GALANG | 42

8.4K 581 8
                                    

"Galang,"

Gita memasuki ruang rawat inap yang selama ini ia datangi. Mendapat kabar dari Aldo, bahwa Galang sudah siuman. Namun, matanya menangkap sosok orang yang sangat ia benci.

Semua menengok ke arah Gita. Hingga membuat gadis itu sedikit malu. Karena di sana bukan hanya The Lion saja, tetapi ada sosok Bapak-bapak berpakaian seperti seorang supir.

"Bu Bos! Sini duduk," panggil Budi. Cowok tersebut tersenyum ramah sambil menepuk sofa di sebelahnya.

Gita mengangguk, tapi kakinya tidak beranjak dari sana. Masih tetap berdiri di ambang pintu dan melihat pacarnya sudah membuka mata. Menatap ke arah dirinya dengan senyuman.

"Ta," panggil Galang.

Gita berjalan pelan menghampiri sumber suara. Matanya perlahan memburam karena air mata yang menumpuk di pelupuk matanya.

Galang meraih pipinya, di elus dengan lembut. "K––kok, nangis?"

Gita mengusap jari yang menempel di pipinya, di usapnya dengan lembut. "Please, jangan gini."

Galang terkekeh geli. "Iya, gue nggak akan gini lagi."

"Janji?"

"Janji."

Gita tersenyum, sesaat sadar akan tatapan seluruh orang yang berada di ruangan ini.

"DUNIA SERASA MILIK BERDUA,"

"BETUL!"

"YANG LAIN NGONTRAK,"

"BETUL!"

"AFAAN ENTE BETUL, BETUL SAJA PANJUL,"

"BETUL!"

"ANYING,"

"BETUL!"

"DAH LAH CAPEK,"

"BETUL!"

Edgar mengacak-acak rambutnya frustasi. Mendengar ucapan Budi yang membuat kepalanya pusing.

"Jaga mulutmu sahabat, ini rumah sakit. Ada yang baru sadar," Aldo mendecak menatap Budi dan Edgar.

Mereka lalu tertawa dengan tingkah konyol dua upin ipin itu.

Atensi Gita teralihkan, menatap gadis yang sedang duduk di sebelah brankar milik Galang.

Sarah. Cewek itu memakai kemeja pastel dipadukan dengan ripped jeans.

Sarah terkekeh geli. "Kenapa? Kaget liat gue di sini?"

Gita memutar bola matanya malas. Mulutnya terlalu malas untuk sekadar membuka, apalagi menjawab pertanyaan tidak berbobot cewek itu.

Galang bergeming di tempatnya. Di sebelah kanan ada mantannya dan di sebelah kiri ada pacarnya. Apakah dunia sebentar lagi akan hancur karena itu?

Mengenyahkan pikiran bodohnya. Ia beralih menatap pacarnya yang merengut kesal. Mungkin saja karena ada Sarah?

Galang meraih tangan Gita, ia letakkan di dada kirinya. "Hei, liat gue aja. Gak usah liatin dia."

Sempat kaget karena tangannya ditarik oleh cowok itu, tapi setelah mendengar kata dari mulutnya ia tersenyum.

Sial! Sarah memaki dalam hatinya. Niatnya ke sini untuk menjenguk mantannya, malah bertemu dengan cewek menyebalkan itu. Untung saja, antek-antek cewek itu sedang tidak berada di sini.

----

Sarah menatap pantulan dirinya di cermin toilet rumah sakit. Membasuh mukanya dengan kesal, masih dengan air menetes di wajahnya ia menggeram kesal.

"Gue tau dia di sini sama si cewek sialan itu. Tapi ngeliat mereka langsung di depan mata, buat gue muak!"

Ia memukul pinggiran wastafel, bukannya hancur melainkan telapak tangannya yang terasa sakit.

"Apa gue salah dateng ke sini? Galang aja gak mau natap gue."

Saat Sarah datang ke rumah sakit, ia mematung di ambang pintu kala matanya melihat cowok itu memejamkan mata erat. Ia tau Galang di rawat karena story milik Budi. Laki-laki itu membuat sebuah story di Instagram berlatarkan akun milik Galang dengan caption 'semoga lekas pulih, bos.' Lantas, dengan cepat ia menghubungi Budi, menanyakan ada apa? Dan ruangan milik mantannya di rawat.

Ting!

Masih dengan amarah berada di kepalanya, ia meraih ponselnya dari dalam tas. Mengernyit saat melihat nama Alvaro tertera di sana. Tadi dia izin memang akan jalan-jalan dan laki-laki itu menyuruh seorang supir untuk mengantarnya kemanapun. Tapi ia tidak bilang jika tujuannya pergi adalah rumah sakit. Apalagi untuk menemui Galang, jika ia bilang ke Alvaro maka laki-laki itu tidak akan mengizinkannya.

Alvaro: lo jalan2 kemana sih?
Alvaro: jgn macem2 lo Sar, gue bisa aja langsung bilang ke mamah!

Sarah terkekeh. Laki-laki itu selalu mengancamnya dengan kata-kata itu.

Sarah: iya Al, ini jalan pulang kok.

Dari pada memperpanjang, lebih baik ia balas pesan dari Alvaro seperti itu.

"Non Sarah," panggil supir dari arah luar toilet. Dan itu cukup membuat Sarah kaget karena ia sempat melamun.

"Iya, Pak." Jawab Sarah. Cewek itu dengan cepat memasukan ponselnya ke tas dan berjalan keluar.

Supir itu sempat kaget karena tiba-tiba Sarah berada di depannya. "Non, ngagetin saya aja."

Sarah tersenyum tipis.

"Oh iya, Non. Tadi, Den, Alvaro bilang jangan lama-lama, Non." Supir itu menggaruk belakang kepalanya. Mungkin merasa tidak enak.

Sarah mengangguk. "Iya, Pak. Saya tau. Kalau gitu saya mau ke ruangan tadi dulu, Bapak tunggu aja di mobil."

"Baik, Non."

Cewek itu dengan cepat berlalu menuju ruangan dimana laki-laki itu di rawat. Tanpa mengetuk, ia langsung masuk ke dalam. Membuat orang yang berada di dalam ruangan itu menatap Sarah tak suka.

"Hh, lo ngapain lagi sih ke sini?" Pertanyaan itu yang pertama kali keluar dari mulut Gita.

Sarah berjalan pelan menuju keduanya dengan terkekeh ringan. "Mau pamit aja sih, by the way..."

Gita mengernyit bingung saat Sarah berjalan ke arahnya, lebih tepatnya menunduk dan menyetarakan bibir gadis itu di telinga Gita.

"Gimana jadi korban bahan taruhan? Seru? Masih bisa seneng-seneng?"

Gita tambah di buat bingung dengan ucapan gadis itu. Taruhan? Siapa yang jadi bahan taruhan? Dirinya?

"Gue nggak ngerti maksud lo apaan, Sar."

Sarah menegakkan badannya. Menatap ke arah Galang yang sedang tertidur, mungkin karena efek obat. Dan di ruangan ini hanya ada mereka bertiga saja dan itu membuat Sarah lebih leluasa berbicara dengan gadis sialan itu.

"Well, saat hari itu tiba gue cuma mau bilang. Selamat, selamat menikmati masa-masa itu, Regita." Sarah menyeringai sebelum cewek itu berlalu pergi dari sana.

"Dasar cewek gila!"


GALANG [SELESAI]Where stories live. Discover now