Lost 4

26 9 3
                                    

Baekhyun terbangun ketika jam dinding menunjukkan angka tujuh pada jarum pendeknya. Saat menoleh ia tidak menemukan Hyuna di sisi ranjang tempat wanita itu tidur semalam. Mereka memutuskan untuk beristirahat sesaat setelah perkataan Hyuna. Kalimat yang terus terngiang di hati Baekhyun.

Iya, hanya satu kalimat sepele. Namun sangat berarti. Yang mana membuat Baekhyun terus merenungkan apakah keputusannya untuk menerima Hyuna salah.

“Sudah bangun?” Senyuman wanita itu menghiasi wajah kecilnya. Menatap Baekhyun dengan semringah, dan ini pertama kalinya Baekhyun mendapat hal seperti itu. Bahkan dari Sebin, sekalipun mereka sudah menikah selama dua tahun.

Emm,” gumam Baekhyun pelan. Pria itu berdiri dan melangkahkan kakinya keluar kamar. Menuju ke kamar mandi untuk setidaknya mencuci muka dan menyikat gigi. Selesai melakukan aktivitas sehari-harinya, Baekhyun pindah ke dapur dan menemukan meja makan yang sudah penuh oleh sarapan.

Lagi, untuk pertama kalinya—setelah menikah—Baekhyun merasakan layaknya kehidupan orang lain. Bangun dan mendapati meja makan telah dipenuhi oleh sarapan. Aroma sup serta nasi hangat menyeruak ke indra penciumannya.  Setelah menapaki kehidupan rumah tangga, mungkin Baekhyun sekali-dua kali merasakan sensasi seperti ini. Itu pun orang tuanya, dan biasanya itu terjadi ketika hari libur dan Baekhyun bangun terlambat dari biasanya.

“Duduklah, aku akan mengambilkan nasinya.” Tangan Hyuna dengan telaten memberikan Baekhyun porsi makanan untuk satu orang normal. Tentu itu merupakan porsi makan Baekhyun juga. Hanya saja—terkadang—ketika mood-nya turun ia menjadi lebih banyak makan, biasanya makanan manis akan menjadi pilihan utama Baekhyun.

“Kau sudah makan?” tanya Baekhyun mencoba untuk membuka pembicaraan dengan Hyuna. Tidak mungkin bukan setiap hari mereka akan saling diam tanpa berinteraksi sedikit pun.

“Belum, aku menunggumu,” jawab wanita itu singkat. Entah Hyuna yang sedang mencoba menjadi istri yang baik, atau Baekhyun yang memang jarang mendapat perlakuan sedemikian rupa.

“Bolehkah aku menanyakan sesuatu?” Mendengar pertanyaan Baekhyun, Hyuna mengangguk sekilas. Memang seharusnya mereka saling berbicara seperti ini dan tidak hanya diam. Bahkan kejadian-kejadian kecil bisa membuat keduanya semakin dekat hari demi harinya.

“Apa itu?”

“Apakah kau ... juga melakukan hal seperti ini setiap paginya dengan mantan suamimu?” Hyuna tersedak dengan kuah panas sup setelah mendengar pertanyaan Baekhyun. Pria itu terlihat serius dengan ucapannya.

“Tentu saja, kau seharusnya tahu karena sudah menikah selama dua tahun. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa aku lebih berpengalaman dalam hal seperti ini. Aku pikir setidaknya kalian masih saling menyapa setiap paginya—dulu.” Perkataan Hyuna menohok hati Baekhyun. Kini pria itu menyadari bahwa dirinya hampir tidak pernah berkomunikasi dengan Sebin dulu. Ibaratnya, Baekhyun memang ingin akur dengan, tetapi berusaha saja tidak sama sekali.

“Hyuna-ya, kurasa aku harus berkonsultasi denganmu mengenai hal ini. Tidak apa, ‘kan? Lagi pula, kita sama sekali tidak mencintai, aku merasa perlu menjadi suami yang baik.”

Heol ....”

Hyuna menghentikan semua gerakannya. Mengapa Baekhyun selalu berkata hal-hal aneh. Lebih tepatnya orang yang berstatus sebagai suaminya ini seperti anak kecil yang bertanya-tanya mengenai pelajaran sekolah kepada ibunya. Itulah yang Hyuna rasakan sejak awal.

Lost (Republish)Where stories live. Discover now