24

412 38 5
                                    

“Kalau ada pilihan nyerah, gue mau nyerah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalau ada pilihan nyerah, gue mau nyerah. Gue capek sama hidup ini. Gue....gue bener-bener gak bisa.”

-part of tired-


🌈

Pelangi memutuskan untuk izin pulang terlebih dahulu dengan alasan badannya tidak enak. Ia benar-benar tidak baik-baik saja saat ini. Semuanya semakin berat dan rumit.

Bahkan sepanjang perjalan menuju rumah Laura, ia hanya melamun di dalam taxi dengan jemari yang melukai lengangnya menggunakan cutter kecil.

Sangking sakit hatinya, goresan luka di kedua lengannya tidak terasa sedikitpun.

"Mbak, sudah sampai." Suara supir taxi membuat Pelangi segera menghapus air matanya, lalu membayar ongkos dan segera turun setelah mengucapkan terimakasih.

Ia sudah menghubungi Laura yang beruntungnya lagi tidak masuk sekolah karena malas katanya.

Laura yang membukakan pintu untuk Pelangi itu, begitu terkejut melihat penampilan temannya yang sudah terlihat tidak baik-baik saja.

"Pelangi! Lo kenapa?!" Suara Laura sangat panik dan menuntun pelan Pelangi ke kamar tamu. Untungnya, kedua orangtuanya lagi keluar kota.

Setiba di kamar tamu, Pelangi hanya diam dengan pandangan yang kosong. Laura segera keluar dan memberikan Pelangi air minum.

"Minum dulu, Ngi," titah Laura, tidak ada penolakan dari Pelangi. Ia duduk di sebelah Pelangi. "Lo kenapa Pelangi? Cerita ke gue..."

Pelangi mengatur nafasnya, sebelum membalas pertanyaan Laura, "apa lo putus sama Gafar karena lo udah gak virgin? Jawab, Ra," lirihnya pelan.

Laura tersentak. Apa ia seharusnya memberi tau hal ini?

"Lo ada masalah sama Gafar?" Tanyanya terlebih dahulu, dan dibalas anggukan oleh Pelangi.

"Gue putus sama dia." Ia semakin tersentak mendengar jawaban Pelangi. Kalau putusnya sebuah hubungan baginya itu lumrah karena ia melakukan hal itu untuk melampiaskan rasa traumanya dulu.

Tapi kalau Pelangi mengalami hal yang tidak jauh darinya, pasti lebih parah. Pelangi tidak seperti dirinya.

Tak kunjung mendapat jawaban dari Laura, Pelangi terkekeh sangat kecil, "gue udah tau jawabannya. Emang pada dasarnya gue yang terlalu ngarep ya, Ra. Sampai-sampai cinta sama cowok yang sesempurna Gafar."

"Pelangi—

"Gue gakpapa, lagipula itu fakta, kok. Gue cewek kotor yang pernah tidur sama orang lain."

Laura memejamkan kedua matanya, hatinya juga ikut sesak mendengar tuturan Pelangi. Saat hendak bersuara, Pelangi mendahuluinya.

"Lo beruntung punya cowok kayak sepupu gue. Pertahankan ya! He's a real boy!"

Virginity [END✓]Where stories live. Discover now