29. Confession

3.7K 759 103
                                    

Tadinya aku ingin mengirim pesan lebih dulu pada Mas Kev, tetapi aku takut kalau nanti malah awkward.

Sebenarnya nomor Mas Kev sudah tersimpan di ponselku sejak menjadi panitia OSPEK. Seperti yang pernah kubilang, semua nomor koordinator tiap divisi aku simpan, sama halnya dengan nomor Mas Arion. Namun, kami nggak pernah chat secara pribadi karena semua komunikasi dilakukan di grup.

Meski waktu itu aku sempat sering bertukar pesan dengan Mas Kev di DM Instagram, itu nggak membuat kami berpindah ke Whatsapp. Makanya ini akan menjadi kali pertama aku mengirim pesan pada Mas Kev di Whatsapp.

Ketika sedang memikirkan kata-kata apa yang harus kutulis pada Mas Kev di room chat-nya yang masih kosong, sebuah bubble chat dari Mas Kev masuk.

Mas Kevlar Koor Acara : Halo, Iren. Ini Kevlar

Mas Kevlar Koor Acara : gue dapet nomor lo dari Sergi. Dia udah bilang ke elo kan?

Mas Kevlar Koor Acara : makanannya udah sampe. thanks yaa!

Mas Kevlar Koor Acara : keliatannya enak banget! sayang indra perasa gue lagi error. jadi gak bisa ngerasain:(

Aku ingin keluar dari room chat tersebut, tapi sudah terlambat. Tanda centangnya sudah berubah biru. Tadi Sergi memang sempat bilang dan langsung kuizinkan. Namun, gara-gara tadi Mas Kev nggak juga mengirim pesan, aku jadi kepikiran buat chat duluan.

Tidak peduli dengan apa yang akan Mas Kev pikirkan setelah ini, aku langsung membalas pesannya. Toh juga sudah telanjur kelihatan kalau pesannya sudah dibaca. Malah aneh kalau nggak segera kubalas.

Zetarine : selamat makan, mas.

Zetarine : semoga cepet sehat ya! biar bisa makan enak lagi wkwkw

Seluruh kata-kata yang tadi sudah tersusun rapi di otakku langsung musnah. Apalagi ketika sadar kalau Mas Kev sedang sakit. Sepertinya lebih baik aku menunda seluruh pembahasan soal kesalahpahaman Bunda tadi sampai Mas Kev sehat. Setidaknya beberapa hari lagi.

Namun, pikiranku jadi nggak tenang. Rasanya aku seperti sedang selingkuh ke Mas Kev. Padahal seluruh pesan yang kukirim cuma basa-basi formalitas aja. Wajar dong, kalau aku khawatir saat dengar Mas Kev sakit. Apalagi beberapa hari sebelumnya kami sempat mengobrol panjang di apartemennya sehingga pertemanan kami makin akrab. Selain itu, dia juga pernah menjadi sosok yang sangat kukagumi. Itu saja.

Omong-omong, setelah Mas Arion bohong di telepon tempo hari, kami nggak pernah komunikasi lagi. Aku tahu ini salah. Namun, sulit banget menurunkan egoku buat menghubungi dia duluan.

Lagi pula sebelum ini 'kan aku sudah sempat meneleponnya duluan, dan sering mengirim pesan, tapi nggak dibalas. Terus juga Sergi pernah bilang kalau cowok itu nggak terlalu suka dikejar-kejar. Daripada Mas Arion jadi ilfeel, mending aku gantian cuekin dia.

Tanganku terulur untuk mengambil iPad di meja nakas. Beberapa menit kuhabiskan hanya untuk memandangi home screen yang menampilkan foto kami berdua. Di foto itu aku terlihat tersenyum lebar, meski sebenarnya diam-diam aku sedang susah payah mengendalikan diri yang tegang banget.

Huh. Andai saja nggak ada virus sialan ini. Aku pasti bisa langsung melabrak Mas Arion dan mengomeli sikapnya yang sangat menyebalkan beberapa hari lalu.

***

Zetarine : Mas, kalau ada waktu luang, kasih tau ya. aku mau ngomong penting di telepon.

Lima hari kemudian, ketika aku tahu kalau Mas Kev sudah mulai sehat, aku mengirimkan pesan tersebut. Satu menit berikutnya, panggilan atas namanya masuk. Nggak butuh waktu lama bagiku untuk menjawabnya.

Perfectly Wrong Onde histórias criam vida. Descubra agora