5. Di rumah Alvian 🌷

Começar do início
                                    

Tak lupa juga Alvian memberi tiupan lembut di kala Adiva meringis kesakitan. "Tahan."

Setelah selesai, Alvian menutupnya dengan plester besar. Tumben. Alvian memperlakukan Adiva dengan lembut. "Lo diselamatkan adek gue. Nyawa lo milik dia. Gue gak mau lo ngelukain diri lo sendiri. Cuma gue yang boleh."

Adiva hanya memberi anggukan sembari melihat plester hello kitty di tangannya itu.

Alvian mengembalikan kotak P3K ke tempatnya lalu berjalan ke dapur. Beberapa saat kemudian, ia keluar dari dapur dengan segelas pop mie di tangan. "Lo belum makan, kan?"

"Iya, belum," jawab Adiva sembari mengendus. Aroma pop mie membuat perut Adiva kembali keroncongan.

Alvian duduk di samping Adiva kemudian dengan teganya ia mulai makan pop mie itu.

Ya ... siapa yang pikir itu buat Adiva? Enggak usah harap.

Slurp~

Alvian menyeruput kuah pop mie soto itu. Sementara Adiva menelan ludah kasar. Lapar, membuat gadis itu menjadi agresif. Adiva merebut pop mie dari tangan Alvian dan buru-buru memasukkan mie ke dalam mulut hingga terbatuk-batuk.

"Hei!" bentak Alvian kaget. Bola matanya nyaris lompat keluar. "Jijik lo, masa makan bekas punya gue!"

Adiva yang terlalu sibuk makan, tidak menjawab.

Alvian menatapnya tajam dengan kedua tangan bersidekap di depan dada dan sambil menghentakkan kaki.

Beberapa saat kemudian, akhirnya Adiva menghabiskan pop mie itu. Gadis itu menampilkan ekspresi riang dan lega. Ia menaruh pop mie kosong itu di atas meja. "Makasih untuk makanannya."

"Kenyang?"

Adiva menggeleng. "Belum, tapi pop mie tadi aku akui pop mie terenak yang pernah kumakan."

"Ck! Enak dari Hongkong! Bekas gue lo bilang enak, Bego!" Cowok itu beranjak berdiri masuk ke dalam dapur.

Adiva menepuk jidat. Pikirnya Alvian pasti marah. Cewek itu beranjak berdiri untuk menyusul Alvian. Sementara itu, Alvian keluar dari dapur dengan roti di tangan. Mereka sama-sama berjalan cepat hingga Adiva tidak sengaja menabrak dada cowok itu.

Bruk!

"Aduh," ringis Adiva kaget.

Alvian juga enggak kalah kaget. "Menjauh lo sana!" Cowok itu reflek mendorong bahu Adiva. Adiva terhuyung ke belakang, tapi tidak jatuh.

Alvian mendengkus kesal. Duduk di meja kemudian menaruh roti di atas meja. "Tadi gue mau suruh lo ambil roti di dapur soalnya makan pop mie gak bergizi, tapi lo kerakusan malah ngabisin pop mie gue."

Adiva ikut bergabung di sebelah Alvian. "Cie. Perhatian, nih, ceritanya?"

"Ck! Katanya belum kenyang, makan cepat!"

"Iya, makasih Alvian."

🌷🌷🌷

"Kita naik ke atas," ucap Alvian setelah Adiva selesai meminum obat pereda demam. Mereka pun melewati ruang tamu yang besar tadi, dan mulai menaiki anak tangga yang terbuat dari keramik itu.

Adiva memegang pegangan tangga untuk menjadi penopang tubuhnya. Napas Adiva memburu. Tubuhnya masih terasa lemah. Kepalanya masih sedikit sakit.

Adiva mengikuti jejak Alvian menuju kamar seseorang. Jantung Adiva kembali berdegup kencang di kala Alvian membuka pintu kamar itu dan bingkai foto besar seseorang menyapa.

Seorang gadis berusia belasan tahun memakai dress putih dengan senyuman manis di foto itu.

I-ini kamar Vivian.

"Malam ini, gue mau lo tidur di kamar Vivian. Gue mau lo ingat kembali dosa lo. Ingat gimana caranya lo renggut nyawa adek gue."

Bibir Adiva terasa kelu. Baru juga beberapa menit yang lalu Alvian bersikap baik, sekarang kembali lagi jahat.

Pikiran Adiva kembali dihantui masa lalu. Benaknya muncul bayangan mayat Vivian yang tragis ketika hari itu setelah Vivian lompat ke bawah. Dan, Adiva menunduk kepala untuk melihat ke sana. Vivian yang kepalanya bocor dan berlumuran darah terlihat begitu mengenaskan dan menyakitkan. Adiva jadi ngilu dan takut untuk bunuh diri.

Kini, pandangan Adiva menyorot rasa bersalah. Tidak tahu harus berkata apa. Andai hari itu ia menarik Vivian turun, mungkin kejadian naas itu tidak akan terjadi.

"Hidup demi Vivian. Tolong gantiin Vivian jagain kak Alvi!"

Pesan terakhir Vivian membuat Adiva bertahan hingga saat ini. Bagaimana Alvian mengasari Adiva, Adiva masih tetap semangat untuk bertahan.

"Maafin Kak Adiva, ya, Vi," ucap Adiva seraya menatap foto besar itu.

"Beribu maaf juga lo gak bakalan buat nyawa adek gue kembali, Bangsat!" Nada Alvian tiba-tiba meninggi. Cowok itu mengeluarkan bingkai foto Vivian dari dalam laci kemudian menarik lengan Adiva untuk memegang foto itu. "Malam ini gue mau lo peluk bingkai foto ini. Gue mau lo temenin adek gue!"

Adiva menggeleng. Tangannya terasa lemas. Bingkai foto itu jatuh dari tangannya. Untung tidak pecah karena kamarnya beralas karpet hijau. "Jangan, Al. Aku keingat lagi wajah Vivian yang penuh dengan darah."

Bahu Adiva berguncang hebat. Dihantui masa lalu sangatlah enggak enak. Kejadian hari itu semua muncul. Mulai dari ia hampir dicekik oleh Dira hingga Vivian terjun bebas di hadapannya. Adiva merosot dan terduduk lemas di lantai. Adiva mengacak rambut frustrasi.

Alvian puas melihat Adiva dihantui rasa bersalah. Memang itu tujuannya ia membawa Adiva ke sini. Jahat, bukan? Perhatian yang tadi Alvian berikan untuk Adiva seolah palsu semua.

Cowok itu berjongkok dan berbisik kepadanya, "gue selalu mikir kenapa hari itu yang mati itu Vivian bukan lo?"

"Iya. Kenapa hari itu yang mati Vivian bukan aku." Adiva mengulangi perkataan Alvian. "Kenapa? Kenapa?"

Tangisan Adiva pecah. Cewek itu mulai menggampar diri sendiri. "Kenapa bukan Adiva?! Kenapa?!"

"Bagus. Lanjutkan terus," putus Alvian puas.

Cowok itu membiarkan Adiva menampar diri sendiri di kamar Vivian dan melangkah keluar.

"Oh, iya." Alvian berbalik badan lagi ketika tiba di ambang pintu. Cowok itu masuk kembali ke kamar dengan meraih sesuatu dari dalam laci meja belajar.

"Barang di sini lo gak boleh sentuh. Kasur juga gak boleh lo tidurin," ucap Alvian sembari menaburkan paku di atas kasur itu supaya Adiva tidak tidur di sana.

Setelah itu, ia keluar dari kamar membiarkan Adiva menggampar wajah sendiri hingga bengkak.

🌷🌷🌷🌷🌷

Open jastip yang nungguin part nyesel. Komen di sini 💅

Ada yang mau diomongkan ke mereka?
Adiva Alfatunisa

Alvian Indomartin

Vivian Indomartin

Spam nextnya di sini ✌

ALVIVA (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora