49. Seminar Kampanye

15 3 0
                                    

Seminar dimulai, kami duduk di barisan paling depan. Seorang pria berdiri di podium menampilkan profil dirinya dari layar proyektor. Dalam layar tertulis nama Pak Beus, 45 tahun. Disitu juga ditampilkan riwayat pendidikan mulai dari tk hingga s2. Di baris terakhir ada visi dan misi. Kenapa ada visi dan misi, untuk apa. Pikirku dalam hati.

Mahasiswa sudah memenuhi ruangan, acarapun dimulai. Moderator memandu jalannya seminar. Setelah kudengarkan panjang lebar aku baru paham bahwa beliau akan mencalonkan sebagai wali kota. Beliau menjelaskan visi misi, dan memberikan saran serta masukan kepada mahasiswa. Tapi lebih dominan beliau mengatakan bahwa kami harus memilih beliau sebagai wali kota.

"adik Pak Durham" Kavi menunjukkan ponselnya padaku.

"kau serius ?" aku terkejut mendengar fakta itu. "sepertinya Dia akan mencalonkan sebagai wali kota" ucapku lagi.

"ini bukan semianar, ini kampanye" gerutu Kiran. Dia tampak tidak menikmati seminar ini.

Pasalnya seminar untuk berdiskusi dan kampanye partai politik sangatlah berbeda. Kampanye hanya dominan berisi janji politik dan ajakan untuk memilih beliau sedangkan seminar diskusi itu berisi adu gagasan yang menarik, lugas, cerdas dan berbagi informasi.

"kredibilitas kampus kita semakin menurun jika manajemen kampus terus seperti ini" ucap Kiran lagi.

"kampus hanya akan digunakan untuk kepentingan bisnis dan politik bukan tempat meningkatkan kemampuan dan ilmu pengetahuan" Bhale ikut memberikan pendapat.

"kapan ini akan berakhir ? aku mengantuk" Juno menguap lebar dan itu menjijikan.

Moderator memberikan kesempatan untuk bertanya. Aku melihat kebelakang mengedarkan pandangan. Tidak satupun mahasiswa mengangkat tangan.

"apa sengaja tidak ada yang bertanya agar seminar bisa segera berakhir ?" bisikku pada Kavi

"entahlah tapi aku sangat ingin bertanya kepada orang aneh ini. ini pertanyaan jebakan, Bhale akan menyambungnya" setelah menjawabku, Kavi mengangkat tangan kananya. Moderator mempersilahkan Kavi untuk bertanya.

"Kavi Radeva dari Pendidikan Biologi. Apa rencana anda kedepan dalam bidang pendidikan ?"

Kemudian Pak Beus memberikan jawaban saat itu juga "kota kita memiliki wilayah yang luas, saya melihat fasilitas pendidikan di kota kita kurang merata. Sekolah di area pinggir yang jauh dari jangkauan pemerintah pusat kota masih memiliki banyak kekurangan. Berbeda dengan sekolah yang ada di sekitar pusat kota. Perbedaan kondisi ini sangat memprihatinkan. Saya ingin menyamaratakan semua fasilitas pendidikan agar semua anak merasakan hal yang sama. itu yang disebut keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia" beliau menjawab dengan bangganya. Pak Durham bahkan memberikan tepuk tangan paling keras, kemudian yang lain terpaksa ikut bertepuk tangan.

Selama Pak Beus memberikan jawaban aku membaca artikel yang telah ditemukan oleh Bhale. Ketika Bhale sibuk dengan ponselnya disampingku, aku ikut melirik dan akupun tertarik membacanya. Artikel itu berisi sebagian perjalanan hidup Pak Beus serta latar belakang Pak Beus. Disisi lain Kiran dan Kavi juga ikut mencari informasi lain mengenai Pak Beus. Semuanya menunjukkan kejanggalan.

Sekarang giliran Bhale yang bertanya. selagi Bhale bertanya, kami semakin gencar mencari informasi latar belakang Pak Beus.

"Bhalendra Carakan pendidikan biologi. kampanye anda pada tanggal 15, dan 17 Juni yang dilakukan di lapangan Jl. Jayeng Kusumo memberikan dana kepada masyarakat yang hadir dengan nominal masing-masing seratus ribu rupiah. Menurut artikel, orang yang datang selama dua hari itu berjumlah 1000 orang. Jika saya kalkulasikan jumlah nominalnya mencapai seratus juta rupiah. Dari data penelitian kota kita memiliki 15 sekolah di daerah terpencil yang memiliki kondisi kurang layak. Jika dana kampanye anda bisa dialokasikan ke sekolah itu bisa merenovasi 4-5 sekolah dengan kerusakan ringan. Lalu kenapa anda memilih mengalokasikan dana ke masyarakat kota dari pada ke sekolah padahal tujuan anda menyamakan fasilitas pendidikan ?" ucap Bhale dengan tegas.

academic adventuresWhere stories live. Discover now