29

484 35 10
                                    

▶️ PLAY THE MULMED ▶️

🎶 Haruskah ku mati- Ada Band 🎶

.
.
.

“Lo tau kan? Kalau gue gak bisa hidup tanpa lo?”

-Gafar Atmaja-
.
.
.

🌈

Hingga saat ini, Langit juga masih bungkam sebabnya melakukan tindak kriminal terhadap Pelangi. Bahkan ia hanya berkata pada hakim jika memiliki kelainan jiwa.

Tidak, jelas Pelangi dan kedua orangtuanya tidak percaya dengan ungkapan Langit tersebut.

Kelainan jiwa dari mana? Jika setelah di cek kondisi fisik, dan psikologis semuanya aman.  Hal itu membuat Pelangi masih bertanya-tanya karena ia masih tidak menyangka kalau Langit melecehkannya.

"Pelangi, apa kamu baik-baik aja ke dalam?" Tanya Awan pada Pelangi, kini keduanya tengah berada di dalam mobil yang sudah terparkir di halaman rumah tahanan di ibukota ini. Karena Pelangi yang meminta untuk menemui Langit. Awan tau, se-sayang apa Pelangi pada Langit.

"Pa... Pelangi baik-baik aja. Pelangi mau coba menghilangkan rasa trauma ini. Pelangi mau coba bangkit lagi," ucap Pelangi pelan. Jujur, ia ingin seperti perempuan yang biasanya, dan ia ingin melatih mentalnya itu. Untuk masalah sekolahnya, Pelangi kembali bertekad untuk sekolah lagi, walau besok adalah hari terakhirnya.

"Untuk terakhir kalinya, Pa," kata Pelangi kembali memohon.

Akhirnya Awan menghela nafas pasrah, "okey. Tapi kalau sampai Langit macam-macam sama kamu, langsung hubungi Papa, ya sayang?" Pelangi langsung mengangguk dan segera keluar dari mobil.

Sebelum akhirnya memasuki ruang kunjung, ia menarik nafasnya dalam-dalam. Okey pasti bisa!

"Kunjungan atas nama Langit Hartigan, silahkan." Mendengar instruksi polisi, Pelangi langsung menemui Langit yang memakai baju tahanan duduk di kursi kunjungan.

"Bang," sapanya setelah menduduki kursi di hadapan Langit yang terbatas oleh sebuah meja. "Pelangi buatin steak daging sapi rasa BBQ kesukaan Bang Langit," lanjut Pelangi seraya menyodorkan bekal di depan Langit.

Langit mengangkat kepalanya, menatap lekat gadis kecil yang selalu ia sayangi itu. Pelanginya tidak pernah berubah.

Bahkan sebejat apapun sikapnya, Pelangi masih menyayangi dan menerimanya. "Maafin Abang, Pelangi. Maaf. Gue gak berhak dapatin perhatian ini dari lo," ucapnya dengan tatapan nanar pada Pelangi.

Pelangi meraih tangan Langit, tangan yang dari dulu selalu menggenggam dan menjaganya itu. "Aku cuma mau tau letak kesalahan aku dimana, sampai-sampai Bang Langit jadi gini. Aku minta maaf udah buat Bang Langit masuk penjara. Aku gak bisa bantuin Bang Langit," balasnya begitu lirih.

Entah kenapa ia begitu yakin jika Langit pasti memiliki alasan dibalik ini semua.

[........] NB: alasan Langit hanya ada di lapak cerita Langit sendiri ya, guys!

"Sudah cukup, Pelangi. Gue pantas dapat ini semua. Lo berhenti minta maaf ke gue. Gu-gue minta maaf karena gagal ngejagain lo. Bahkan gue ngerusak hidup lo selama ini. Makasih buat bekalnya."

Pelangi bangkit dari duduknya, lalu ia beralih memeluk Langit, "Pelangi kangen Bang Langit....."

Langit memeluk erat tubuh mungil gadis kecilnya. Mencium aroma vanila milik Pelangi dengan rasa kerinduan yang begitu dalam. Sudah banyak masa kebersamaan yang terlewat begitu saja. Sisi kelamnya merubah semuanya begitu saja.

Virginity [END✓]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt