44. Salah Pergaulan

18 0 0
                                    

Pelayan datang membawakan satu pizza besar dengan taburan banyak keju diatasnya. Pizza ini mengeluarkan kepulan asap tipis pertanda bahwa ia masih hangat. Refleks air liurku penuh dimulut dan segera aku menelannya. Ini menggiurkan. Tangan kananku sudah siap untuk mengambil satu potong pizza. Tapi ketika tanganku mendekat, Bhale menarik piring pizza menjauh dariku. Aku memberikan tatapan kesal padanya. Dia tersenyum jahil memamerkan jajaran giginya.

"ini masih panas, kau harus menunggunya sebentar" ucap Bhale. Akhirnya aku menuruti perkataan Bhale.

"tapi pizza lebih enak jika dimakan ketika masih hangat" ucap Bhale sambil mengambil satu potong pizza. Dia menggigit pizza sedangkan aku menontonnya seperti orang tolol. Dia benar-benar mempermainkanku.

"kau tidak lucu sama sekali" kesalku. Sekarang aku mengambil pizza tanpa perduli Bhale akan mencegahku lagi.

"aku tidak sedang melucu. Aku ingin membuatmu kesal. Kau lucu saat kesal"

Aku mengabaikannya, tidak mau berdebat dengannya. Aku fokus menikmati pizza di hadapanku.

"kau tahu kenapa aku tidak berteman ?" tanya Bhale ketika aku masih sibuk mengunyah pizza.

"aku tidak tahu dan tidak mau tahu" jawabku  lalu Bhale memberikan tatapan kesal. "tapi jika kau ingin bercerita aku akan mendengarnya"

Pizza dihadapan kami sudah tandas, sekarang waktunya bercerita.

"semua yang berteman denganku tidak benar-benar perduli denganku. Mereka bersikap lain dibelakangku"

"tunggu tunggu sebelum kau melanjutkan ceritamu aku ingin bertanya"

"apa ?"

"kau mewarnai rambutmu ? kupikir dulu berwarna coklat gelap kenapa sekarang jadi hitam ?"

Bhale menyugar rambutnya dari depan ke belakang, rambutnya yang agak panjang menjadi berantakan lalu kembali ke posisinya semula. Aku seperti baru saja melihat iklan shampo ketombe.

"ya! aku mengubahnya. Kau tahu, mata spektrum rambut coklat membuat terlalu banyak orang memperhatikanku yang berbeda ini"

"o.. rambutmu bagus" Bhale terkejut mendengar pujianku, aku lebih terkejut lagi melihat ekspresinya. Dia seperti ingin tersenyum tapi tertahan. Bhale menyugar rambutnya lagi

"okey silahkan lanjutkan ceritamu"

"aku pikir memang tidak ada manusia di dunia ini yang benar benar perduli dengan tulus tanpa suatu alasan dan imbalan. Aku tidak mau berteman, aku tidak mau punya teman"

"kau hanya belum temukan teman yang tepat, selama ini kau salah pergaulan"

"kau pikir begitu ?"

"ya tentu saja. Suatu saat kau akan temukan teman atau sekumpulan manusia yang sepemikiran denganmu"

"tapi meski begitu aku suka denganmu Elee kau berbeda"

Mataku membulat mendengarnya. Apa dia baru saja mengatakan isi hatinya.

"maksudku aku meyukaimu sebagai manusia yang baik Elee kau berbeda dengan manusia yang lain. bukan suka dalam artian lain" kenapa seketika rasanya aku baru saja dilambungkan lalu dijatuhkan sedalam-dalamnya ya.

"kenapa bisa begitu ?"

"kau tidak berpura-pura baik di depanku atau di belakangku. Jika kau kesal denganku kau akan mengatakannya. Kebanyakan orang akan bersikap baik meskipun aku ketus atau kejam. Tapi di belakangku mereka akan memaki-makiku"

Aku tahu kenapa banyak yang berusaha menunjukkan kesan baik di depan Bhale. Bhale orang yang cerdas, pasti banyak yang ingin memanfaatkannya tapi sayangnya meraka tidak benar-benar tulus ketika berteman dengan Bhale. Terlebih dengan sikap Bhale yang ketus pasti mereka semakin enggan berteman dan semakin banyaklah orang munafik yang mengelilinginya, berpura-pura baik padahal tidak tahan berada di dekat Bhale.

academic adventuresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang