Suasana menjadi hening, mereka semua kalut pada fikiran masing masing. Kedua gadis diantara mereka masih terisak menyesali semuanya. Tidak tau harus bagaimana lagi. Semua tempat dan orang terdekat keluarga Hinata tidak memberi mereka akses mengetahui keberadaan Anne.

✨✨✨

"Na--Naufal, jangan... jangan diemin gue dong!"

Lelaki tersebut masih sibuk dengan alat sekolahnya tanpa mempedulikan panggilan yang berasal dari sepupunya.

"Lo diemin gue hampir seminggu loh! Gak bosen apa?"

Samuel segera meraih lengan Arin yang hendak mendekati Naufal. "Udah deh, Rin lebih baik lo balik aja ke kamar lo. Naufal masih butuh waktu,"

"Gak mau!! Gue mau ngomong sama lo, Naufal!" Arin memberontak dihadapan Samuel. "Gue gak salah! Bukan gue yang celaki Anne! Tapi kenapa gue yang lo cuekin sih?!"

"Udah, lo nurut aja!" tegas Bima.

"Apaan sih?! Gue gak ngomong sama lo! Minggir gak?!" dia menatap tajam kepada lelaki dihadapannya.

"Iy--ya biasa aja dong mata lo! Gu--gue gak ikut ikut deh, Sam." ia mengangkat tangannya keatas.

"Astagfirullah,"

"Eh--EHH!! Lo kristen ngapain istigfar bego!"

"Emang iya?!"

"Lah ketularan sama bego-nya gue nih," gumam Bima. "JANGAN KETULARAN BEGONYA GUE, SAM!! JANGANN!!"

"Berisik," ujar Naufal yang sedang duduk di sofa kamarnya.

"Naufalll!!" rengek Arin, ia memanyunkan bibirnya.

Jika kalian bertanya sedekat apa Arin dan Naufal maka jawabannya sangat dekat. Mereka selalu berdua sejak kecil sampai sekarang. Keduanya sudah seperti saudara kandung tidak pernah terpisahkan.

Memang semenjak SMA, Arin suka pulang ke rumah kedua orang tuanya. Ia pergi kesana kalau rindu dengan mommy dan daddy--nya. Kedua orang tua Naufal tidak bisa melarang karena Arin semakin besar semakin paham dengan keadaan keluarga kecilnya. Menjadi anak tunggal dan korban broken home membuat sikap Arin berubah semenjak dewasa.

Ditinggal oleh kedua orang tuanya hampir 10 tahun dan tak pernah dikunjungi sekali pun membuat hati Arin semakin teriris. Sebegitu bahagianya mereka dengan kehidupan barunya tanpa kehadiran Arin. Namun beruntung ada sosok Naufal yang selalu hadir menjadi kakak untuk Arin walaupun umur mereka berbeda beberapa bulan saja.

Walaupun semenjak kecil Arin ditinggal oleh kedua orang tuanya, ia masih beruntung mendapatkan kasih sayang kedua orang tua Naufal. Tapi tetap rasanya beda. Ia berusaha tegar walaupun sebenarnya ia tak setegar yang dilihat.

"Rin, balik sana ke kamar lo," gadis tersebut menolak terus. "Arin! Lo mau Naufal marah?" bisiknya pada Arin.

Arin menggeleng cepat. Marahnya Naufal jauh lebih menakutkan dari pada wajah om Ivan, ayah Naufal. "Gue cuma mau jelas--"

"Istirahat, Rin." ucap lelaki di sofa sana.

"Gak mau! Lo asal marahin gue aja padahal kan--"

"Pergi atau gue laporin papa?"

"Iy--iya JANGAN LAHH!! Lo mau gue dihukum gak keluar kamar lagi?"

"Balik aja sana! Naufal masih kecewa sama lo tentang insiden Anne." ujar Bima.

"Kalian itu kenapa sih?! KENAPA GUE TERUS YANG SALAH? GUE NGELAKUIN ITU JUGA TERPAKSA! SIAPA YANG MAU JADI BABU NYA CLARISA?! BUKAN CIRCLE GUE BANGET! Kalau gak karena diancam gue juga gak akan ngelakuin itu," ucapnya lirih diakhir kalimat.

Love Story AnneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang