𝟐𝟐 ; 𝖕𝖔𝖔𝖗

1.2K 313 65
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah banyak hal yang terjadi belakangan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah banyak hal yang terjadi belakangan ini. Jika kita telisik lebih jeli. Semuanya hanya terjadi oleh satu alasan.

Bukti.

Dimana pun perihal yang menyangkut bukti adalah benda yang sangat dicari oleh berbagai pihak. Baik itu dari sisi sang penguak kebenaran atau dari sisi penjahatnya sekalipun.

Kini Niki melempar lembaran kertas palaroid yang sudah tercetak beberapa foto. Hasratnya menginginkan bukti yang berada dalam brankas. Namun, siapa sangka jika foto di dalam brankas bukanlah sebuah bukti yang pria itu cari. Melainkan hanya potret keseharian Monday dan bahkan ada banyak foto Niki hasil dari Monday menguntit pria itu.

Niki menghampiri Sunoo yang masih tak sadarkan diri dalam jeratan tali yang mengikat badan pria itu pada sebuah kursi. Keningnya berkerut melihat benda kecil yang terselip di belakang telinga Sunoo. Jika saja kepala Sunoo tidak miring, rambut pria itu tetap menutupi telinganya dengan aman.  Niki meraihnya, lantas terkekeh bengis.

"GPS ya?" Niki membanting dan menginjak benda tersebut hingga remuk. Giginya menggertak.

"TAKIIII!!!" Teriakannya menggema. Mendatangkan Taki sebagai tangan kanan pria itu. Bukan tanpa alasan. Semua hanya karena Taki menyayangi adiknya. Ia tidak peduli jika banyak korban lainnya. Terpenting baginya hanya Niki. Asalkan pria itu tidak melukai dirinya sendiri. Taki akan merasa senang.

"Lo tau dimana vila ayah?"

Taki yang ditanyai memundurkan sedikit langkahnya. "Mau ngapain? Ayah ga bakalan suka kalo lo kesana."

"Kasih tau aja apa susahnya?"

Suara Taki terhenti di tenggorokan. Ketika secara tiba-tiba ayahnya datang dengan suara berat. "Jangan!"

Niki menatap ayahnya kesal. Hanya vila ayahnya yang bisa menyembunyikan Niki. Karena ia tahu kepolisan sedang dalam perjalanan kemari.

"Bukankah sudah ayah bilang? SEMBUNYIKAN BAIK-BAIK!!" Sang tua mendekat. Berbisik penuh penekanan pada telinga sang anak. "Jangan bikin ayah repot!

Ayah udah menyingkirkan Jay susah payah. Sekarang apa lagi ini? Kau belum juga menemukan buktinya?!!"

"Biarkan dia tertangkap! Taki ayo pergi saja, kau tidak boleh terlibat," baru saja tangan ayah berusaha meraih jemari Taki. Teriakan Niki kembali mengisi ruangan.

"TIDAK! Ayah tidak ingat? Selama ini aku melakukan perintah ayah. Belajar, ikut olimpiade dengan handle lima pelajaran sekaligus, jadi ketua osis, dan menyembunyikan kelakuan ayah waktu itu. Tapi, ayah masih peduli pada Taki? Bukan pada diriku?"

"Tapi kau gagal dalam olimpiade, dan —

"AKU SUDAH BERUSAHA!! Seharusnya ayah bertanya kenapa aku gagal. Seharunya ayah juga bertanya keadaanku!" Niki menggila dengan matanya yang merah.

"Apa gunanya bertanya keadaanmu? Kalau ayah melihatmu baik-baik saja sepanjang hari?"

Sama seperti sebelum-sebelumnya. Ayah membawa Taki pergi disaat diriku membutuhkan kedua lelaki itu. Aku hanya memandang punggung mereka menjauh. Sekejap melihat manik Taki yang tampak bimbang. Aku mengenal kakak ku lama. Dia bodoh, bodoh, bodoh, dan bodoh!

Ia tak bisa membuat keputusan.

Lemah dan tidak tegas.

Hidupnya selalu seperti itu. Diatur oleh banyak orang. Tapi aku kembali memandang diri sendiri. Aku dikendalikan oleh ayah. Tapi tujuanku sama sekali tak tercapai. Aku hanya menginginkan perhatiannya. Melakukan hal yang ayah suka meskipun adalah hal yang paling aku benci.

Waktu dulu aku melihat ayah membunuh sebuah kangguru. Ia bercerita jika itu adalah hal yang keren. Tapi Taki dengan jujur berkata bahwa itu hal mengerikan. Namun, diriku? Aku berkata jika itu hal yang mengagumkan hanya untuk mendapatkan pujian darinya. Hingga satu minggu kemudian aku mencoba meng-copy paste perbuatan ayah pada kangguru. Bedanya aku melakukannya pada kucing.

Tapi lagi-lagi bukan rambutku yang dielus olehnya. Ia tetap mengelus Taki, dan membawaku ke dalam penjara anak entah apa alasannya. Padahal aku hanya meniru dirinya.

Aku melihat sekeliling. Dimana kaca rumah sudah pecah. Aku dikelilingi banyak orang bersenjata dan berseragam khusus. Mereka merusak jendela untuk mengepungku.

Inilah akhir dariku. Dan dari impianku mendapatkan sang ayah dari Taki.

Sebuah benda panas menyengat leherku. Seseorang menempelkannya padaku. Pandanganku berangsur-angsur menghitam. Kini aku merasakan berada di posisi Heeseung.

Aku menyaksikan dia melawan ajalnya. Aku juga melihat air matanya yang menetes. Kini terjadi padaku. Aku merasakannya. Sendirian.

— 𝘁 ㅤ𝗯ㅤ 𝗰

much love sun

Stud(y)eath ★ Enhypen [ END✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang