Chapter 13

1.3K 152 22
                                    

Kini Azkia menaiki taksi yang sama dengan Agam, suaminya itu memilih duduk di kursi depan dibanding dengannya di kursi belakang. Azkia tau memang Azkia yang salah, tapi seharusnya Agam mau mendengarkan penjelasannya dulu bukannya hanya diam seperti ini, kalau begitu bagaimana Azkia bisa menyelesaikan semua kesalahpahaman yang dibuatnya.

Azkia menoleh ke pinggir, menatap jalanan yang ramai dilalui oleh kendaraan, juga pohon-pohon yang seperti bergerak cepat. Perhatiannya teralihkan oleh suara notifikasi pesan whatsapp yang masuk ke handphonenya, Azkia membukanya, ternyata dari Jeny.

Jeny jeje

Kiki, Jejen minta maaf yaa... Semoga Pak Agam marahnya nggak lama, tadi Jejen mau bantuin ngomong, cuman keburu takut liat mukanya Pak Agam, kayak ada aura negatifnya gitu.

Semoga cepet selesai masalahnyaa, fighting Mamanya Ajun, kiss

Membacanya Azkia tersenyum dan mengetikkan balasan untuk sahabatnya itu, lagipula bukan salah Jeny, kenapa anak itu meminta maaf padanya? Setelah selesai mengirimkan balasan, Azkia memasukkan handphonenya ke dalam sling bag dan menatap Agam yang sedang memejamkan matanya sambil bersandar pada sandaran kursi mobil.

Taksi yang ditumpanginya kini sampai di depan gerbang rumahnya, Agam turun terlebih dahulu dan menutup pintu mobil cukup keras bahkan sampai membuat Azkia yang sedang membuka pintu terkejut, Azkia mengucapkan terima kasih pada sang supir sebelum pergi masuk ke dalam rumahnya.

Disana ada Papa dan Ayah nya yang asik bermain catur di ruang tamu, Handi menoleh " Itu si Agam kok udah pulang? Emangnya udah sembuh?" Tanyanya pada Azkia.

" Nanti Kia ceritain Yah, Pa. Kia mau masuk dulu, takutnya Agam mau ganti baju, oiya Arjuna tadi nggak rewel kan?" Tanya Azkia sambil memainkan ujung dressnya dengan gugup.

Darko yang melihatnya langsung mengerti kalau anak dan menantunya itu sedang tidak baik-baik saja, buktinya tadi wajah Agam terlihat marah saat masuk ke dalam rumah " Iya sana, selesain baik-baik. Arjuna sama neneknya kok di kamarnya, inget, pake kepala dingin. Jangan biarin emosi yang mainin kalian" Ucap Darko yang diangguki oleh Azkia.

Setelah Azkia pergi, Handi menaikkan alisnya bingung " Emang ada apaan sih? Kok pake kepala dingin segala?" Tanyanya pada Darko.

" Hadeuuuuh udah punya cucu juga lo masih gak pekaan ya, Han. Bodo amatlah, lanjutin lagi buruan, giliran lo nih" Jawab Darko dengan sebal lalu Handi mulai kembali menggerakkan bidak caturnya dan berhasil mengalahkan ratu dari Darko " Ah sialan sterr gue"

Azkia masuk ke dalam kamar dan melihat Agam yang sedang meringkuk di atas ranjang masih mengenakan pakaian rumah sakit, ia menggantungkan sling bagnya di belakang pintu kamar dan duduk di ranjang kosong sebelah Agam. Tangannya terulur mengelus kepala Agam yang terbungkus perban di dahinya.

" Kenapa nggak ganti baju dulu, Gam? Kamu dari kemarin belom ganti baju loh, nanti badannya gatel-gatel kalo nggak diganti" Ucap Azkia sambil berjalan ke ruang wardrobe untuk mengambilkan Agam pakaian ganti. Ia mengambil sebuah piyama berwarna abu-abu berbahan satin untuk suaminya.

Terlihat Agam yang duduk memandanginya, " Gak perlu repot-repot. Aku bisa sendiri kok, tadi juga di rumah sakit kan ngapa-ngapain sendiri" Ucap Agam setelah Azkia meletakkan piyamanya di atas ranjang.

" Agam aku mau jelasin soal ini, aku nggak bermaksud buat sembunyiin ini dari kamu cuma-" Ucap Azkia karena membuka semua pakaiannya di hadapannya, perempuan memalingkan wajahnya ke arah televisi yang tidak menyala, merasa malu dengan tindakan Agam.

Sedangkan Agam terlihat tidak peduli dan buru-buru memakai piyamanya, setelah selesai ia duduk menghadap Azkia " Lanjutin, aku mau denger alesan dari istriku yang merupakan seorang independent woman yang gak butuh lagi suaminya" Ucap Agam yang terdengar menyebalkan di telinga Azkia.

Hello Papa Agam!Where stories live. Discover now