1. Undangan Pernikahan dari Pacar 🌷

48.7K 3.8K 753
                                    

Bantu vomentnya gengs 🤗

Bantu vomentnya gengs 🤗

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌷🌷🌷

Orang yang dari awal bersamamu belum tentu akan menemanimu hingga akhir - ALVIVA 💔

🌷🌷🌷

"Diva, jangan lupa hadir ke pernikahanku."

Rean yang statusnya masih menjabat sebagai pacar Adiva menyodorkan sebuah undangan pernikahan yang berwarna abu itu.

Bagai disambar petir, bibir Adiva terasa kelu. Gadis mungil berkuncir kuda itu meremas erat kedua sisi rok abunya.

Adiva menundukkan kepala. Matanya terpejam erat, berusaha mati-matian supaya air matanya tidak mendarat bebas ke lantai.

"Dateng ya?"

Lagi, cowok di hadapannya bicara. Seolah tidak merasa bersalah sama sekali. Cowok itu jelas hanya memainkan perasaan Adiva dengan memamerkan undangan pernikahannya.

Adiva merasakan sesak di dada. Rean, yang selama ini menemaninya di masa sulit kini juga harus pergi. Padahal dulu itu, Adiva masih ingat betapa Rean menentang ketika Adiva dijodohkan sama Alvian.

"Kalau papamu masih maksa kamu harus nikah sama Alvian, suruh injak tubuhku dulu."

Begitu kata Rean sebulanan yang lalu. Namun, situasi berubah dengan cepat. Re-Rean ternyata berengsek juga.

Adiva masih tidak terima. Bagaimana bisa? Status mereka yang masih berpacaran ini harus terpisah dan menjalankan hidup masing-masing.

"Aku senang bisa punya pacar kayak kamu, Adiva. Kamu gadis yang sangat baik, tapi maaf, Elisa jauh lebih baik. Terlebih hanya satu kali percobaan, dia udah bisa hamili anakku."

Anak katanya?

Bahu Adiva berguncang hebat. Gadis itu menggigit keras bawah bibir. Mati-matian menahan air mata. Bisakah Rean berhenti bicara? Perkataan Rean hanya akan menampar dan mengukir luka di hati.

"Aku emang selingkuh. Ah, lebih tepatnya kita sama-sama selingkuh. Kamu dijodohin sama Alvian. Aku juga tidurin Elisa. Kita sama-sama udah ngelakuin hal yang ditentang dalam sebuah hubungan. Tuhan berkata kita emang enggak akan bersama."

"Jujur, kamu memang gadis yang baik. Tapi, kamu cukup ngebosenin. Gak mau dicium bibir, gak mau diraba, gak mau digrepe, gak mau ngelayanin. Asal kamu tau aja, semua cowok itu serigala. Punya nafsu sendiri. Ah, gak perlu jelasin juga ke kamu. Habisin ludah doang. Kamu terlalu naif. Untung banget ada Elisa yang bersedia penuhi nafsuku," lanjut Rean lagi sembari menepuk-nepuk bahu Adiva.

Sebuah senyuman kecut terbit di bibir Rean ketika merasakan guncang hebat di bahu Adiva. "Kata-kataku terlalu nyakitin, ya?" tanya Rean setelah merasa situasinya sudah enggak benar.

ALVIVA (END)Where stories live. Discover now