Mereka kembali

29.1K 3.6K 172
                                    

||~~~~~🦋 TRANSMIGRASI🦋~~~~~||

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

||~~~~~🦋 TRANSMIGRASI🦋~~~~~||

Feli memasuki pekarangan rumahnya, rumah berlantai tiga, pemberian dari keluarganya saat ultahnya yang ke-19 tahun, mulai dari saat itu ia tinggal sendiri dirumah ini.

Setelah memarkirkan mobilnya, ia kemudian keluar dan berjalan memasuki rumahnya.

"Hemm, kira-kira kalo Zen tau kerjaan gue tiap malam minggu gimana ya," gumam Feli seraya berjalan menaiki anak tangga.

"Nggak akan marah kok, orang cuma maen musik aja," gumamnya lagi, Feli membuka pintu kamarnya, ia melepaskan sepatunya, dan tasnya diletakkan dimeja.

Feli kemudian merebahkan dirinya dikasur, ia menatap langit-langit kamarnya, sudah lama ia tak mendapat kabar dari Kenzo, Vio, Alva, maupun Denia.

Dia sendiri tak tau apa Vio sudah melewati masa kritisnya atau belum, ia menghela nafas panjang.

Drrttt.... Drtttt....

Feli mengubah posisinya menjadi duduk, ia menatap kearah meja riasnya, dan berjalan mendekat kearah mejanya.

"Siapa sih," Feli mengambil ponselnya didalam tas, ia kemudian menatap layar ponselnya dan melihat siapa yang menelfonnya.

"Wah si Cecep," Feli kemudian menekan tombol hijau.

"Halo Cep," sapa Feli pada pria disebrang sana.

"Cep... Cep, pliss ya nama gue Calvin bukan Cecep, ck," dumel pria itu

"Yeee, ada apaan Vin?" Tanya Feli, ia melangkah menuju balkon kamarnya seraya menelfon.

"Lo dateng kan entar malam, di partynya si Lisa blackpink."

"Iya dateng gue mah," ucap Feli.

"Jangan sampe telat lo," ujar pria itu.

"Oke," Feli kemudian mematikan ponselnya, ia lalu meletakan ponselnya dimeja, dan berjalan masuk kedalam kamar mandi.

~~==🦋🦋==~~

Disisi lain, seorang laki-laki berjalan memasuki rumah mewah berlantai empat itu, dibelakangnya ada seorang gadis.

"Abang," teriak seorang gadis berusia 17 tahun, ia berlari menghampiri abangnya, dan langsung memeluknya.

"Kok Abang nggak bilang bakalan pulang," ucap gadis itu.

"Hehe suprise," laki-laki itu melerai pelukannya. Gadis itu kemudian beralih pada gadis yang berada dibelakang abangnya.

"Kak Vio," gadis itu berjalan kearah Vio, lalu memeluknya.

"Halo Kinan," sapa Vio. Yah mereka baru saja kembali ke Indonesia setelah 3 tahun lamanya.

Kinan melerai pelukannya. "Ayok kak, Kinan anter ke kamar kakak, pasti kakak capek," Vio tersenyum menanggapinya.

Kinan kemudian beralih pada abangnya Kenzo. "Bang, bawain koper kak Vio noh," tutur Kinan, ketika melihat 2 bodyguard membawa empat koper. Ia kemudian menarik tangan Vio dan berjalan menuju lantai dua.

Kenzo yang melihat mereka, menghela nafas, Vio bangun setahun setelah masa kritisnya, awalnya Vio tak nyaman dan belum terbiasa dengan kehadiran Kenzo dan keluarganya, karena dia sama sekali tidak mengenal mereka, Vio saat itu heran disertai keterkejutan ketika ia melihat dirinya sedang berada dirumah sakit, bukan di Indonesia, dan ia juga kaget ketika Kenzo dan keluarganya berada disana, Vio bingung dan bertanya mengapa ia berada disana, Kenzo lalu menjelaskan semuanya, tanpa ketinggalan sedikitpun kejadian 3 tahun lalu, Vio awalnya tidak percaya, namun Kenzo mencoba meyakinkan.

"Loh bang," Kenzo berbalik ketika mendengar suara seorang wanita paruh baya.

"Eh ma, pa."

"Baru sampe?" Tanya Tn.Dirga.

"Iya pa," balas Kenzo.

"Vio mana?" Tanya Nn.Nilla, mereka baru saja pulang, mungkin dari membeli bahan-bahan makanan, dilihat dari beberapa kantong plastik yang dibawa mamanya berisikan sayur-sayuran, sebenarnya mereka mempunyai asisten rumah, namun mama Kenzo lebih senang membeli sendiri ketimbang menyuruh asistennya.

"Dikamar sama Kinan," ucap Kenzo.

"Istirahat dulu, mama mau masak," mama Kenzo kemudian berjalan kedapur, sedang papa Kenzo berjalan memasuki lift, entahlah mungkin dia akan keruang kerjanya yang berada dilantai 3.

"Kalian bawa keatas kopernya," titah Kenzo pada kedua bodyguardnya, ia kemudian berjalan menaiki tangga menuju lantai dua.

Sementara Vio, duduk dikursi meja rias, setelah diantar oleh Kinan dikamar yang telah disiapkan untuknya, ia lalu membersihkan dirinya.

Vio menatap dirinya sendiri, tiga tahun bukanlah waktu yang cepat, tiga tahun ia berada di Singapura, dua tahun lalu ia sadar dari koma, dan selama dua tahun itu ia mengenal keluarga ini, Kenzo yang dulu bukan siapa-siapanya kini menjadi laki-laki yang penting dalam hidupnya, selama dua tahun itu ia menghabiskan waktunya dengan Kenzo.

"Feli," gumam Vio, saat nama itu terlintas dipikirannya, ia begitu penasaran dengan gadis yang diceritakan oleh Kenzo waktu itu, ia ingin bertemu dengan gadis itu.

~~==🦋🦋==~~

Zen melangkahkan kakinya memasuki rumah berlantai tiga itu, ia mengamati interior rumah ini, bersih dan nyaman.

"Dimana Feli," gumam Zen, ia melangkahkan kakinya menuju lantai dua, ia kemudian berjalan mendekat pada pintu bercat hitam, dipintu ada tulisan "Dangerous Woman".

Zen tersenyum melihat tulisan itu, ia kemudian membuka pintu kamar Feli.

Ceklek...

Bahkan kamar Feli, bercat abu-abu putih, seperti kamar seorang laki-laki, biasanya perempuan akan menyukai kamar bernuansa pink, tetapi Feli berbeda.

Mata Zen menatap Feli yang sedang berdiam diri dibalkon kamarnya, mungkin gadis itu tak menyadari kedatangannya, perlahan Zen melangkah kearahnya.

"Sayang," Feli terkejut ketika Zen tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Ck, lo ngagetin aja dah," celetuk Feli.

"Kangen banget, hemm," Zen semakin mengeratkan pelukannya pada Feli, ia menghirup aroma tubuh Feli, yang sangat-sangat harum.

"Baru juga ketemu tadi," ucap Feli.

"Semenit aja nggak ketemu lo, udah kangen banget yang," Zen meletakan dagunya dibahu Feli, ia benar-benar mencintai gadis dipelukannya ini.

"Kayaknya bagus nih, kalo disini ada dedek bayinya," ujar Zen seraya mengelus perut rata Feli, Feli yang mendengarnya berdigik ngeri.

"Nikah yuk."

||~~~~~~~=====🦋🦋======~~~~~~~||

NEW LIFE TIANA or FELICIA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang