Rexi Adalah Yang Kedua

Start from the beginning
                                    

Aksa menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Enggak! Kali ini, gue enggak akan percaya lagi sama lo!" kata Aksa tegas.

"Uhm ... Enggak percaya?" tanya Al memastikan.

Al tersenyum miring, perlahan dia mengeluarkan sesuatu dari dalam kantongnya.

"Gue dapat di bawah ranjang Rexi," kata Al sambil mencium singkat testpack bergaris dua yang dia pegang.

Aksa dan Rexi kaget bukan main.

"Kalau lo masih enggak percaya, satu Minggu lagi, gue bakalan kirim satu kado yang isinya sepuluh testpack," kata Al menantang.

Aksa speechless bukan main, Al mengambil kesempatan untuk menarik Rexi pergi dari sana.
"Pulang!" bentak Al.

***

Di dalam mobil, Al menghempaskan tubuh Rexi dengan kasar, lalu mengunci pergelangan tangan wanita itu.

"Lo jangan pernah kabur, karena lo seutuhnya milik gue!" bentak Al memperingati.

"Enggak! Lo udah janji sama gue! Setelah melakukan hal itu, lo bebasin gue dan pergi dari kehidupan gue!" tolak Rexi tegas walau air matanya mengalir.
"Lo emang yakin kalau ini berisi?" tanya Al sambil melirik ke arah perut rata Rexi.

Al perlahan mendekati leher Rexi, tetapi Rexi tiba-tiba memberontak, membuat Al langsung menjauh.

"Gue enggak akan lakuin sekarang, karena gue enggak mau dia gagal," kata Al sambil mengelus perut rata Rexi.

"Gue harus apalagi sama lo Al!" seru Rexi putus asa.

"Lo dengar cakap dan gue juga bakalan dengar cakap," jawab Al santai.

"Kerja lo cuma satu, layani ague dengan baik," kata Al.

"Iya! Kerja lo cuma buat layanin Al, Rex. Benar kata Renata kalau lo itu cuma babunya Al. Bahkan lo udah naik tingkat sebagai pemuas nafsunya Al!" batin Rexi.

Al mulai menyetir mobilnya dengan santai, sedangkan Rexi malah menangis dalam diam.

Ah ... Kapan Rexi mati? Dia sudah lelah dengan segala konflik hidup yang dia terima ini. Rexi menyerah saja.

***

Sekitar setengah jam Rexi dan Al di dalam mobil, tak butuh waktu lama mereka sudah sampai di apartemen kediaman mereka.

Al kembali berbuat kasar kepada Rexi, menarik Rexi masuk ke apartemen layaknya binatang.

Al membawa Rexi menuju kamar si cantik, lalu mengunci pintu kamar Rexi saat setelah menghempaskan tubuh Rexi di atas kasur dengan begitu kasar.

Rexi kembali menangis.

"Lo kenapa kabur?" tanya Al dingin.

"Lo kasar sama gue! Gue enggak suka sama lo!" jawab Rexi.

Al tersenyum masam saat mendengarkan jawaban Rexi.

"Gue enggak akan kasar sama lo, selama lo enggak tuli buat enggak ngelawan gue," kata Al sambil mengelus rambut Rexi.

"Lo ... Lo udah janji sama gue, lo bakalan pergi setelah gue lakuin itu sama lo. Tapi ... Tapi ternyata lo cuma bohong," kata Rexi penuh rasa kecewa.

"Gue gak pernah bohong dan ingkar janji. Gue cuma bilang kalau gue bakalaj pergi setelah anak gue udah di perut lo," kata Al tenang.

"Lo jahat Al! Lo jahat!" teriak Rexi.

"Keadaan yang buat gue kayak gini, Rex. Lo jahat, gue juga bisa," kata Al tenang.

Rexi terduduk sambil menangis, tetapi Al dengan santainya tidur di atas paha Rexi.

"Semua ini punya gue," kata Al sambil menyentuh seluruh anggota tubuh Rexi.

"Aset gue," lanjutnya.

"..."

Seketika Al teringat akan sesuatu, dia langsung duduk dengan cepat sambil menatap Rexi tanpa ekspresi.

"Jujur sama gue. Apa yang udah lo lakuin sama Aksa?" tanya Al datar.

"..."

Rexi hanya diam bergeming.

"Rex, jawab pertanyaan gue! Jangan sampai gue emosi!" bentak Al.

"..."

Untuk yang kedua kalinya Rexi terdiam.

"Rex! Jawab pertanyaan gue! Gue nanya itu butuh jawaban!" bentak Al.

Rexi mengangkat pandangannya dengan cepat. Dia tidak menangis lagi, tetapi terdapat wajah mengintimidasi pada paras wajahnya yang penuh air mata.

"Kalau gue nanya sama lo. Lo pernah ngapain sama Renata?" tanya Rexi memberikan pertanyaan telak.

"..."

Al langsung terdiam kaku.

"Lo enggak bisa jawab, kan?! Kita impas!" bentak Rexi penuh penekanan.

"Gue yang kedua. Renata yang pertama. Jadi, jangan salah kalau anak Renata lebih tua dibandingkan anak gue," batin Rexi sambil tersenyum kecut.

"Andai waktu bisa diputar. Gue milih buat enggak kenal sama Al. Semua memihak pada Al. Dunia pilih Al, gue yang terbuang," lanjutnya di dalam hati yang penuh luka.

My BrotherWhere stories live. Discover now