01 - RUMAH

800 182 536
                                    


SEBELUM BACA, HARAP VOTE PART INI, DAN SPAM KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF!


BUAT YANG BELUM FOLLOW, AYO FOLLOW!

BUAT YANG BELUM FOLLOW, AYO FOLLOW!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

BAB 1 - RUMAH

["Aku hanya ingin membuatmu bangga, meski pada akhirnya hanya kecewa yang kudapat. Aku telah berusaha sekuat tenaga, meski yang terjadi tak selalu sama dengan apa yang kuharap."]

*****

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, namun tak membuat lelaki bertubuh ramping itu berhenti dari kegiatan belajarnya.

Damar Aryasatya Pandika, lelaki itu masih sibuk dengan buku yang sedari tadi ada dihadapannya, buku paket setebal 500 halaman yang penuh dengan angka dan rumus-rumus yang rumit.

Dari sekian banyak ruang kelas di sekolah ini, hanya tersisa satu ruang yang belum dan tidak akan pernah dikunci. Ya, ruang kelas yang damar tempati sekarang. Pintunya memang sudah rusak, dan apabila diganti maka pintu itu rusak lagi. Tak ada yang bisa mengerti mengapa hal itu terjadi.

Sebenarnya ini sudah waktunya pulang sekolah, namun dia tidak ingin pulang ke rumah saat ini. Lelaki itu tak ingin menjadi pelampiasan kemarahan ayahnya untuk kesekian kali. Bahkan, bekas tamparan yang ada di pipinya masih jelas terlihat memerah dengan sedikit memar.

"Sial, ngapain sih tuh bapak-bapak masih hidup. Apa gunanya dia ada kalau tiap hari cuma bikin sakit hati anaknya," gerutunya dengan suara yang cukup keras.

Brakkk....

Buku paket terjatuh begitu saja, baru kali ini seorang Damar membanting buku paket kesayangannya itu.

"Ada masalah apa lagi?" tanya seorang gadis dengan surai hitam yang diurai begitu saja, gadis itu datang tiba-tiba ke dalam kelas, sebut saja namanya Rara.

Ya... Melyana Rara Nandita, satu-satunya gadis yang paling dekat dengan Damar. Salah satu pemeran dalam cerita ini.

Rara menepuk punggung Damar, kemudian sedikit membungkukkan badannya untuk meraih buku paket yang baru saja dibanting Damar, kemudian dikembalikan ke atas meja.

"Biasa, Ra, sampai bosen gue sama masalah ini. Ngomong-ngomong lo belum pulang? Ngapain ke sini?" jawab Damar memutar bola mata malas.

"Ini mau nyari buku gue, ketinggalan di laci. Bakal bahaya kalau ditinggal pulang, pintu kelas ini kan rusak!"

"Aman, kok. Gabakal ada yang berani ambil barang di kelas!"

"La, itu buku siapa yang lo pegang? Itu buku gue, sini kembaliin!" Rara melirik buku tulis di depan tangan Damar, sadar bahwa itu buku miliknya.

TENTANG DAMARWhere stories live. Discover now