketika menyadari nama Sebin terseret ke pembicaraan.

"Tidak apa, bukan salahmu. Omong-omong bagaimana dengan Sebin apakah dia baik-baik saja? Aku jadi merasa bersalah kepadanya," ujar Baekhyun, miris sekali. Wanita yang dulu ia sia-siakan secara begitu saja entah kenapa membuat Baekhyun sedikit rindu. Bukan jenis rindu karena cinta. Namun, Baekhyun hanya rindu bagaimana awal pertemuan mereka. Jenis rindu yang terjadi ketika kalian merindukan seorang teman.

L O S T

"Tentu, dia sangat sehat kami masih sering bertemu juga. Kau tahu, wanita itu sangat menyenangkan sebenarnya." Min-seok mendesah pasrah. Baekhyun sama sekali belum tahu jika Sebin hamil. Hanya dia yang belum tahu, Hyuna sendiri sudah mengetahuinya. Beberapa asumsi Min-seok mengenai Baekhyun dan Hyuna kembali memenuhi pikiran.

"Syukurlah kalau begitu. Aku akan menghubungi lagi nanti, sampai jumpa. Hyuna sepertinya sudah selesai." Sambungan telepon terputus. Min-seok kembali menghela napas prihatin.

"Tidak ada yang bisa kupercaya sekarang," lirihnya menatap langit-langit ruangan ini.

L O S T

"Apakah aku boleh membawa ini?" Hyuna menunjuk jam kecil di meja sebelah ranjang rumah sakit. Astaga, apa yang ada di pikiran wanita itu sampai-sampai berpikiran untuk mencuri jam milik rumah sakit. Bahkan Baekhyun bisa membelikannya lebih dari sepuluh biji karena jika dilihat-lihat itu bukanlah benda mahal yang teramat langka.

"Ya! Jangan lakukan itu, aku tidak ingin dituduh mencuri!" tegas Baekhyun, tetapi bukan Hyuna namanya kalau menurut. Ia memasukkan benda kecil itu ke dalam tas ransel. Lagi pula, ini hanya jam murahan yang bisa ia beli, jadi rumah sakit tidak akan rugi andaikan Hyuna mengambilnya. Bukankah Hyuna juga membayar di tempat ini? Bahkan fasilitasnya tidak lebih baik dari apartemen Baekhyun. Yang bagus adalah, suasana di sini terasa sangat tenang.

"Terserahlah, aku tidak akan mengingatkan." Baekhyun hanya menganggukkan kepalanya. Kakinya melangkah keluar ruangan diikuti Hyuna.

"Aishh, tunggu sebentar, Baek. Tanganku masih sakit," ucap Hyuna tergopoh-gopoh mengikuti langkah Baekhyun. Pria itu sampai lupa jika tangan Hyuna yang kemarin terluka belum sembuh sepenuhnya. Salah siapa sudah berlagak seperti sangat sehat.

"Kau ingin digendong?" Hyuna sontak menggeleng. Bisa-bisa Baekhyun terjatuh saat melakukannya. Tubuh pria itu termasuk kecil, meskipun begitu kelebihan Baekhyun adalah dadanya yang bidang. Hyuna sendiri sampai ingin bersandar di sana. Bahkan ia yakin, semua wanita yang melihat Baekhyun ingin melakukannya. Namun, Hyuna tidak seberani itu untuk mengatakannya.

"Aku berat kau tahu itu, aku juga sudah lama tidak diet." Hyuna merenggut kesal.

"Ya sudah, sini aku bawakan tasnya," tawar Baekhyun langsung dihadiahi anggukan oleh Hyuna. Demi apa pun, tangannya sudah sangat pegal sejak tadi. Mengapa Baekhyun baru menawarinya hal itu sekarang? Memang, pria itu sama sekali tidak peka dengan Hyuna.

"Kau ... apakah ada yang aneh denganmu? Kenapa akhir-akhir ini bicaramu semakin lama semakin aneh?" tanya Baekhyun, sekilas ia menatap Hyuna yang berada di sebelahnya.

"Berbeda bagaimana? Aku hanya berbicara seperti biasanya. Mungkin kau yang berbeda, semakin hari semakin ... lembut? Entahlah, aku tidak ingin merisaukan hal tersebut. Lebih baik kita segera pulang sekarang. Aku ingin tidur," tutur Hyuna mengalihkan topik pembicaraan. Memang akhir-akhir ini dia merasa jadi lebih cerewet ketimbang biasanya. Padahal Hyuna juga selalu cerewet kepada orang terdekat, tetapi ini sedikit berbeda.

"Baru saja aku mengatakannya. Sekarang tempo bicaramu jadi semakin cepat dan suaramu meninggi, apakah hanya aku yang menyadarinya?" Baekhyun mengerutkan alisnya. Memang pria itu merasa bahwa ia terkesan lebih lembut dari sebelumnya. Namun, itu semata-mata karena kemarin orang tuanya datang. Bisa mati dia kalo mereka curiga. Intinya, hal tersebut keterusan hingga sampai saat ini.

"Iya, aku jadi lebih cerewet dan semua itu karenamu."

"Lebih menyenangkan seperti ini. Jujur, kadang aku nyaman bersamamu karena kau mudah diajak bicara. Berbeda ketika kau hanya diam dan tidak berkata apa pun. Kau tahu sendiri, manusia itu sering sekali overthinking. Jadi, ketimbang diam saja aku lebih suka kau yang banyak bicara. Asal tidak berlebihan saja," ungkap Baekhyun mengutarakan isi hatinya.

Sungguh, dia malah jadi takut jika Hyuna yang biasanya cerewet menjadi pendiam. Memang saat mereka berkenalan, pada awalnya Baekhyun mengira Hyuna adalah perempuan pendiam karena dia hanya tersenyum dan berkata iya atas pertanyaan Baekhyun. Sekarang anggap saja itu hanya kenangan. Tidak ada Hyuna pendiam seperti biasanya. Wanita itu lebih sering bertengkar dan adu mulut dengan Baekhyun. Memang terkadang Baekhyun lelah akan hal itu, tetapi ketika bisa mengimbanginya, semuanya menjadi menyenangkan. Semua butuh waktu.

"Benarkah, jadi kau lebih suka mendapatkan pukulan daripada senyuman? Sudah kuduga, Shin Baekhyun memang berbeda. Jika memang tidak seserius itu, aku lebih suka bertengkar. Namun, jika sedang sangat marah, aku memilih untuk diam, kau tahu mendinginkan pikiran daripada bertindak gegabah." Hyuna menjelaskan dengan saksama.

"Shin Baekhyun, apa yang kau lihat hari itu?" lanjutnya secara tiba-tiba. Dia mengingat ada hal yang belum selesai di antara mereka. Tangannya sudah bersiap untuk memberikan pukulan kepada pria ini.

"Aku tidak mengerti dengan apa yang kau maksudkan," jawab Baekhyun polos.

"Kau ingat, apa alasan kita bertengkar kemarin?" Hyuna mulai memancing ingatan Baekhyun. Oke, kali ini pria itu menyerah. Ini bukan hal yang bisa diatasinya.

"Aku tidak sengaja melihatmu. Lagi pula, kau masih mengenakan dalaman saat itu, tubuhmu juga bagus tidak perlu malu," jelas Baekhyun berusaha menenangkan Hyuna yang mana malah membuat Hyuna semakin ingin meluapkan emosinya.

"Sialan kau!"

•••••

•••••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••••

23 Oktober 2021.

•••••

kembali bertemu di malam minggu, wkwk. beruntung jadwal update enggak berubah meskipun aku revisi. semoga makin minim typo, ya, hehe.

jadwal update terbaru tetep di bio.

Lost (Republish)Where stories live. Discover now