13. Ujian Lisan

41 1 0
                                    

Aku ketahuan berbohong. Aku tidak tahu harus berbuat apa. yang jelas aku malu. Tanpa pikir panjang aku langsung kabur. Aku menyusul Kiran dan Kavi ke kantin. Aku melihat mereka dari kejauhan. Mereka sedang makan. Aku membeli makanan dulu, lalu ku bawa bergabung dengan mereka.

"nah Elee sudah datang. Aku bisa jelaskan Mita yang sebenarnya" ucap Kavi ketika Aku duduk di sampingnya.

"dari tadi dia tidak mau cerita. Dia bilang ingin menunggumu agar tidak perlu menjelaskan dua kali pada Kita" Kiran berbisik padaku. Aku mengangguk paham.

Kavi memang kenal dengan Mita tapi mereka tidak punya hubungan apa-apa. Mita bekerja di salah satu coffee shop dimana Kavi sering berkunjung. Mereka akrab dari situ. Beberapa waktu lalu Mita patah hati. Dia hancur. Dan Kavi-lah yang selalu mendengar keluh kesah si Mita. Setelah putus dari pacarnya ternyata Mita baru tahu Dia hamil dan pacarnya tidak mau bertanggung jawab. Dengan pikiran yang kalut Mita ingin Kavi yang menjadi suaminya. Karena hanya Kavi yang baik dan mau mendengarkan Dia. Sebenarnya Mita ingin bicara jujur secara langsung dengan Kavi, bukan dengan Aku ataupun Kiran. Kavi sudah bicara baik-baik dengan Mita jika Dia tidak bisa melakukan itu dan Mita pun juga memahaminya. Dia minta maaf karena membuat kesalahpahaman ini. yasudah akhirnya Aku dan Kiran merelakan uang jajan kami berdua. Bagaimanapun juga situasi Mita sedang sulit dan Dia membutuhkan bantuan itu. Mita sudah diantarkan pulang ke rumah orang tuanya oleh Kavi. Kavi yang membantu menjelaskan sebagai perantara.

Aku dan Kiran bisa mengerti posisi Mita. Kami sudah merelakannya.

Setelah Aku menyimak cerita dari Kavi, Juno datang bergabung dengan Kami. Dia mengembalikan buku milikku.

"waah selamat ulang tahun Kavi. Aku juga mau di traktir. Nanti Aku doakan kau panjang umur" Juno menepuk-nepuk pundak Kavi

Sedangkan aku menepuk-nepuk keningku dengan kepalan tangan.

"siapa yang ulang tahun ?"

"ah tidak perlu malu. Meskipun Kita beranjak dewasa, ulang tahun itu bukan hal yang memalukan. Tidak perlu malu dengan angka ulang tahunmu"

"ha ?"

"Kau mau apa, biar Aku saja yang pesankan" Aku harus segera menyelesaikan persoalan ini.

Aku pergi membelikan makanan untuk Juno. Dan semua akhirnya kembali tenang.

"Aku harus bertemu dengan Prof Juri untuk mengumpulkan tugas. Tapi beliau tidak pernah menerima telfon dariku" keluh Juno

"datang saja ke kantornya" ucapku.

"Aku takut. Beliau bilang di kelas kan Kita harus buat janji dulu untuk bisa ke kantor"

"terserah Kau saja. Jika tidak begitu Kau akan telat mengumpulkan tugas keburu nilai akhir Kita keluar. ya nanti jika Prof Juri marah Kau jelaskan saja jika Kau sudah menghubungi dan kalau Prof Juri masih marah diam saja dengarkan terima saja toh tidak di pukul juga hanya diomeli. Terserah, Aku hanya memberi saran"

"waaaah kau bermental batu juga ya Elee ternyata"

"bukan bermental batu. Aduuuh Aku bisa jelaskan. Itu trik. Kau harus cari jalan lain dan ambil resikonya. Ah susah berbicara denganmu"

Setelah selesai makan Aku pergi ke perpustakaan lagi. Meskipun dengan perasaan ragu. Aku takut bertemu dengan Bhale Aku malu. Tapi tidak ada pilihan lain, besok UAS lisan, UAS terberat sepanjang hidupku. Aku butuh persiapan matang dan rasanya seberapa banyak persiapanku tidak matang-matang juga.

Juno, Kavi dan Kiran juga ke perpustakaan. Kali ini kami belajar dengan serius. Kecuali Juno.

"Elee Aku tidak tau harus mulai dari mana" ucap Juno.

academic adventuresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang