Chapter 17

989 129 6
                                    

Sore harinya, Agam dan Azkia sampai di Jakarta setelah menempuh waktu beberapa jam dari Kota Bandung, sepanjang perjalanan pulang, Agam lebih banyak diam sambil sesekali mengurut pelipisnya membuat Azkia khawatir, namun urung untuk bertanya karena takut akan lebih membebani Agam.

Tapi Azkia yakin ini ada sangkut-pautnya dengan perusahaan, entah kenapa akhir- akhir banyak sekali terjadi masalah yang menimpa keluarganya, terutama Agam. Azkia bahkan sangat takut akan kehilangan Agam, memikirkannya Azkia menggeleng kepalanya.

Resti yang sedang menyiram tanaman pun bingung dengan kedatangan Agam " Kok udah pada pulang? Katanya mau nginep sambil jalan-jalan disana" Tanyanya sambil mematikan kran air.

" Ada masalah kantor Unda, jadi harus Agam selesain dulu" Jawab Agam sambil membukakan pintu untuk Azkia, sedangkan Azkia hanya menganggukkan kepalanya seraya tersenyum meyakinkan Undanya bahwa tidak ada masalah serius.

" Yaudah kalian masuk dulu, kalo mau makan, ada Nasi Bakar sama ayam" Ucap Resti sambil mengelus bahu Agam.

Azkia merebahkan tubuh Arjuna yang tertidur di atas ranjangnya, sedangkan Agam menyiapkan laptop dan beberapa dokumen yang tersusun rapi di rak yang Azkia sering rapikan tiap minggunya sesuai warna mapnya. Agam juga mengambil jasnya di dalam lemari dan memaikainya dengan cepat, dan terakhir mengambil sebuah kunci dari laci.

" Loh itu kan kunci motor, Gam. Bentar aku siapin kunci mobilnya" Ucap Azkia yang beranjak bangun, namun Agam menahan lengannya membuat Azkia kembali terduduk.

Agam menggeleng seraya tersenyum " Nggak usah, Yang. Emang sengaja kok, aku pake motor aja biar lebih cepet, kalo pake mobil takutnya macet, kan lagi jam-jamnya keluar kantor" Jawabnya sambil mengelus rambut Azkia.

" Tapi nanti kamu pulangnya nggak malem banget, kan? Jangan lupa bawa jas ujan, soalnya kan malem-malem suka ujan mendadak" Ucap Azkia memegang tangan Agam, seperti berusaha menahannya agar tidak pergi.

" Iya, nggak bakal pulang malem kok" Ucap Agam sambil mengelus kepala Azkia berusaha meyakinkan istrinya yang khawatir itu.

Kemudian Azkia malah terkekeh, " Iya nggak bakalan pulang malem palingan subuh" Jawabnya membuat Agam ikut terkekeh.

Dengan gemas, Agam mencubit pipi Azkia " Nggak Yang beneran, mana ada pulang subuh ntar nggak ada yang peluk sampe pagi dong" Jawabnya genit.

" Heuuh mulai deh, tapi emang harus sekarang banget A? Nggak bisa besok aja gitu, kamu pasti cape kan nyetir sejauh itu dan lagi sekarang udah sore" Ucap Azkia dengan sedikit memohon.

" Kalo nggak se-mendesak ini aku juga nggak bakal nekat nyetir Bandung-Jakarta siang-siang, tapi ini penting Ki. Perusahaan kita lagi genting, aku harus tanganin cepet-cepet biar nggak lebih bermasalah nantinya" Ucap Agam yang lagi-lagi berusaha untuk meyakinkan Azkia.

Namun Azkia seperti masih tidak mengerti " Tapi kesehatan kamu itu lebih penting, Agam. Kamu udah terlalu banyak kerja selama ini, kamu pernah nggak coba mikirin diri kamu sendiri? Semua itu ada batasnya Agam.. Kamu seharusnya tau, sampai mana batas diri kamu, harus nunggu sakit dulu baru bisa sadar?" Ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Agam mendekap Azkia agar perempuan itu tenang namun justru membuat tangis Azkia meluruh " Ki.. Aku tau kamu khawatir, aku terima kasih sama kamu buat itu, tapi gini ya sayang.. " Ucapnya sambil melepas dekapannya, memegang kedua tangan Azkia dan menatap matanya dengan sungguh-sungguh " Lusiana bilang, salah satu Dewan Direksi perusahaan, korupsi dana perusahaan 12 milyar dan sekarang kabur. Coba pikirin kalo perusahaan ini bangkrut, ada ratusan atau mungkin ribuan karyawan yang hidupnya bergantung sama perusahaan, kalo aku sebagai pimpinan nggak dengan cepat tanganin, terus harus siapa lagi yang bisa selamatin perusahaan ini? Aku minta pengertian kamu, dukungan, dan segalanya Ki, karena ini pertama kalinya buat aku ada di posisi ini"Mn

Hello Papa Agam!Where stories live. Discover now