GALANG | 62

9.5K 604 32
                                    

"Yang ku anggap sebagai obat, ternyata menjadi luka yang terhebat."



Malam itu, perasaan Galang merasa tidak enak. Sangat resah sekali. Terlebih lagi hubungannya dengan Gita berakhir begitu saja. Sebenarnya sangat berat. Tapi demi permintaan Gita, ia rela melakukan itu. Karena sadar ia telah berbohong sedari awal.

Karena hal yang paling menyakitkan adalah kita dipaksa berpisah karena suatu kesalahan, yang dilakukan oleh pemeran utama. Dirinya sendiri.

Ia duduk diatas motor, di sebelah gedung apartemen yang Gita tempati. Entah apa yang membuatnya ke sini, faktor utama karena resah. Takut ada hal-hal yang tidak diinginkannya terjadi.

Senyumnya mengembang saat melihat Gita. Cewek itu berjalan menuju minimarket. Tidak lama, mungkin hanya 10 menit dan cewek itu duduk di kursi depan minimarket dengan kresek ditangan.

Untung saja dia memakai helm, jadi saat Gita lewat tadi tidak melihat dirinya.

"Gue masih bisa ngeliat lo dari jauh aja udah seneng, Ta."

Galang tersenyum. Keresahannya sudah hilang entah kemana. Di gantikan dengan hati tenang.

Drrrt... Drrrtt...

Galang merogoh ponselnya di saku jaketnya.

"Lang,"

"Hm,"

"Lo di mana?"

"Apart gita. Kenapa?"

"WOI! MALEM-MALEM LO YA BERTAMU KE RUMAH CEWEK! AWAS KEBABLASAN!"

"Ahahaha. Otak lo kudu di laundry, Bud."

"Yeu! Panci gosong!"

"Lo ngapain, sih, nelfon gue. Ketauan banget jomblonya!"

"Kurang ajar! Sakit hati gue lo ngomong gitu, Lang."

"HAHAHAHA MAM-"

Galang melebarkan matanya saat melihat di sana Gita di paksa masuk ke dalam mobil. Rahangnya mengeras, berbarengan dengan umpatan.

"Heh! Lo kenapa an-" tut.

Dengan cepat ia memasukan ponselnya kembali. Menyalakan mesin motornya, lalu melajukan Justin dengan kecepatan penuh. Berusaha mengejar mobil itu.

Lain halnya dengan di dalam mobil, mereka yang tadinya tenang mendadak geram.

"Gendut! Kayaknya dibelakang ada yang ngikutin mobil kita, deh," ujar orang disebelah Gita.

Orang yang dipanggil gendut itu melirik lewat spion, karena dia sedang menyetir mobil. "Gue coba belok," orang gendut itu membelokan laju mobilnya ke arah kiri. Galang pun mengikuti dengan cepat.

"BANGSAT! DIA BENERAN NGIKUTIN!!!"

Gita tersentak kaget, kepalanya menengok ke arah belakang.

"Galang," lirihnya pelan. Matanya memanas ingin menangis kembali. Rasa ingin memanggil nama Galang sekencang-kencangnya membuncah, tapi terhalang oleh lakban sialan ini.

"Cepet, Bos!! Dia makin deket!!"

Mobil yang menculik Gita semakin melaju cepat. Membelah jalanan malam. Perlahan mobil itu mulai memasuki jalanan yang semakin sepi. Semakin tidak ada lalu lalang kendaraan melaju. Hanya ada mobil itu dan motor Galang.

DUKK!!

DUKK!!!

"BERHENTI ANJING!!!"

GALANG [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang