Chapter 23

887 109 21
                                    

Setelah proses penggeledahan selesai, para polisi itu harus kembali tanpa menemukan bukti apapun, Agam menjelaskan soal uang korupsi yang tiba-tiba masuk ke rekeningnya karena memang ia mengambilnya kembali dari Pak Didit, dan itu pun Agam masukkan ke dalam rekening perusahaan bukan rekening pribadinya.

Yang lebih membuat Agam bingung adalah kenapa Zaiya mengetahui hal yang bahkan hanya pemegang saham saja yang tau soal kemana uang korupsi Pak Didit itu, apa ada yang mengkhianati Agam lagi?

" Aneh gak sih? Darimana Zaiya tau kalo uang korupsi itu masuk ke rekening yang dipegang sama lo? Direksi aja pada gak tau kan, Gam?" Tanya Fahri sambil menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa.

Agam masih diam memandang laptopnya yang mulai mati, pikirannya berkecamuk, sebenarnya kehadiran Zaiya bukan masalah besar bagi Agam, namun jika terus dibiarkan mungkin akan ada kejadian yang lebih parah dari ini. Agam salah karena meremehkan Zaiya sejak awal, perempuan itu sekarang bukan lagi gadis manja seperti beberapa tahun silam.

Melihat Agam yang diam saja, Azkia mengelus bahunya " Gam? Kok kamu diem aja? Tindakan aku tadi salah, ya?" Tanyanya yang membuat Agam menoleh lalu tersenyum menggenggam tangannya.

" Nggak kok, tindakan kamu tadi udah bener banget. Makasih ya, Sayang, udah jadi si cantik yang pemberani" Jawab Agam sambil mengelus rambut Azkia, hal itu membuat Fahri menepuk-nepuk dadanya dan memasang ekspresi mual.

Sedangkan Azkia malah tertawa sambil memukul pelan bahu Agam " Agam apaan sih, geli banget deh dengernya ih" Ucapnya memprotes membuat Agam itu tertawa karena memang Agam sendiri merasa geli saat mengucapkan itu.

" Aku yang bilangnya aja geli, Yang, hahahaha" Ucap Agam seraya menyisir rambutnya yang tampak jatuh menutupi keningnya, sepertinya efek dari gel rambutnya mulai menghilang.

Saat sedang asik mengobrol, Lusiana masuk ke dalam ruangan Agam dengan membawa nampan berisi tiga gelas, lalu menyimpannya di atas meja membuat Azkia menatap gerak-geriknya, sedangkan Agam lebih tertarik menatap wajah Azkia yang tampak intens menatap Lusiana.

" Ini jus mangga untuk Bu Azkia, takutnya Ibu nggak suka kopi jadi saya inisiatif buatin Ibu jus aja. Oiya perkenalkan, saya Lusiana Aldara, saya bekerja sebagai sekretaris Presdir menggantikan Pak Fahri" Ucap Lusiana memperkenalkan dirinya pada Azkia dengan sopan.

Azkia membalasnya dengan senyuman " Saya Azkia, istrinya Agam" Balasnya sambil meraih tangan Agam untuk digenggam, Fahri terkekeh ketika matanya tak sengaja melihat momen itu.

" Posesif banget ya, Bos, istrinya. Jadi gemes" Ucap Fahri yang dibalas kekehan oleh Agam, Azkia memanyunkan bibirnya dengan kesal. Namanya juga usaha menjauhkan suami dari pelakor, walaupun mungkin Lusiana bukan pelakor, tapi tetap saja Azkia harus waspada, kan?

Lusiana yang sadar akan tindakan Azkia mendadak bingung, " Ah Bu saya tidak ada niatan menjadi pelakor, kok. Saya disini pure untuk bekerja, mencari uang buat keluarga saya" Ucapnya terburu-buru, takut Azkia salah sangka pada dirinya.

Azkia menatap Agam dan hanya dibalas gelengan kepala oleh Agam , kemudian menoleh pada Lusiana seraya tersenyum ramah " Saya juga nggak berpikiran kamu seperti itu, kok. Tenang aja, oiya, duduk" Ucapnya sambil menunjuk sofa kecil di samping Fahri.

" Euh, saya di luar aja Bu" Sahut Lusiana.

" Disini aja, lagian kita juga lagi ngomongin kerjaan kok. Iyakan, A?" Tanya Azkia sambil menatap Agam dengan mata yang berbinar, Agam jadi tidak tega untuk menjawab tidak.

Agam mengangguk-ngangguk " Iya" Jawabnya singkat, kemudian duduk di sofa yang sempat ditunjuk oleh Azkia.

" Btw Ki, lo tau darimana kalo kantor lagi digeledah?" Tanya Fahri sambil menyesap kopi yang dibawakan Lusiana, Azkia terkekeh.

Hello Papa Agam!Where stories live. Discover now