30. The Answer

9K 699 38
                                    

Aku benar-benar butuh Sandra sekarang. Namun, ketika menekan tombol telepon di samping namanya, tidak dapat tersambung karena dia sedang terhubung dengan panggilan lain.

Huh. Pasti sekarang dia sedang asyik telponan dengan Bagas. Kenapa sih, kisah cinta Sandra bisa semulus wajahnya?

Sejak pertama kali diumumkan kalau perkuliahan akan dilaksanakan secara online, Sandra langsung pulang ke Semarang. Orang tua Sandra itu sangat ketat dalam urusan kesehatan. Sandra makan mie instan aja diomeli. Makanya sejak SMP dia bercita-cita ingin jadi anak kosan biar bisa makan mie instan sepuasnya.

Terus kalau aku nggak curhat sama Sandra, sama siapa dong?

Aku berguling-guling di kasur sambil terus mencerna ucapan Mas Kev kemarin. Sumpah, aku sama sekali nggak menyangka kalau dia juga menyukaiku diam-diam. Habisnya, siapa juga yang kepikiran begitu kalau Mas Kev aja selalu ramah ke semua orang?

Sekarang aku baru sadar kalau omongan Eliza itu ada benarnya. Naksir cowok yang akrab dengan semua orang itu menyusahkan. Segalanya jadi terasa abu-abu, dan berbagai kemungkinan bisa saja terjadi.

Hal pertama yang perlu kucari tahu sekarang adalah, kenapa Mas Arion bisa bilang begitu? Nggak masuk akal banget 'kan? Bisa-bisanya setelah aku menghabiskan waktu dengan dia berbulan-bulan, dia malah mengira aku naksir sahabatnya?

Memang sih, hal itu banyak terjadi di luaran sana, tapi kalau sejak awal niatku mau deketin Mas Kev, jelas aku nggak akan mengiakan ajakan pedekatenya waktu itu. Aku juga nggak akan buang-buang waktu mengangkat teleponnya atau membalas chat-nya. Pasti aku bakal lebih sering menanyakan soal Mas Kev dan semacamnya.

Kenyataannya, aku sama sekali nggak pernah membahas soal Mas Kev atau cowok lain di depannya!

Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Namun, aku tetap galau karena Mas Arion nggak juga membalas pesanku. Iya, barusan aku mengiriminya pesan lagi, "Kalau nggak sibuk, balas ya! Aku mau telepon."

Kali ini aku sudah menurunkan egoku susah payah. Awas saja kalau dia masih mengabaikanku.

Alih-alih mendapat balasan dari Mas Arion, pesan dari Mas Kev muncul. Setelah kemarin telepon, ini pertama kalinya kami berkomunikasi lagi.

Mas Kevlar Koor Acara : hari ini ada kuliah jam brp, ren?

Zetarine : Mas, are you sure about this?

Mas Kevlar Koor Acara : What is this?

Zetarine : yg kmrn lo bilang

Zetarine : soal kesempatan

Mas Kevlar Koor Acara : I'm pretty sure!

Mas Kevlar Koor Acara : kan gue udh bilang, bakal nunggu, ren. lo gak usah buru2

Mas Kevlar Koor Acara : lo punya banyak waktu buat mikirin semuanya

Mas Kevlar Koor Acara : let it flow aja

Berhubung nggak tahan lagi buat ngoceh, aku pun menelepon Mas Kev. Dia langsung mengangkatnya. "Santai aja, Ren!"

Aku berdeham sejenak. "Gini lho, Mas, 'kan belakangan ini Mas Arion lagi pedekate ke gue. Gue sama Mas Arion udah cukup dekat. Meski semisal nantinya dia emang nggak mau lanjut dan ngilang gitu aja, tetep hitungannya gue itu mantan gebetan Mas Arion 'kan?"

Mas Kev nggak menyahut, sengaja memberiku waktu agar terus bicara. "Emang lo gak ngerasa gimana gitu, deketin mantan gebetan temen lo sendiri? This is gonna be so awkward!"

Terdengar helaan napas berat Mas Kevlar. "Gue paham maksud lo. 'Kan gue udah bilang, gue sama Arion udah sepakat. Selama lo belum pernah jadian sama Arion, gue rasa nggak masalah. Arion juga udah setuju kok!"

Perfectly Wrong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang