63. a flower bouquet

11 2 0
                                    

Prof Juri menutup perkuliahan dengan salam, kemudian beliau meninggalkan kelas. Aku diam di tempat dudukku meratapi lembar tugasku yang penuh coretan. Setiap minggu Prof Juri menambah tugas kita membuat contoh penerapan dari salah satu strategi pembelajaran, Jika hari ini revisi maka untuk minggu depan tugas yang dikumpulkan berlipat. Satu untuk revisi satu untuk contoh strategi pembelajaran yang baru. Jika terus revisi maka akan semakin menumpuk tugas yang harus dikumpulkan.

Aku sudah menumpuk dua tugas. Semoga minggu depan tidak revisi jadi satu tugasku lunas dan tinggal mengerjakan strategi pembelajaran yang baru. Apapun yang terjadi aku harus terus berharap hal baik.

"kau revisi lagi ?" tanya Kiran

Aku mengangguk dengan lemas.

"minggu depan strategi belajar inquiri kau jangan lupa" aku segera mencatat informasi dari Kiran. Karena Prof Juri tidak pernah mengingatkan urutan strategi belajar yang akan ditugaskan. Semua sudah tertulis di silabus. Sedangkan aku orang yang paling malas memeriksa silabus.

Aku dan Kiran keluar kelas paling akhir. Kami bertemu dengan Bhale, Kavi dan Juno. Bhale ikut aku ke perpustakaan sedangkan Juno dan Kavi memutuskan untuk ke kantin lebih dulu.

"Bhal, apa tugasmu juga mendapat revisi ?" tanya Kiran ketika kita tengah berjalan menuju perpustakaan.

Bhale menggelengkan kepala lalu memeberikan lembar tugas miliknya yang sedari tadi masih dia pegang. Tidak ada satupun coretan tinta merah. Dia mendapat nilai A, itu tertulis di bagian covernya. Jauh sekali jika dibandingkan dengan tugasku. Banyak coretan dan tidak ada nilai. Hanya Prof Juri yang mnentukan kapan tugas itu bisa diberi nilai. Jika belum pantas maka beliau akan meminta mahasiswa merevisi sampai benar. Untung saja Prof Juri masih memberiku kesempatan untuk merevisi bukan malah langsung memberi nilai D.

Sebentar lagi UAS dan aku tidak punya waktu untuk bernapas. Semakin hari tugas yang diberikan semakin berat. Kesalahan yang kuperbuat juga semakin banyak. Melihat coretan tinta merah sudah menjadi hal wajar meskipun rasanya masih sama menyedihkan. Bukan masalah, ini namanya naik kelas, ujian lebih sulit pastinya. Aku terus menyemangati diriku sendiri dalam hati. jika bukan aku siapa lagi memangnya.

Sampai di perpustakaan kami berjalan ke ruang loker. Ketika aku tengah sibuk memasukkan barangku ada seorang perempuan menghampiriku. Ia memberikan sebuah buket bunga padaku.

"untuk apa ?" tanyaku. Aku bahkan tidak mengenal perempuan ini.

"bukan dariku" jawabnya dengan senyum menggelikan.

"lalu dari siapa ?"

"Rafi, fakultas hukum" setelah mengatakan itu perempuan itu pergi begitu saja bahkan aku belum sempat mengucapkan terimakasih.

Kiran mendekatiku, dia menemukan sebuah kartu di dalam bunga. Kami membacanya bersama.

Aku mengundangmu makan malam di nice restaurant sabtu malam

Rafi.

Kiran terkikik histeris setelah membacanya "aw so sweet""

Aku melirik ke arah Bhale yang masih berdiri tak jauh dari kami. dia terlihat kesal dengan tatapan tajam ke arah bunga yang kupegang. Seketika aku diselimuti perasaan bersalah. Aku merasa seperti aku sedang berselingkuh. Bodohnya aku merasa bersalah tanpa melakukan kesalahan. Aku bahkan tidak tahu apa jenis hubunganku dengan Bhale, hubungan tak kasat mata yang tidak jelas arahnya.

"ak-akuu tidak tau siapa Rafi" ucapku. Aku segera menyimpan bunga itu ke dalam loker.

"what the, kau tidak tau seorang Rafi. Apa kau sedang hidup di hutan" jawab Kiran sarkas. Aku menariknya untuk masuk ke perpustakaan. Bhale mengikuti kami dari belakang.

academic adventuresWhere stories live. Discover now