Jarak Antara Bintang

Start from the beginning
                                    

"Rexi pergi? Dia kabur?" tanya Al pelan, lalu tersenyum kecut.

Al perlahan mengusap darah pada bibirnya.

"Lo kabur dari gue?" tanya Al sambil menatap darah itu.

"Jangan harap lo lepas," lanjut Al sambil tersenyum menyeringai.

Al berlari dengan cepat keluar dari kamar Rexi untuk mencari wanita itu.

***

"Sakit ..."

Rexi berjalan dengan pincang sambil merasakan rasa ngilu pada selangkangannya, mungkin itu adalah efek samping dari perbuatan bejad Al untuknya.

Kedua bola mata indah itu berkaca-kaca dan berakhir meneteskan air mata dengan begitu deras.

"Sakit!"

Seseorang dari kejauhan sana mengejar Rexi dengan cepat, bahkan dia langsung menepuk pundak wanita itu usai berdiri di belakangnya.

Rexi tersentak kaget dan dengan cepat menoleh untuk melihat siapa yang baru saja menepuk pundaknya.

"Aksa ..."

Si ketua OSIS lah yang ternyata sekitar setengah jam yang lalu mengikuti Rexi dari belakang.

Tadinya, Aksa berjalan keluar dari minimarket setelah membelikan adiknya beberapa bungkus makanan instan, tetapi tak sengaja dia melihat wanita aneh yang berlari tertatih-tatih sambil menangis.

"Rupanya, wanita aneh itu lo," kata Aksa sambil tersenyum. Senyumannya yang selalu sama, baik di sekolah maupun di luar.

Rexi memunggungi Aksa sambil menghapus air matanya dengan kuat.

Aksa menghela napas panjang, lalu perlahan menarik Rexi.

"Lo mau bawa gue ke mana?!" tanya Rexi emosi.

"..."

Aksa tidak menjawab pertanyaan Rexi dan lebih memilih untuk diam saja.

"Aksa ... Please ... Jangan ganggu gue ..." lirih Rexi memohon.

"Gue enggak bisa melawan kali ini, Sa," batin Rexi melanjutkan.

Aksa terus menarik Rexi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

Tak butuh waktu lama, Aksa berhenti di sebuah danau, begitupun dengan Rexi pastinya.

Kedua bola mata Rexi menatap bintang-bintang yang bertebaran di langit malam itu.

Perlahan tangan Rexi bergerak untuk menunjuk area yang menampilkan beberapa bintang yang berdekatan.

"Mama."

"Aku."

"Papa."

"Bang Ice."

Aksa menatap ke arah Rexi yang baru saja membuka suaranya.

"Dan sekarang." Rexi menunjuk area bintang yang saling berjauhan.

Perlahan kepala Rexi menunduk, mana sanggup dia melanjutkan ucapannya.

"Dan sekarang, apa lagi?" tanya Rexi di dalam hati.

Rexi kembali memecahkan tangisannya.

Aksa yang duduk di sampingnya hanya terdiam sambil terus memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh wanita cantik itu.

"Tumpahkan semuanya, Rexi, sebelum lo berpetualang lebih jauh lagi," batin Aksa sambil tersenyum sedih.

Sudah hampir sepuluh menit berlalu, barulah Rexi menghentikan tangisannya.

"Lo jangan tahan kesedihan lo. Tumpahin aja selagi bisa. Jangan gengsi," kata Aksa saat mendengarkan Rexi sesegukan.

Rexi melirik ke arah Aksa.

"Buat apa lo perduli?" sinis Rexi.

Aksa tersenyum.

"Gue perduli karena gue-"

"Kasihan!" potong Rexi sarkas sambil tersenyum pedih.

"Enggak. Lo salah besar, Rexi!" tolak Aksa.

"Enggak usah lah, Sa. Lo sama aja sama gue, Sa. Lo rusak gue, habis itu buat kalian senang. Terus lo akhirnya tolongin gue hanya karena unsur rasa kasihan belaka. Iya, kan?" sinis Rexi.

"Rex, ini enggak-"

"Seketika cara pandang gue sama orang baik berubah total karena keadaan," potong Rexi.

"..."

Aksa terdiam.

Perlahan Rexi berdiri dari duduknya, membuat Aksa menatap ke arahnya.

"Lo mau ke mana, Rex?" tanya Aksa.

"Gue? Gue mau pergi dari keadaan sialan ini!" jawab Rexi sambil tersenyum menyeringai.

"Rex-"

"Gue enggak bodoh, Sa. Gue trauma dengan orang baik."

Rexi menatap Aksa.

"Semuanya sama aja. Termasuk lo," lanjutnya sinis.

"..."

Aksa kembali terdiam mematung di tempatnya. Dia tak tahu harus merespon seperti apa. Lagi pula, di sini adalah kesalahan lingkungan sekitar dan bukan dirinya, kan?

"Jadi, gue mohon sama lo, jangan pernah bersikap baik sama gue," kata Rexi hopeless.

Perkataan telak Rexi berhasil membuat Aksa speechless.

Rexi membalikkan badannya dan berlari menjauh.

Baru beberapa jauh dia berlari, seseorang kembali menarik pergelangan tangannya, kali ini lebih kasar lagi.

"Apa lagi- Al!" seru Rexi kaget.

Al tersenyum menang.

Oh sial! Kenapa Al begitu mahir dalam permainan ini, sih?!

"Lepasin gue!" teriak Rexi sambil memberontak kuat.

"Kenapa lo pergi tanpa ada izin dari gue?" tanya Al sinis.

"..."

Rexi tak perduli dan lebih memilih untuk terus memberontak.

"Lepasin gue!" teriaknya keras.

"KENAPA LO KABUR SETELAH ITU, JALANG?!" bentak Al keras penuh emosi dan amarah yang memuncak.

My BrotherWhere stories live. Discover now