4. Masa Lalu 🌷

Start from the beginning
                                    

"Bu-bunuh aja, Tan. I-ikhlas." Adiva memejamkan mata. Kristal bening ngalir dari sudut mata.

Sebenarnya bisa saja Adiva meraih serpihan kaca yang ia tindihin di bawah tubuh untuk melukai Dira. Adiva bisa lolos dari cekikan dengan cara itu, tapi gadis itu memilih untuk ....

Nyerah.

Adiva sama sekali tidak memberi perlawanan. Adiva cape. Lelah fisik dan juga batin. Kepingan memori di masa hidupnya memutar seperti kaset rusak dalam benak. Dianggap beban keluarga, sakit-sakitan, tidak ada yang mendukungnya untuk sembuh selain ayahnya, sengsara, stress, frustrasi, sebentar lagi Adiva tidak perlu merasakannya lagi.

Iya. Sebentar lagi.

Ayo, Dira.

"DIRA! KAMU NGAPAIN?!"

Di saat Adiva belum kehilangan kesadaran dengan sempurna, ia mendengar teriakan Ayahnya.

Adiva terselamatkan.

🌷🌷🌷

"Maaf, Diva. Tantemu didiagnosa depresi berat karena masalah tagihan biaya pengobatanmu. Kamu kalau bisa jangan tinggal di rumah dulu, ya. Sementara waktu ini aja, jangan nyusahin kami semua. Biar tantemu juga cepat sembuh."

"Oh, selama ini Papa anggap Adiva nyusahin? Haha. Kalau gitu gapapa. Diva pindah keluar. Diva tinggal di mana ya kira-kira? Kolong jembatan? Haha."

🌷🌷🌷

"Neng geulis, cantik-cantik kok tidur di kolong jembatan?"

"MINGGIR LO PADA!"

"Sini biar abang temenin. Haha! Buka bajumu!"

"JA-JANGAN!"

BUGH!

Adiva memberi serangan di selangkangan cowok itu.

"AW! Hei! Berani lo sama gue! Tangkap dia, To!"

"LE-LEPASIN!"

"Jangan gerak-gerak susah masukinnya! Ah, udah. Lega. Gantian lo, To."

🌷🌷🌷

"Pa. Pa-papa boleh jemput Diva? Di-Diva habis diper--"

"Maaf Diva, saya lagi temenin tantemu ke psikolog. Ada apa lain kali baru kita bahas, ya?"

Tut tut tut

"Bel, bo-bo-leh tolong jemput gue?"

"LO MASIH ADA MUKA BUAT TELEPONIN GUE?! GARA-GARA PENYAKIT LO, NYOKAP GUE SAKIT JIWA!

"Hiks. Belle. Plisss. Gu-e ha-habis ditidurin 2 cowok brengsek. Belle. Plis. Jemput gue. Bahu gue masih bergetar hebat dari tadi. Kali ini aja plis .... Gue mohon."

"Hahaha! Karma! Gak peduli!"

Tut tut tut

ALVIVA (END)Where stories live. Discover now