𝟏𝟒 ; 𝖗𝖆𝖈𝖎𝖓𝖌𝖉𝖊𝖆𝖙𝖍

894 337 81
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungwon menghampiri Heeseung yang masih setia menatap brankas mini yang sekarang ia letakan di meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungwon menghampiri Heeseung yang masih setia menatap brankas mini yang sekarang ia letakan di meja. Pria itu meraih sebotol minuman kaleng dari Jungwon. Ternyata sudah berjam-jam Heeseung mencoba untuk menerka sandi brankas tersebut.

"Monday ngerepotin, apa sih dalemnya?" Jungwon membanting tubuhnya ke sofa. Mereka sedang berada di rumah Sunoo. Usai tadi siang Heeseung berhasil membobol loker. Mereka dibuat pusing lagi dengan isi loker Monday.

Sebuah brankas kecil yang hanya bisa dibuka dengan sebuah sandi. Masalahnya, tak ada yang tahu urutan angka yang tepat untuk membukanya.

"Yang pasti adalah hal yang paling penting dalam kasus study death, semacam bukti?"

Sunoo datang dengan sebuah nampan yang berisikan mie instan. "Masuk akal juga. Monday tewas karena dia satu-satunya yang pegang bukti," pria itu berucap sambil menyerahkan mie instan pada Jungwon yang berbinar.

"Berarti pelakunya lagi nyari kotak ini?" Heeseung menerka.

"Uhuk!" Muka Jungwon memerah karena tersedak. Secuil mie keluar dari hidungnya. Terlihat sangat jorok saat Jungwon mencoba mengeluarkan mie tersebut yang sudah bercampur dengan lendir basah. Pria itu meraih segelas air. "Gimana kalo dia ngincer kita? Gue ga mau mati muda!"

"Ngincer ya?" Heeseung mengelus dagunya. "Gimana kalo kita jadiin ini sebagai umpan?"

Byurr.

Kini Jungwon menyemburkan minumannya. "Lo— Uhuk!" Omongan Jungwon terhenti karena batuknya. Kemudian ia berdiri dari duduknya, menunjuk Heeseung dengan nyalang. "LO GILA?!!"

♡̷୨୧

Malam yang dingin. Heeseung menatap langit-langit kamar yang hampa. Ia tidak bisa tidur (lagi). Sudah tiga hari, ia hanya tidur beberapa menit kemudian terbangun berjam-jam. Ia hanya nyenyak jika tidur di sekolah.

Jika menjadikan brankas tersebut sebagai umpan tidak bisa. Lantas harus dengan cara apa dia bisa mengeluarkan kedua sahabatnya dari penjara?

Pria itu bangkit dari tidurnya. Meraih jaket yang tergantung di balik daun pintu. Menggenggam gagang pintu yang sudah terbuka sedikit. Heeseung melewati ibunya yang masih berkutat dengan mesin jahit.

"Sudah larut, mau kemana?"

Heeseung meringis. Ternyata ibunya sadar atas keberadaan dirinya. Pria itu memeluk ibunya dari belakang. Mencium pipi wanita berkepala dua itu. "Keluar sebentar."

Ibu Heeseung menghela nafas. Mengelus kepala Heeseung disusul dengan ciuman hangat pada pipi pria itu. Sang ibu mengulum senyum. "Hati-hati, pelan-pelan saja bawa motornya."

Heeseung tersenyum lebar. Menciumi ibunya beberapa kali lagi. "Aku sayang ibu."

Ceklek.

"Shhh," ibu Heeseung menatap darah yang keluar dari jarinya. Usai Heeseung menutup pintu perasaannya tidak karuan. Membuat jarum jahit menusuk jarinya tanpa ia sadari. Wanita itu berdiri, berusaha menghentikan Heeseung. Namun, naas.

Motor Heeseung sudah melesat dari halaman rumah. Sang ibu hanya bisa menatapnya dari balik jendela. Memegang dadanya yang terus berdegup gusar.

"Pulanglah dengan selamat, nak!"

♡̷୨୧

Jalanan yang lenggang tengah menjadi perebutan dua kendaraan. Decitan motor membuat sunyinya malam menjadi sedikit bising.

Sebuah motor hitam memimpin sebuah mobil dengan kecepatan setan. Bukan memimpin, namun motor tersebut terlihat sedang menghindari kejaran sang mobil yang bahkan kadang sempat mencuri kesempatan untuk bisa membuat pengemudi motor tersebut celaka.

Tepat di persimpangan jalan.

Cittt.

Srekkk.

Brak!

Pengguna motor terjatuh. Bersama motor besarnya. Mengelus kasar aspal. Membuat suara decitan nyaring. Sang pengguna motor menatap langit hitam tanpa bintang yang berangsur-angsur mulai memburam. Sebelum sepenuhnya terpejam. Ia melihat siluet orang yang dikenalnya. Menggunakan jaket hitam dengan capsnya yang menutupi kepala orang tersebut.

Bibirnya berusaha menarik suara yang tercekat di tenggorokannya. "I-ibl-lis..."

— 𝘁 ㅤ𝗯ㅤ 𝗰 —

much love sun

Stud(y)eath ★ Enhypen [ END✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang