25. Denda

3.6K 834 30
                                    

Masa pembatasan wilayah yang katanya cuma dua minggu ini terus-menerus diperpanjang. Sekarang, aku sudah mulai terbiasa dengan rutinitas kuliah online ini. Namun, tetap saja rasa jenuh itu terus ada.

Bahkan rumornya, lebaran besok tidak ada salat ied. Mudik juga dilarang. Saat itulah aku sadar kalau keadaan makin kacau. Setiap kali melihat berita di televisi atau di Twitter soal perkembangan virus itu, langsung muncul ketakutan tersendiri. Sejak awal aku sudah takut dengan virus itu. Namun, sekarang ketakutan itu semakin menjadi-jadi.

Ketika sedang meregangkan otot, ponselku bergetar. Nama Mas Arion muncul sebagai pengirim pesan.

Mas Arion : besok sabtu aku disuruh Mama pulang

Omong-omong aku memang sudah mengganti nama kontaknya. Berhubung belum jadian, aku nggak berani menambah emoticon atau mengubah namanya jadi macam-macam. Takut pamali.

Jempolku langsung bergerak cepat membalasnya. "Naik apa?"

Sebetulnya selama ini aku kasian juga sih dengan Mas Arion yang sebatang kara di apartemen. Maksudku dia nggak tinggal bersama keluarga di tengah wabah ini. Apalagi dia nggak bisa masak. Rasanya aku geregetan banget setiap dia cerita cuma makan instan atau pesan antar dari restoran cepat saji. Padahal di tengah maraknya penyakit begini 'kan, makanan sehat adalah keharusan untuk menjaga daya tahan tubuh.

Untung ada aku yang rajin mengomelinya agar makan makanan bergizi. Bahkan Bunda sering memasak lebih banyak untuk dikirim ke apartemennya.

Namun, di sisi lain, kalau Mas Arion pulang ke Surabaya, itu artinya kami bakal semakin jarang bertemu. Berada di satu kota begini aja kami cuma bisa bertemu dua minggu sekali. Belum lagi kalau nantinya bandara dan jalanan antar kota bakal disekat, sehingga tidak bisa bebas keluar masuk kota. Jadi nggak bisa dipastikan kapan Mas Arion bakal kembali ke Jogja.

Mas Arion : naik pesawat. sebelum minggu depan bandara ditutup

Zetarine : ya udah hati-hati ya

Mas Arion : mau ketemu dulu nggak?

Zetarine : mauu!

Mas Arion : besok jum'at ya?

Zetarine : di rumahku aja kan?

Mas Arion : okeee

Aku menyandarkan punggungku pada bean bag. Pandanganku menjelajahi gazebo yang tengah kutempati. Ingatanku kembali memutar kejadian Sabtu sore lalu saat Mas Arion tidur di sini.

***

Berhubung Mas Arion tidurnya lelap banget, aku nggak enak membangunkan. Padahal tadi siang, dia baru balas chat-ku pukul sebelas siang, dan mengaku baru bangun. Dan sekarang masih pukul setengah lima, tapi dia sudah tidur lagi. Aku hanya geleng-geleng kepala, baru tahu kalau dia pelor banget.

Akhirnya aku menonton Netflix setelah mengambil camilan yang sudah disiapkan Bunda sejak siang. Namun, drama Korea yang kutonton tiba-tiba berubah tokohnya menjadi diriku sendiri.

Rupanya aku juga ketiduran.

Sayangnya dalam mimpiku itu tokoh pria yang menjadi pasanganku nggak terlihat mukanya dengan jelas. Begitu bangun, aku langsung berusaha mengingat-ingat wajahnya, tapi nggak berhasil.

"Bener 'kan, apa aku bilang? Suasananya enak buat tidur!" suara serak di sebelahku terdengar.

Aku segera menoleh dan sadar kalau Mas Arion sudah bangun. Bibirnya melebarkan senyum.

"Perasaan tadi aku lagi nonton Netflix!" setelah duduk, aku mencari iPad-ku.

Ini sudah pukul tujuh malam. Pantas saja udara terasa semakin dingin. Apalagi aku cuma pakai celana selutut dan atasan lengan pendek.

Perfectly Wrong Where stories live. Discover now