Bagian 0. Prolog

29.4K 2K 16
                                    


"Tolong gantikan posisi Carolin" Ronald merendahkan tubuhnya untuk memohon

Aku tertawa hambar, tak menyangka kakakku ini rela merendahkan dirinya demi Carolin. Carolin yang hanya adik tiri yang bahkan tidak sedarah. Kenapa perempuan itu sangat dibela meskipun jelas-jelas perbuatannya.

"Atas dasar apa kau mengatakan itu? " Aku berusaha menahan diri untuk tidak emosi. Fakta saat ini Ronald lebih memihak adik tiri dibandingkan dengan adik kandung membuatku ingin sekali mencekiknya

"Karena dia lebih berharga" Lalu aku tidak gitu? Tanganku terasa gatal ingin menjambak rambut kakakku satu ini. Ia bahkan lebih memilih orang asing daripada aku yang sedarah.

"Lagipula semuanya setuju untuk menggantikan posisi Carolin denganmu"

" Aku menatap tak percaya padanya. Hukuman Carolin adalah hukuman pancung. Apa Ronald lebih memilih aku yang mati daripada Carolin

" Kenapa harus aku? Dia yang harus menanggungnya. Itu perbuatannya, dia harus terima konsekuensinya"

"Kau tak dengar kemarin? Carolin bilang tak sengaja"

"YA SUDAH JANGAN LIBATKAN AKU! "

"ITU JUGA KARENAMU! " Ronald balas berteriak

Hah! Aku menatap tak percaya kakak laki-laki ku ini. "Apa kau bilang? "

"Carolin bilang kau yang menyuruhnya"

"Dia bilang begitu? " Dasar iblis bermuka dua. Dia bilang itu aku yang nyuruh, " Kakak percaya? "

" Jangan panggil aku kakak, aku memang lebih percaya Carolin ketimbang kau"

Emosi sudah terlanjur menguasai. Aku menjambak rambut Ronald. Tak kupedulikan teriakan Ronald untuk berhenti, tak kuhiraukan juga kuku Ronald yang menggores lenganku, bahkan ada beberapa yang sampai berdarah.

Aku marah. Mengapa semua orang memihak Carolin. Kakak, ayah, bahkan orang yang kusuka, Edgar.

Aku yang membuat keributan dulu agar mereka melihatku, sedangkan Carolin tanpa melakukan apapun semua menyayanginya

Bukan salahku ibu meninggal. Jelas-jelas dokter mengatakan bahwa penyebabnya adalah kondisi ibu yang kian melemah pasca melahirkanku. Bukan, bukan aku penyebabnya.

Tapi mereka seolah tutup mata. Menyalahkanku sebagai penyebab kematian ibu

Tanpa sadar aku menangis, semua memori menyakitkan terus muncul. Aku marah kepada semuanya

Lalu ayah datang. Melerai acara jambak menjambak antara aku dan kakak. Kondisi kami berdua berantakan khususnya aku yang terlihat memprihatinkan. Tapi ayah lebih menghawatirkan kakak

Ayah menanyakan apakah kakak baik-baik saja, kemudian menyuruh pelayan untuk memanggil dokter

Ayah sama sekali tak menoleh, sekedar menanyakan keadaanku pun tidak. Selalu seperti ini, aku diabaikan.

Memang dari dulu tak ada ruang untukku di keluarga ini. Aku hanya seorang yang dicap sebagai pembunuh istri duke Bashan Carolus, ayahku.

Sebelum mereka pergi aku mengatakan, " Itu benar. Aku yang menyuruh Carolin untuk meracuni Lady Olivia"

Pandangan kakak dan ayah beragam, yang pasti ada kemarahan disana.

Mereka pasti menelan mentah-mentah pernyataanku, mempercayai apa yang baru saja kubilang

Aku tahu sampai akhir pun mereka tak akan memihakku, jadi buat apa hidup lebih lama

Ayah memerintah penjaga mengantarku ke penjara, lebih tepatnya menyeret

Kali ini aku diam, tak memberontak seperti kejadian sebelumnya

Pada akhirnya aku menyerah. Menerima takdirku, yang sampai kapanpun tak ada yang memihakku

Aku tersenyum miris

.

..

.

Gelap dan dingin. Aku meringkuk di pojok ruangan. Tidak terbiasa dengan keadaan penjara

Esok adalah hari eksekusi. Sebenarnya aku takut. Takut melihat orang-orang meneriakiku pantas untuk mati. Aku belum siap.

Sejenak aku menyesali perbuatanku tempo hari. Samar-samar cahaya dari lampu lentera semakin mendekat. Menandakan bahwa ada seseorang yang berjalan kesini

Kenapa orang ini menemuiku di tengah malam begini. Dia Lavina, pelayan pribadiku. Sosoknya terlihat kacau. Matanya sembab bahkan sesekali aku mendengar suara sesenggukan.

Lavina merendahkan tubuhnya kemudian memegang jeruji besi, " Nona " Masih dengan sesenggukan ia melanjutkan, " Tolong mendekat nona "

Aku menurut, lagipula aku ingin tahu alasan Lavina menemuiku

"Nona saya membawakan ini" Lavina menyodorkan botol kecil berisi cairan bening. "Ini racun"

Aku tertawa hambar. Sebegitu inginnya kah mereka melihatku mati. Saking tidak sabarannya mereka sampai mengirimkan barang ini

Levina yang melihat reaksiku panik. Dia memegang tanganku dengan 2 tangannya, "Tolong dengarkan saya nona. Ini barang dari saya. Racun ini dapat membuat seseorang yang meminumnya langsung mati tanpa merasakan rasa sakit"

Aku terdiam sejenak, " Untuk apa kau mengirimkan barang ini? toh besok aku juga akan mati"

Lavina semakin sesenggukan, ia berusaha untuk berbicara, " nona yang saya kenal adalah nona yang memiliki hati rapuh, yang ingin mendapatkan kasih sayang. Orang luar hanya melihat nona sebagai nona yang sombong, pembuat onar dan kasar. Saya tahu nona melakukan hal itu agar orang-orang tidak melihat sosok nona yang rapuh dan nona melakukan itu agar dapat perhatian dari tuan besar"

Aku terharu. Tak menyangka orang yang selalu aku kasari lebih memperhatikanku ketimbang mereka. Aku merasa bodoh dan merasa buta akan arti dari sosok Lavina di hidupku

"Saya tidak bermaksud menginginkan kematian nona lebih cepat. Nona boleh membuangnya. Jika nona tak siap dengan eksekusi esok nona dapat meminumnya"

Air mataku mengalir, " Sebenarnya aku takut. Aku takut tatapan orang-orang terhadapku. Aku takut melihat tatapan ayah yang menginginkan kepergianku. Aku takut"

"Maafkan saya nona yang tidak bisa membebaskan nona"

Untuk pertama kalinya aku tersenyum tulus, " Terima kasih dan maafkan aku"

"Nona tidak bersalah. Saya tidak bisa melakukan apa-apa tetapi saya selalu berdoa untuk kebahagiaan nona pada kehidupan selanjutnya"

"Terima kasih"

Setelah itu Lavina berdiri, " Maafkan saya. Saya tidak bisa lebih lama lagi. Saya takut pengawal akan datang"

Aku mengangguk. Lavina pergi, meninggalkanku bersama dengan kegelapan.

Aku menatap botol kecil yang diberikan Lavina sebelumnya. Memang lebih baik aku mati dengan racun daripada dieksekusi

Aku meminumnya. Rasa pening mendera dan kemudian semuanya gelap


tbc

Second lifeWhere stories live. Discover now