Bagian 5

252 53 111
                                    

Buku rangkuman materi kimia dari kelas satu hingga kelas tiga itu terbuka di bagian tengah, Salsa berusaha agar besok bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Buku rangkuman materi kimia dari kelas satu hingga kelas tiga itu terbuka di bagian tengah, Salsa berusaha agar besok bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar. Apalagi soal kali ini bersifat esay, sehingga harus benar-benar paham rumus dan cara pengerjaannya.

Walaupun jam sudah menunjukkan pukul setengah dua pagi, tetapi semangat Salsa sama sekali tidak surut. Ia terbiasa tidur jam tiga dan bangun saat matahari baru terbit, kadang pula lebih awal daripada itu. Sehingga, masih ada satu jam waktu yang bisa digunakannya untuk belajar.

Entah kenapa gadis yang memakai piama doraemon itu lebih suka belajar ketika tengah malam atau saat orang tuanya telah tidur, ia merasa lebih tenang dan tentram sehingga bisa mencerna pelajaran lebih cepat. Salsa tahu pukul sembilan hingga tiga pagi otak diusahakan agar beristirahat agar tidak setres dan memperlancar hormon, tetapi kebiasaan bergadang seperti ini tak bisa dihilangkannya.

Selesai belajar kimia untuk ulangan nanti, Salsa beralih pada buku biologi. Sebenarnya ia tak terlalu menyukai salah satu pelajaran wajib anak IPA tersebut, terlalu membosankan dan monoton. Apalagi guru yang mengajar tidak pandai menghidupkan suasana, sehingga banyak yang mengantuk di kelas.

"Apa aku ambil ujian kimia aja, ya? Kayaknya lebih paham itu daripada fisika dan biologi. Nilai-nilaiku juga lebih tinggi di kimia," gumam Salsa saat tiba-tiba terpikir pilihan pelajaran ujian nasional.

Sebelum memikirkan hal itu lebih jauh dan menghabiskan waktu dengan termenung, Salsa buru-buru kembali meraih buku paket biologi miliknya yang sempat diabaikan. Beruntung materi tentang bioteknologi lebih mudah dicerna, jadi ia hanya memberi stabilo dan catatan kecil untuk menulis pertanyaan yang akan ditanya besok.

Mata gadis itu mulai memberat, bahkan sudah beberapa kali menguap. Ia melihat jam digital yang terletak di dekat buku, sepuluh menit lagi jam tiga. Akhinya, Salsa memutuskan untuk mengemaskan buku dan mengecek perlengkapan untuk sekolah besok. Tangannya meraih guling dan memeluk dengan erat, lalu tak lama langsung terlelap dan masuk ke alam mimpi.

Baru saja rasanya memejamkan mata, alarm yang berada di atas nakas berbunyi nyaring hingga membangunkan gadis yang bergelung dalam selimut itu. Waktu dua jam untuk tidur cukup membuat tubuh Salsa kembali bugar. Sambil menormalkan penglihatannya yang masih agak buram, ia bergerak mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi.

Cukup sepuluh menit ia sudah selesai mandi dan memakai baju santai, lalu gadis itu memakai rangkaian skincare untuk menjaga wajahnya tetap sehat. Rutinitas ini juga baru dilakukan dalam beberapa bulan ke belakang setelah Rachel menyuruhnya mencoba beberapa produk kecantikan, untungnya tipe kulit Salsa normal.

"Mama udah bangun belum, ya? Aku mau coba buat sarapan sendiri. Nasi goreng kayaknya gak terlalu buruk," ujar Salsa sambil menutup rangkaian skincare terakhir miliknya.

Sesampainya di lantai bawah, Salsa diam-diam ke dapur setelah memastikan jika orang tuanya belum bangun. Ia mengambil peralatan bahan-bahan yang diperlukan. Belum sempat melakukan keinginannya untuk memasak sarapan, Safira lebih dulu datang ke dapur.

"Kamu ngapain, Sal?" tanya Safira.

Wanita paruh baya itu menggulung rambutnya menjadi satu dan diikat tinggi, lalu menghampiri Salsa yang berdiri kaku di dekat kompor. "Aku mau buat nasi goreng," jawab Salsa jujur.

Tangan Safira langsung menggeser posisi Salsa, ia mencuci tangan terlebih dahulu sebelum memegang bawang. "Biar mama aja," balas wanita berdaster bunga-bunga itu.

"Aku mau bantu, sekalian belajar masak," sahut Salsa cepat.

"Kamu bisa belajar masak setelah sukses atau sudah berumah tangga, Sal. Sekarang kamu cuma harus fokus sekolah dan belajar. Gak perlu mikirin hal lain. Pokoknya Mama gak mau liat kamu di dapur lagi!" tolak Safira dengan tangan yang lincah memotong bawang.

Mulut Salsa langsung bungkam dan tidak membalas ucapan Safira, ia langsung duduk di meja makan sembari menunggu makanan siap. Keluarganya memang sarapan ketika pukul enam pagi, kemudian berkemas dan pergi ke tujuan masing-masing. Gadis itu akui jika selama ini dirinya terbiasa disiplin karena sudah dilatih oleh kedua orang tuanya dari kecil, sehingga tidak pernah terlambat atau melakukan hal ceroboh yang merugikan.

Selama sarapan berlangsung, tak ada yang membuka suara. Mood Salsa juga sudah hancur karena rencananya gagal, tapi ia berusaha bersikap santai di depan Safira dan Bram. Untuk sekadar mencuci piring saja ia tak dibolehkan, apalagi menyentuh peralatan masak. Selesai makan, gadis itu langsung pergi ke kamar dan bersiap ke sekolah.

"Ma, Pa, aku berangkat duluan, ya!" teriak Salsa berpamitan. Kedua orang tuanya sedang berada di kamar, sehingga ia sungkan untuk masuk.

Seperti biasa, Salsa berangkat dengan diantar supir. Jam masih menunjukkan pukul enam lewat lima belas, jalanan masih renggang sehingga untuk sampai ke sekolah lumayan cepat. Sesampainya di sana, bangunan tersebut masih sepi. Hanya ada petugas kebersihan dan anak-anak rajin yang datang awal.

Sembari menunggu bel berbunyi, Salsa kembali mengulang materi yang dipelajarinya tadi malam. Hingga satu per satu teman sekelasnya masuk dan bel berbunyi tepat pukul tujuh pagi.

Di pagi hari yang cerah ini, pelajaran pertama adalah biologi. Ternyata gurunya melakukan ulangan lisan secara mendadak, masing-masing murid harus menjawab pertanyaan sebanyak mungkin untuk mengumpulkan nilai.

"Hari ini ulangan lisannya tentang materi bioteknologi. Kalian siap?" tanya Pak Bugi selaku guru biologi.

Seluruh murid yang berada di kelas Salsa menjawab siap meski secara tidak rela, sementara gadis yang duduk di depan meja guru itu sudah pasti siap dengan semua pertanyaan.

"Pertanyaan pertama, apa pengertian bioteknologi?"

Dengan cepat Salsa mengangkat tangannya untuk memberikan jawaban. Beruntung dari sepuluh murid ia yang dipilih. "Bioteknologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang pemanfaatan makhluk hidup atau organisme melalui prinsip-prinsip rekayasa, sistem, atau proses biologis untuk meningkatkan potensi organisme atau makhluk hidup tersebut," jawab Salsa lancar.

"Benar. Satu poin untuk Salsa," balas Pak Bugi.

Senyuman kecil terbit di wajah Salsa, ia puas dengan usahanya tadi malam. Namun, baru satu pertanyaan. Masih ada sembilan lagi yang harus diperebutkan.

"Soal selanjutnya."

Salsa menjawab semua pertanyaan tanpa memberikan kesempatan kepada teman sekelasnya. Gadis itu bersikap egois agar nilainya tinggi. Sebenarnya ia tidak tega dan takut dibenci seperti saat les kemarin, tapi hanya cara ini yang bisa dilakukan agar kedua orang tuanya merasa puas dengan nilainya nanti.

Namun, sesuai dengan perkiraannya. Selepas guru keluar, tindakan Salsa tadi diprotes oleh teman-teman sekelasnya. "Iya, deh, yang merasa pinter. Jawab semua soal, gak mikirin yang lain. Emang cuma dia yang mau nilai? Bodoh-bodoh kayak gini gue juga mau kalik dongkrak nilai."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Little Things [END]Where stories live. Discover now