Chapter 10

1.5K 151 12
                                    

Malam itu Agam benar-benar mengajak Azkia untuk makan malam di luar dengan Arjuna yang dititipkan pada orang tua dan mertuanya, katanya tidak apa, lagipula Arjuna kan cucu pertama mereka jadi tidak pernah keberatan jika Agam menitipkan padanya. Dan keempat orang paruh baya itu juga memaklumi kalau Agam dan Azkia masih ingin menikmati waktu berduanya.

Azkia mengeratkan pelukannya pada Agam sambil menaruu dagunya di atas bahu suaminya itu, " Tadi ngerjain apa sih A sampe pulangnya agak telat? Kamu kayaknya sibuk banget yaa akhir-akhir ini" Ucap Azkia sambil merapikan rambutnya.

" Iya nih Yang cape banget nanti di rumah pijitin yaaa hehe" Jawab Agam yang malah terkesan tidak nyambung dengan pertanyaan dari Azkia.

Azkia mengangguk pelan " Oh ngerjain proyek baru ya A pantesan sih. Kalo menurut aku sih ya A mendingan kamu tuh udahan aja jadi gurunya, cape loh A ngerjain dua-dua kerjaan kayak gitu" Ucapnya, yang malah semakin tidak nyambung.

Hembusan angin yang cukup kencang membuat suara Agam dan Azkia tidak terdengar jelas oleh masing-masing, alhasil mengobrol dengan obrolan yang tidak nyambung yang penting tidak diam-diaman sepanjang jalan.

" Makasih yaa Istri!" Ucap Agam sambil mengelus tangan Azkia yang tengah memeluk pinggangnya. Agam melirik Azkia sekilas lewat kaca spion motornya, istrinya itu tampak tersenyum sambil memejamkan mata.

Agam hanya berharap semoga hubungannya dengan Azkia tetap seperti ini, tidak ada yang menganggu apalagi membuatnya berselisih paham. Agam menggelengkan kepalanya membayangkan suatu hari Azkia akan pergi darinya.

Sampai di restaurant tujuan, Agam menggandeng tangan Azkia masuk ke dalam. Laki-laki itu sudah memesan online meja untuk keduanya makan, dan waiters langsung mengarahkan Agam dan Azkia pada mejanya.

Azkia membuka buku menu untuk memilih makanan " Tumben banget A ngajakin aku makan di luar kayak gini, biasanya juga betah banget di rumah" Tanyanya sambil melihat-lihat buku menu.

" Pengen berduaan tanpa gangguan Yang, udah lama gak sih kita nggak pacaran" Ucap Agam terkekeh, ia bahkan geli dengan ucapannya sendiri apalagi Azkia.

Mendengar itu Azkia memasang ekspresi mual " Gaya kamu tuh kayak anak SMA yang baru kenal cinta tau gak, udah punya bocah satu juga masih sering gombal. Malu sama umur, Om" Ucapnya sambil menjulurkan lidahnya mengejek Agam.

Orang di samping meja Agam tiba-tiba menoleh pada Agam dengan pandangan tak terbaca, mungkin saja mereka mengira bahwa Agam seorang pedofil. Apalagi wajah dan postur tubuh Azkia tidak terlihat seperti seorang Ibu beranak satu.

" Makannya jangan lama-lama ya Om, soalnya aku nggak terbiasa pulang malem, nanti dimarahin Mama" Ucap Azkia dengan sengaja, wajahnya tampak cemberut lucu sambil menyatukan kedua jari telunjuknya. Orang-orang semakin menatapnya aneh.

Agam menggeser kursi yang diduduki istrinya menjadi lebih dekat dengannya " Awas ya kamu kalo udah sampe rumah, liatin aja nanti aku bales" Ucapnya berbisik membuat seluruh tubuh Azkia merinding.

" Haduuuu takut banget dong Om, aku masih terlalu muda nih buat bahas yang gitu-gitu" Ucap Azkia malah semakin menjadi-jadi, apalagi dengan matanya yang berkedip-kedip gemas.

Agam pusing dibuatnya, laki-laki itu menyerah dengan membenamkan wajahnya pada meja, bodoamatlah pandangan orang-orang tadi padanya toh mereka tidak akan bertemu lagi. Melihat suaminya yang pasrah itu, Azkia tertawa kecil.

Dengan lembut Azkia memeluk tubuh Agam yang membungkuk, mengelus kepalanya dengan sayang " Yaampun kasian banget suamiku ini, maaf ya honey tadi aku bercanda aja" Ucapnya sambil tersenyum meyakinkan menatap semua orang tadi. Kemudian orang-orang itu kembali fokus pada makanannya masing-masing.

Hello Papa Agam!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang