Forty-one

13 11 0
                                    

"Ah, aku lupa sore ini harus menyerahkan baju kotor kepada prajurit depan!" ujar Beeresha sembari memukul keningnya.

"Aku duluan, ya!" pamitnya, dengan cepat gadis itu pergi meninggalkan majikan beserta sahabatnya.

Sheinafia dan Delalimata saling pandang lalu tertawa tanpa alasan di tempatnya. Seketika Delalimata terdiam, masih merasa bersalah. Dirinya masih bingung, haruskah gadis itu menceritakannya sekarang? Siap atau pun tidak, perlahan pasti kebenaran akan terbongkar. Dirinya tak ingin nanti Sheinafia salah paham dengannya.

"Shei," panggil gadis itu, membuat sang pemilik nama menoleh ke arahnya.

Sheinafia terlihat tersenyum ke arahnya dengan tulus sekali, membuat gadis itu tak tega untuk lama-lama menyembunyikan perasaannya.

"Maafkan aku," ungkap gadis itu, sontak Sheinafia mengangkat sebelah alisnya.

"Ada apa?" tanya Sheinafia dengan rasa penasaran.

"Maafkan aku karena sejak dulu menyembunyikan hal ini padamu," ungkapnya lagi.

"Hal apa? Apa yang kau sembunyikan, De?" tanya Sheinafia, gadis itu membawa Delalimata ke pojok ruangan yang sepi.

"Jelaskan sekarang, De!" pinta gadis itu sembari bersandar pada tembok, berhadapan dengan Delalimata.

"Sejak dulu aku menyukai Rekanafi, aku ... aku tak berani menceritakannya padamu," cicit Delalimata dengan jujur, merasa tak enak menceritakan hal ini kepada Sheinafia.

"Astaga, De! Kenapa kau tidak mengatakannya padaku? Kenapa sejak dulu kau hanya diam saja? Bahkan kau mendukungku!" Sheinafia berdecak di tempatnya, tak habis pikir dengan jalan pikir Delalimata.

"Aku tak berani Shei, aku tidak ingin menjadi penghalang hubungan kalian," ujar Delalimata seraya menundukkan kepalanya. Gadis itu benar-benar merasa bersalah karena menyembunyikan hal sebesar ini.

"No, bukan kau yang menjadi penghalang, De, melainkan aku! Aku merasa menjadi sahabat yang tak berguna!" Sheinafia tak tahu harus mengatakan apa lagi, dirinya takut setelah ini persahabatan mereka hancur. Pastinya tak ada seorang pun yang ingin persahabatannya hancur hanya karena seorang lelaki.

"Tidak Shei, ini salahku. Aku minta maaf, terlebih karena aku saat itu aku menghapus ingatanmu ketika kita berada di kolam," ujar Delalimata yang membuat gadis itu terkejut.

"Sudahlah lupakan saja yang lalu, lagi pula aku sudah tidak ada hubungan dengan Rekanafi lagi. Aku rasa penjelasanmu sudah cukup, aku tidak ingin persahabatan kita putus karena hal ini," ucap Sheinafia yang membuat Delalimata terharu di tempatnya.

"Aku juga minta maaf, karena selama ini mungkin aku kurang peka terhadap sekitaranku. Sampai aku tak sadar bahwa kau menyukai Rekanafi," ungkap Sheinafia yang merasa bersalah, Delalimata menggeleng di tempatnya.

"Bukan hanya kau yang salah, tetapi aku juga," ucap Delalimata sembari memeluk Sheinafia dengan erat.

"Ehem! Apa acaranya maaf-memaafkan kalian sudah selesai?" Mereka berdua menoleh ke arah sumber suara, melihat Rogfave berdiri di samping mereka.

"Eh, hai!" sapa Delalimata sembari melempar cengiran kepada pria itu.

"Hai, De!"

Rogfave tersenyum kepada Sheinafia, membuat gadis itu tersenyum malu-malu di tempatnya. Pria itu segera menggenggam gadisnya, membawa Sheinafia pergi dari sana. Dengan cepat Sheinafia melambaikan tangannya kepada Delalimata yang menganga di tempatnya. Tak percaya dirinya akan ditinggalkan sendirian.

Pria itu membawa Sheinafia masuk ke dalam kamarnya, membuat gadis itu bingung.

"Aku akan pergi malam ini," ujar Rogfave, membuka suara di ruang kamarnya.

"Huh, aku pasti akan merindukanmu," aku gadis itu dengan lesu, membuat Rogfave mengacak rambutnya dengan gemas.

"Jangan merindukan aku, cukup aku saja yang merindukanmu!" Sheinafia tertawa ketika mendengar ucapan Rogfave barusan. Melihat gadisnya tertawa, seperti terhipnotis pria itu ikut tertawa.

"Please, kiss me!" ucap pria itu dengan tiba-tiba, membuat Sheinafia termenung di tempatnya.

Perlahan Sheinafia mengangguk, menyetujui permintaan Rogfave. Rogfave menunjuk pipinya, membuat Sheinafia mendekat. Perlahan Sheinafia memejamkan matanya, merasa malu. Ketika bibir Sheinafia sudah dekat dengan segera Rogfave memutar wajahnya, sehingga bibir Sheinafia mendarat di bibir Rogfave. Kedua mata Sheinafia membola, pipinya merona karena malu. Dengan perlahan Rogfave mulai melumat bibir gadisnya, lalu menghisapnya dengan dalam. Membuat Sheinafia melotot dan mendorong pria itu.

"Menyebalkan!" tukas gadis itu dengan kesal, hal itu malah membuat Rogfave merasa gemas. Dengan sekali hentakan Sheinafia berada dalam dekapan pria itu, keduanya saling memeluk dengan erat. Karena mereka akan berpisah cukup lama.

"Aku menunggumu," cicit gadis itu di dalam pelukan Rogfave, membuat pria itu tersenyum senang mendengarnya.

"Aku mencintaimu!" ujar Rogfave dengan mantapnya.

Sheinafia menjadi salah tingkah di tempatnya, sedangkan Rogfave menunggu respon gadis itu. Karena tak kunjung mendapat respon dari gadisnya, Rogfave memutuskan untuk mengurai pelukan mereka.

Pria itu mengangkat sebelah alisnya, bingung dengan reaksi gadis yang berada di hadapannya. Sheinafia menunduk, membuat Rogfave khawatir denagn keadaan gadis itu.

"Kau kenapa?" tanya Rogfave, sembari mengangkat dagu Sheinafia dengan jari telunjuknya.

Hal itu membuat Sheinafia mendongak, dan gadis itu segera melompat ke dalam dekapan Rogfave. Kedua tungkainya melingkari pinggang dan tangannya melilit leher Rogfave.

"Katakan sekali lagi," pinta gadis itu di hadapan Rogfave.

"Apa? Kau kenapa?" tanya Rogfave dengan bingung, gadis itu menginginkannya mengulang kalimat yang mana?

Dengan kesal Sheinafia mengetuk kepala Rogfave, membuat pria tersebut semakin bingung. "Aku mencintaimu!" ungkap Rogfave ketika melihat tangan Sheinafia sudah melayang di udara.

Mendengar dua kata itu, Sheinafia merasa melayang di tempatnya. Rasanya ada ribuan kupu-kupu berputar di dalam perutanya.

"Aaa ... aku melayang, Sayang!" teriak Sheinafia, kembali memeluk Rogfave lagi.

Melihat reaksi gadisnya yang sungguh di luar dugaan, Rogfave perlahan-lahan mendesah lega. Saat ini tak ada lagi yang perlu ia takuti, karena Sheinafia tidak akan pernah pergi. Gadis itu tak akan menolaknya lagi, dan dirinya percaya bahwa cerita cinta dan perasaan mereka akan abadi.

Rogfave yakin bahwa Sheinafia adalah my crown yang diberikan tukan kepadanya, gadis itu adalah mahkota yang harus ia jaga hingga akhir hayatnya.

Rogfave yakin bahwa Sheinafia adalah my crown yang diberikan tukan kepadanya, gadis itu adalah mahkota yang harus ia jaga hingga akhir hayatnya

Gimana? Kita udah di penghujung cerita, nih!

Endingnya ya gini, gak gitu. Jadi jangan banyak berharap sama cerita aku, cause aku bikin cerita untuk memuaskan diri aku sendiri.

Aku lanjut ke cerita Asa, series kingdom 2 dari cerita ini. Ayo, yang mau mampir silahkan!

MY CROWN [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon