Chapter 27

1K 111 29
                                    

Dua hari berlalu sejak kecelakaan yang dialami Zaiya, kini perempuan itu terbebas masa kritisnya, walaupun kakinya masih belum bisa digerakkan akibat patah tulang yang dideritanya. Zaiya duduk bersandar pada bankar, tangannya memegang sebuah tablet menampilkan grafik saham perusahaan Ayahnya yang semakin menurun, akibat Zaiya yang terlalu sibuk membalaskan dendamnya pada Agam.

Zaiya tersenyum miring ketika tau kalau kecelakaannya kali ini adalah ulah Agam, perempuan itu meletakkan tabletnya di atas nakas, kemudian menggerakkan jari telunjuknya pada laki-laki yang berdiri dekat bankar agar mendekat padanya.

" Batalin semua rencana kita, fokus urus perusahaan, jangan sampe Ibu saya tau soal saham kita yang terus merosot. Soal Agam, biar saya yang urus sendiri" Bisik Zaiya yang membuat laki-laki itu mengangguk.

Namun sepertinya sang laki-laki terlihat berpikir lagi, " Tapi, Bu, kenapa kita tidak berhenti saja? Pak Agam terkesan sudah keterlaluan sampai menyebabkan Ibu kecelakaan, lagi pula tidak ada untungnya untuk perusahaan kita" Tanyanya hati-hati.

Zaiya mengangguk-anggukkan kepalanya " Ini lebih ke pembalasan untuk sakit hati saya sih, Agam bahkan pernah menyakiti saya lebih dari ini, jadi menghancurkan hidup Agam adalah tujuan saya. Orang sombong kayak Agam itu, sesekali emang harus dikasih pelajaran, biar tau caranya menghargai" Jawabnya, pikiran Zaiya tiba-tiba mengingat kembali masa lalunya dengan Agam.

Sedangkan seseorang yang menjadi penyebab kesakitan Zaiya sedang asik bermain dengan Putranya di ruang tengah, tangannya sibuk menggelitiki perut Arjuna yang tidur terlentang di karpet bulu dekat sofa. Hari ini libur tanggal merah, jadi Agam bisa lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah dengan istri dan anaknya.

Azkia duduk di meja makan sambil menyantap roti bakar buatan Agam, bibirnya menyungging senyum terus saat mendengar suara tawa Arjuna yang menggema, interaksi suami dan anaknya itu membuat Azkia gemas. Wajar saja sebegitu sayangnya pada Arjuna, hampir tiga tahun lamanya laki-laki itu mendambakan kehadiran seorang anak.

" Aduh, udah dulu ah, Papa cape" Ucap Agam sambil menggulingkan tubuhnya ke samping Arjuna, keringat terlihat di pelipis dan keningnya, padahal hanya menggelitiki Arjuna tapi kenapa Agam sampai berkeringat begitu.

Mendengar itu, Azkia mengambil dua lembar tisu di atas meja makan dan menghampiri Agam yang wajahnya sedang diraba oleh Arjuna, Azkia mengelap keringat Agam dengan tisu yang dibawanya tadi, Agam tersenyum lalu memindahkan posisi kepalanya ke atas paha Azkia.

" Ih berat tau, bukannya mandi kamu malah rebahan lagi, kalah tuh sama Ajun" Ucap Azkia sambil menarik pipi Agam membuat Agam meringis sebentar kemudian tertawa.

" MA-MA" Suara Arjuna yang menyebut kata Mama membuat Azkia langsung bergeser sehingga kepala Agam terguling, Arjuna menatap Azkia sambil menyunggingkan senyum yang tampak mirip dengannya.

Azkia menepukkan tangannya antusias " Coba Ajun bilang Mama sekali lagi, ayo sayang" Ucapnya pada Arjuna.

" Papa papa" Ucap Arjuna yang membuat Agam tertawa sedangkan Azkia memasang ekspresi kesal, ini sih pasti gara-gara Agam yang mencuri start duluan mengajari Arjuna untuk mengucapkan kata Papa daripada Mama.

Azkia melirik sinis pada Agam yang kini berhenti tertawa, " Apa? Kok kamu liatin akunya begitu banget? Marah? Aku gak ngelakuin apa-apa, Yang, lagian kok marahnya ke aku sih, kan Ajun, iyaiya deh" Ucap Agam

" Udah ah, mending kamu ajak Ajun jalan-jalan sana, aku mau udah mulai masuk kuliah lagi soalnya, tapi nggak bakalan sampe sibuk banget sampe nggak ngurusin kamu sama Ajun kok, lagian tinggal dua semester lagi, A, dulu ke pending hamil sama lahiran" Ucap Azkia sambil memeluk bahu Agam dari belakang.

Hello Papa Agam!Where stories live. Discover now