59. Spesies yang harus punah

12 2 0
                                    

Kami berpisah di lantai dua. Ruang kuliahku ada di lantai dua, lift terbuka dan aku keluar. Sedangkan kelas Kavi ada di lantai 4. Melihat kejadian tadi aku dan Kavi sama-sama diam. Diam berkecamuk dengan pikiran kami masing-masing. Aku yakin sekarang Kavi juga merasakan hal aneh seperti yang aku pikirkan. Aku tidak ingin ikut campur urusan orang lain tapi ini mengganggu pikiranku. Lagi pula ini berimbas pada Kiran kan jadi masih wajar sedikit jika aku ikut campur.

Selama kelas aku tidak bisa fokus dengan diskusi. Aku hanya diam sepanjang jam kuliah. Kenapa Angga semarah itu. Apa yang direvisi, lalu apa hubungannya revisi dengan Lutfi. Apa mungkin itu ada hubungannya dengan flashdisk tadi pagi. Oh aku ingat, Angga semester tujuh jadi kemungkinan Angga di sibukkan dengan tugas laporan magang dan skripsi. Tapi apa hubungannya dengan Lutfi, bukankah mereka berbeda jurusan.

Kelas selesai, aku merasa bersalah pada diriku sendiri karena merasa hari ini tidak mendapat apa-apa. Ragaku di kelas tapi pikiranku tidak. Ketika berjalan keluar kelas aku mendapat pesan dari Kavi, dia mengajakku ke kantin. kebetulan aku juga ingin bertemu dengannya.

Ketika dalam perjalanan keluar dari bangunan megah gedung kelas aku melihat ada kerumunan tak jauh dari tempatku berdiri. Kerumunan yang tidak banyak hanya sekitar 5 orang tapi aku seperti mengenali baju salah satu orang yang ada disana. Kerumunan itu tampak sedang melerai dua orang yang akan berkelahi. Aku berlari mendekati mereka.

"Kavi Kav ada apa ?" aku menarik lengan Kavi dari orang yang memeganginya.

"dia menyiksa perempuan itu Elee, aku melihatnya tapi semua orang tidak percaya padaku" ucap Kavi dengan menahan amarah.

Aku melihat laki-laki di depan Kavi. Dia Angga, posisinya sama dengan Kavi. Angga ditahan oleh Lutfi dan seorang pria. Mereka berdua sama-sama menahan amarah.

"aku sedang memeluknya apa kau buta" bentak Angga pada Kavi

"jika dilihat sekilas memang seperti pelukan Elee tapi ketika kuperhatikan, laki-laki keparat itu mengeratkan tangannya di lengan si perempuan. Dia juga menjambaknya. Perempuan itu meringis kesakitan aku lihat itu, dia hampir menangis. Aku hanya berusaha menolongnya" Kavi berusaha menjelaskan padaku. Mungkin karena disini hanya aku yang bisa percaya dengan ucapan Kavi jadi dia bicara padaku.

"untuk apa kau memperhatikan orang yang sedang pelukan hah ?" lagi-lagi Angga membentak. Dia ingin melayangkan kepalan tangannya namun Lutfi menahan dengan memeluk Angga.

"apa kau punya buktinya ? omong kosong jika kau tidak punya bukti" ucap Angga dengan frustasi. Lutfi mengatakan sesuatu tapi aku tidak bisa dengar. Tapi itu berhasil membuat Angga melemah. Pria yang memegang tangan Angga pun melepaskannya.

"kau kenal dia sayang ?" tanya Angga pada Lutfi. Angga mengusap kepala Lutfi dengan lembut.

"tidak" Lutfi menggelengkan kepala menatap aku dan Kavi bergantian.

"kau pengagum rahasianya hah ?"

Kavi semakin geram karena ucapan Angga yang bernada sombong. Dia berusaha melepaskan diri untuk bisa memukul Angga, tapi kami menahannya.

"sudahlah jangan ganggu hubungan orang, cari perempuan lain saja"

"setuju. Dengan tampangmu ini kau tidak akan kesulitan mencari perempuan"

Ucap dua orang yang memegangi Kavi. Seketika Kavi melemas. Mungkin dia terkejut mendengar saran dari orang ini. Jika mereka tahu betapa buayanya Kavi, mungkin kalimat itu tidak akan terucap. jika suasana tidak menegangkan begini bisa jadi aku tertawa terbahak-bahak. Tapi kemudian mereka berdua melepaskan Kavi. Lalu mereka menepuk pundak Kavi seolah sedang memberi semangat. Mereka pergi meninggalkan kami berempat.

Kembali aku menatap Angga dan Lutfi "aku mahasiswa pendidikan biologi. Aku tahu Lutfi, tapi mungkin Lutfi tidak tahu siapa kita karena terlalu fokus dengan diri sendiri dan tidak memperhatikan sekitar" aku berharap Lutfi ingat jika aku pernah bertemu dengannya di kelas dengan Kiran.

Kavi mengambil setumpuk lembaran yang dijepit klip kertas besar. Benda itu tergeletak di rumput tak jauh dari Angga dan Lutfi. Itu seperti lembaran yang Angga banting-banting tadi ketika aku melihatnya marah. Kavi membaca covernya.

"kau meminta Lutfi mengerjakan skripsimu ?" tanya Kavi dengan nada mencibir.

Aku terkejut mendengar ucapan Kavi, ternyata dugaanku tadi benar. Lutfi mengerjakan skripsi Angga.

"kau yakin ? kau tahu dari mana ?" bisikku pada Kavi.

"aku melihat bajingan itu marah, aku sengaja menguping" Bisik Kavi disamping telingaku.

Sekarang semua sudah jelas alurnya. Dia adalah dalang dibalik keanehan Lutfi. Dipaksa mengerjakan skripsi yang dia tidak mengerti. Mendapat siksaan fisik dan psikis. Itu yang menyebabkan Lutfi murung dan sering ketakutan.

Bukannya menjawab tapi Angga malah berjalan maju ingin meraih lemabaran itu. namun Lutfi berhasil menahannya.

"kau sebaiknya memarahi teman-temanmu sayang bukan menahanku memukul mereka" ucap Lutfi dengan lembut tapi aku bisa lihat tangan yang merangkul lengan Lutfi mengerat dan meremas lengan Lutfi.

"ini penipuan, seharusnya disini tertulis 'disusun oleh Lutfi Nindi'. Kau tahu ini ilegal kan Lutfi. Aku bisa membantumu keluar dari hubungan tidak sehatmu itu dan melaporkan bajingan ini ke Rektor" ucap Kavi semakin berani.

Angga meraup pipi Lutfi dengan kasar. Ia mengarahkan kepala Lutfi menghadapnya. Angga bicara dengan serius "Kau calon istriku, sudah kewajibanmu membantuku mengerjakan skripsi sayang"

Aku tidak tahan melihat pemandangan mengerikan ini. dia bukan memberi kasih sayang. Dia memberi ancaman.

"kau benar-benar bodoh. Bagimana bisa Lutfi dari biologi sedangkan skripsimu manajemen. Tidak punya otak. Jadi jika banyak revisi itu kau yang salah bukan salah Lutfi. Sebaiknya kau fokus dengan kuliahmu Lutfi, abaikan keparat ini. Dia racun. Dia benalu. Dia parasit" aku berharap Lutfi mengerti arti ucapanku. Aku tidak tahan ingin meremas remas Angga hingga dia hancur berkeping-keping.

Lutfi menolehkan kepalanya perlahan namun Angga kembali meraihnya dengan kasar juga "Kau tidak perlu kuliah serius, kau hanya perlu belajar agar bisa membantuku. Membuat skripsi tidak sulit sayang, kau hanya perlu membaca buku lalu mengutipnya seperti kau mengerjakan makalah, benar kan. Jika nanti aku bekerja aku yang akan menafkahimu. Kau tidak perlu khawatir"

Aku semakin muak mendengar ucapan Angga. Kenapa bisa ada spesies seperti Angga di muka bumi ini. sepertinya jika kubuat spesies macam itu punah dari muka bumi maka tidak akan mengganggu ekosistem dan jaring-jaring makanan.

Lutfi menurunkan tangan Angga dari kedua pipinya secara perlahan. Lutfi mendekatiku dan Kavi. "jangan laporkan pada siapapun. Dia pacarku dan aku tidak keberatan melakukan ini" Lutfi meminta lembaran skripsi itu dari Kavi.

Setelah Kavi memberikan berkas skripsi Angga, mereka berdua pergi meninggalkan kami dengan menyisakan senyum kemenangan Angga ke arah kami. senyuman yang terlihat seperti iblis.

Aku dan Kavi saling pandang. Aku meraih lengan Kavi dan menyandarkan kepalaku di pundaknha. rasanya kami berdua lemas. Mati-matian kami membela Lutfi tapi yang dibela malah seperti itu. Sampai di kantin aku melihat Kiran, Juno dan Bhale sedang berkumpul. Kami mendekati meja mereka.

Semenjak masuk ke perguruan tinggi kau jadi lebih leluasa mengekspresikan dirimu ya Elee, maksutku sering mencari masalah misalnya"

Aku melirik orang yang mengucapkan itu di sampingku. Ternyata Beti sengaja berjalan disampingku untuk menggangguku.

"Ya memangnya kenapa, kau mau mencoba menjadi salah satu masalahku ?" aku membentak kesal. Kemudian Beti berjalan lebih cepat mendahuluiku bersama teman-temannya yang menertawakanku.

.............................................................................

academic adventuresWhere stories live. Discover now