Chapter 26

852 102 21
                                    

Di dalam rumah sakit, Fahri berlarian sambil memegang tas yang berlumuran darah, ia melihat Agam berdiri menyandarkan tubuhnya ke dinding yang berbatasan dengan ruang operasi, Agam tersenyum melihat Fahri yang terengah-engah ke arahnya.

" Jelasin anjir! Gue udah kaget setengah mati ditelpon polisi katanya mobil gue yang lo pinjem kecelakaan" Tanya Fahri sambil mendorong bahu Agam yang malah terkekeh.

Agam memasukkan handphonenya ke dalam saku celana bahannya " Zaiya emang udah niat nyelakain gue kayaknya, cuman salah sasaran aja, makanya tadi pagi gue ke kantor buat bawa mobil lo yang semalem lo tinggalin di kantor" Jawabnya.

" Apaan sih anjir gak ngerti! Jelasin yang bener napa" Protes Fahri, ia kebingungan kenapa mobilnya bisa dikendarai oleh Zaiya, padahal tadi pagi jelas-jelas meminjamnya adalah Agam.

Sebelum menjawab, Agam mendudukkan tubuhnya di atas kursi tunggu " Semalem kata si Dafa, ada orang yang otak-atik mobil lo, mungkin dikiranya itu mobil gue gara-gara kemaren gue pake, menurut lo kerjaan siapa? Pasti Zaiya, kan?"

" Ye terus kenapa lo bawa? Kalo lo yang kecelakaan begimana, dah? Lo gak mikirin Kia?" Tanya Fahri menggeleng-gelengkan kepalanya tidak mengerti bagaimana pikiran Agam.

" Ya buktinya gue gak papa ini anjir! Remnya dibikin blong ternyata" Jawab Agam dengan santai.

Sebenarnya tadi pagi, Agam juga agak ragu untuk menyetir mobil Fahri takut terjadi sesuatu padanya saat dijalan nanti, Agam tidak tau orang-orang semalam melakukan apa pada mobil sahabatnya ini. Agam menyetirnya dengan sangat pelan, bahkan Agam memilih jalan alternatif daripada jalan utama yang pasti ramai.

Saat memakirkan mobil di sekolah, Agam merasa kalau remnya tidak berfungsi, beruntung saat menyetirnya Agam berhati-hati.

Siang hari setelah mengajar, Agam menelepon Zaiya agar datang ke sekolahnya diiming-imingi Agam yang ingin meminta maaf soal sikapnya beberapa tahun lalu, Agam berpura-pura menyesal karena takut Zaiya akan menghancurkan perusahaannya, dan bodohnya Zaiya mempercayai rencana licik Agam.

Perempuan itu datang dengan dress berwarna hitam yang tampak anggun di tubuhnya, rambutnya agak bergelombang dibagian bawahnya, Zaiya cantik, bahkan siswa laki-laki yang duduk-duduk dekat ruangan Agam pun sempat tersihir oleh pesonanya.

Zaiya masuk ke dalam ruangan Agam yang disambut baik oleh Agam " Selamat siang, Zaiya! Silahkan duduk, saya minta maaf karena menganggu kamu siang-siang begini" Ucap Agam mempersilahkan Zaiya duduk di sofa.

" Siang juga, Agam! Gak papa kok, tapi tolong jangan buang-buang waktu saya, apa yang mau kamu bicarakan?" Tanya Zaiya sambil menyimpan tasnya di sofa kosong sebelahnya.

Agam mengangguk " Euh, saya gak tau harus mulai dari mana. Tapi yang pasti saya ingin meminta maaf atas semua sikap kurang mengenakkan saya sama kamu, entah itu beberapa tahun lalu ataupun yang kemarin di kantor saya" Ucapnya bersungguh-sungguh.

Mendengarnya Zaiya mengerutkan kening " Kenapa tiba-tiba kamu minta maaf? Saya belum ngelakuin apa-apa Agam, kamu agak mencurigakan" Tanyanya menatap Agam dengan tatapan tajamnya.

" Karena saya merasa kamu ancaman besar bagi perusahaan saya. Saya pikir, dengan saya mengakui semua kesalahan saya dan meminta maaf dari kamu, kamu bisa berhenti mengganggu perusahaan saya dan kita bisa menjadi teman, Zaiya" Jawab Agam sambil menyatukan kedua tangannya.

Namun kelihatannya Zaiya masih tidak percaya " Saya agak nggak nyangka, ini kelihatan kayak bukan kamu" Ucapnya.

" Nggak ada lagi yang bisa saya lakukan, saya mau hidup damai, Zaiya. Saya tau sikap saya dulu cukup berlebihan, jadi saya rasa mungkin maaf aja gak cukup untuk mengurangi rasa sakit hati kamu. Tapi saya bersungguh-sungguh, saya mau kita baik-baik aja, saya juga sudah memaafkan semua yang lakukan sama saya dan istri saya" Ucap Agam yang agaknya sedikit meluluhkan hati Zaiya.

Hello Papa Agam!Where stories live. Discover now